Musibah agama terbesar adalah yang datang dari mereka yang telah merasa nyaman hidupnya, tetapi tidak peduli dengan kerusakan dan kehancuran umat dan agamanya.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Allah Subhanahu Wata'ala memberikan tugas kepada orang yang beriman untuk melakukan amar makruf nahi mungkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Ketika mengajak kepada kebaikan, artinya manusia sangat peduli pada sesamanya. Dia tidak bersikap masa bodoh terhadap keburukan dan ingin menjaga kebaikan bersama.
Tugas ini sangat mulia, sayangnya tak semua orang mau melaksanakannya. Banyak orang beranggapan bahwa mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan adalah tugas para ulama, kyai, ustaz, atau guru saja. Banyak yang merasa apatis atau bahkan minder sehingga tidak mau menunaikan tugas ini. Padahal Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 104 terkait kewajiban ini. Berdasarkan ayat tersebut, jika ingin menjadi orang-orang yang beruntung, kita harus mau menjalankan tugas mulia ini. “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, dan melarang kemungkaran, merekalah golongan yang beruntung."
Tak hanya menjadikan pelaku amar makruf nahi mungkar sebagai manusia yang beruntung, Allah juga menjadikan amar makruf nahi mungkar sebagai syarat yang harus dilakukan umat Islam jika ingin menjadi umat yang terbaik. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 110, "Kamu adalah adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf, mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah."
Allah menjanjikan keberuntungan dan kemuliaan bagi mereka yang mau malaksanakan tugas ini. Lalu bagaimana keadaan orang-orang yang tidak mau mengambil peran dalam kebaikan ini? Allah berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 25, terkait mereka, "Dan jagalah dirimu dari siksaan yang tidak dikhususkan bagi orang-orang zalim di antara kalian. Dan sungguh Allah sangat keras siksa-Nya."
Dalam ayat ini, Allah memperingatkan kita akan azab-Nya yang sangat pedih. Azab yang Allah maksud ini adalah azab yang diturunkan bagi orang-orang yang zalim, tetapi karena begitu luar biasa dahsyatnya azab Allah, maka azab tersebut tak hanya menimpa orang zalim saja, tetapi merata ke semua orang, termasuk orang-orang saleh. Dengan ayat ini, Allah memperingatkan kaum muslim agar senantiasa membentengi diri dari siksa tersebut dengan melaksanakan ketaatan dan menyeru manusia kepada yang makruf dan melarang dari kemungkaran.https://narasipost.com/pilihan/01/2021/jangan-gentar-melakukan-amar-makruf-nahi-mungkar/
Syekh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi mengatakan dalam kitab Aisarut Tafaasir 2/298, "Allah menurunkan ayat ini sebagai peringatan yang amat besar bagi kaum mukmin agar mereka tidak meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta senantiasa menegakkan amar makruf nahi mungkar. Karena tanpa itu, kemungkaran dan kerusakan akan menyebar luas. Dan apabila kondisi sudah demikