Sekularisme, Racun Mematikan dalam Tubuh Umat Islam

Sekularisme bagi masyarakat barat adalah obat penawar ampuh dari pahitnya zaman kegelapan Eropa yang menayangkan kegelapan dan kemunduran dari berbagai aspek kehidupan. Sementara itu, sekularisme bagi umat Islam adalah racun mematikan yang ingin melucuti identitas umat dari ajaran-ajaran agama, sehingga dengan mudahnya menafikan agama dari sendi-sendi kehidupan mereka.


Oleh: Aya ummu Najwa

NarasiPost.com -- Islam adalah agama yang sempurna. Islam tidak hanya mengatur urusan individu dengan Tuhannya, tidak juga hanya mengatur urusan parsial berkutat hanya seputar ibadah. Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, dari masalah dirinya sendiri, hubungannya dengan Rabbnya, juga masalah dirinya dengan orang lain. Dari masalah pribadi hingga masalah ekonomi, sosial, pendidikan dan pemerintahan.

Islam adalah sebuah ideologi, ia mempunyai seperangkat aturan yang mengurusi urusan manusia. Itulah kenapa ia bukan hanya agama ritual, tapi adalah way of life. Dengannya manusia seharusnya hidup, dan menerapkannya dalam setiap lini kehidupan.

Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah ketika di Madinah, Nabi melakukan kegiatan dan strategi untuk membangun masyarakat Islam. Kegiatan yang dilakukannya di antaranya membangun masjid sebagai sarana ibadah dan sosial. Kemudian meningkatkan rasa ukhuwah Islamiyah dalam rangka mempersaudarakan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin.

Selanjutnya menjalin hubungan persahabatan dengan orang-orang nonmuslim dimana pada waktu itu, masyarakat Madinah secara sosiologis terdiri dari tiga kelompok besar. Masing-masingnya merupakan kelompok Muslim, Arab yang belum masuk Islam, dan kelompok Yahudi. Untuk itu dibentuklah suatu konstitusi yang kemudian dalam sejarah dikenal dengan Konstitusi Madinah.

Di Madinah keadaan Rasulullah dan umat Islam mengalami perubahan yang cukup signifikan. Jika di Mekkah mereka sebelumnya merupakan umat yang lemah dan tertindas, maka setelah hijrah ke Madinah, mereka memiliki kedudukan yang baik dan menjadi umat yang kuat dan mandiri secara sosial-politik. Rasulullah sendiri kemudian menjadi pemimpin dari masyarakat yang baru terbentuk tersebut, yang pada giliran selanjutnya, komunitas ini menjelma menjadi suatu entitas negara.

Rasulullah menata strategi perang dan menyiapkan bala tentara, membagi hasil perang (ghanimah), menyepakati dan menandatangani perjanjian damai, mengatur keuangan negara, menata perangkat-perangkat negara dengan memberi jabatan tertentu kepada yang layak menyandangnya dari sebagian sahabat, seperti: panglima perang, wali (gubernur di bahasa penulis), hakim, dan buruh kerja.

Rasulullah tidak melakukan manuver-manuver politik, jihad, perjanjian damai, kecuali dengan dasar iman yang menjadi penggerak utama perbuatannya, iman yang menjadi tema sentral dari ajaran yang diembannya. Olehnya itu, ia senantiasa dimonitoring oleh wahyu dalam menjalankan kepemimpinannya.

Sehingga jelas bahwa Islam juga mengurusi politik, ketatanegaraan, pemerintahan, bagaimana negara itu mengurusi umatnya, tentu dengan syariat Islam yang bersumber pada Alquran dan Sunnah.

Maka, sangat disayangkan ketika hari ini, ajaran Islam dikotak-kotak dan dipisah-pisah, umat hanya boleh beritual Islam, sedang Islam politik dibenci. Umat digiring untuk menjauhi agamanya, dipaksa menenggak racun sekularisme yang menguliti agama dari perannya, mengenyampingkan ajaran-ajaran agama dalam menakhodai kehidupan duniawi. Sekularisme yang memetakan peran agama dan membatasi gerak langkah dan jangkauannya.

Sekularisme sejatinya berasal dari barat, karena kekejian para kaisar yang didukung oleh pihak gereja. Sekularisme adalah hasil dari sakit hati para cendekia barat terhadap agamanya, hingga akhirnya mereka membenci agama dan ingin memisahkannya dari kehidupan.

Agama yang diinginkan mereka adalah agama yang hanya mementingkan kehidupan ukhrawi semata. Agama yang hanya diperdengarkan di tempat-tempat ibadah saja, yang mereka inginkan apa yang digemakan dengan begitu kuatnya oleh para pengikut sejati mereka: “Bagi kaisar urusan duniawi, dan bagi gereja urusan ukhrawi, jangan pernah mencampuradukkan kedua tatanan kehidupan ini!

Mereka terpukul oleh apa yang menghantui mereka dari penindasan gereja yang mengatasnamakan agama di zaman kegelapan. Mereka seperti baru saja tersadar dari mimpi buruk pengadilan-pengadilan gereja. Pengadilan yang tidak mengenal belas kasih bagi mereka yang menyalahi keyakinan dan kehendak gereja. Pihak gereja yang memiliki hak mutlak menilai, menentukan, dan menjatuhkan hukum kepada siapa saja yang dianggapnya menentang ajaran gereja. Zaman pengekangan yang membelenggu daya kreasi pikir yang tidak berdaya melahirkan teori-teori ilmiah dan filsafat yang dapat mendongkrak kemajuan peradaban Eropa.

Maka racun inilah yang sekarang sedang gencar disuntikkan ke tubuh kaum Muslim. Racun inilah yang menghalanginya melihat dengan begitu jelas keberhasilan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam sebagai kepala negara dalam menakhodai tata negara Islam di Madinah. Yang membatasi keteladanan kepada Rasulullah hanya pada hal-hal ibadah individual saja.

Yang menjadi pertanyaan, apa yang menyebabkan peradaban Barat maju di era sekularisme yang begitu kuatnya menancapkan gigi-gigi taringnya di seluruh sendi kehidupan mereka? Apakah umat Islam sepatutnya menanggalkan pakaian agama mereka dalam kehidupan dunia seperti rakyat Eropa dan Amerika yang meraih kemajuan duniawi meski jauh dari campur tangan agama? Walaupun sejatinya mereka rapuh di dalam, dan sedang terseok-seok menuju kehancuran?

Tentu tidak, yang diyakini bersama, kejayaan umat Islam dengan berpegang teguh kepada Alquran dan Hadis. Semakin jauh umat melangkahkan kaki dari kedua sumber hidup ini, semakin jauh umat tertinggal di gerbong paling belakang kereta peradaban, dan hanya menjadi pembebek dunia barat, tertindas dan terhina.

Sekularisme bagi masyarakat barat adalah obat penawar ampuh dari pahitnya zaman kegelapan Eropa yang menayangkan kegelapan dan kemunduran dari berbagai aspek kehidupan. Sementara itu, sekularisme bagi umat Islam, adalah racun mematikan yang ingin melucuti identitas umat dari ajaran-ajaran agama, sehingga umat dengan mudahnya menafikan agama dari sendi-sendi kehidupan mereka.

Jadi, apa lagi yang menyebabkan umat Islam mengimpor produk asing ini, mengadopsi, dan menelannya mentah-mentah, kecuali taklid bodoh yang membabi buta meniru produk-produk mereka yang jauh dari nilai-nilai Islam. Apa yang menyebabkan umat alergi dari syariat Islam dan lebih tamak kepada segala yang berasal dari barat?

Bukankah sekularisme dengan segala corak, filsafat, dan kerusakannya yang berusaha keras menjauhkan agama dari negara dan mendesain kehidupan dengan desain hawa nafsu, undang-undang buatan manusia, dan kesalahan-kesalahan mereka, bukankah paham seperti ini menyalahi syariat?

Jika mereka ingin melihat Islam hanya sebatas agama tanpa penghayatan dan penerapan hidup, bukankah keinginan seperti ini menyalahi tujuan kedatangan Islam? Kedatangannya yang ingin mengibarkan panji syariat di muka bumi.

Wahai, Kaum Muslim, Islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam. Seluruh ajarannya paripurna, yang telah dicontohkan oleh teladan mulia. Sudah saatnya umat membuang sekularisme. Sudah saatnya umat kembali kepada Islam. Yang harus dilakukan adalah menirunya, menggenggamnya, dan menerapkannya dalam kehidupan, untuk mengembalikan kejayaannya dan meraih kegemilangannya. Wallahu a'lam.[]

Picture Source by Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Presiden China: Kami tidak Takut Ancaman Negara Manapun
Next
Pertiwi, Amanah Ilahi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram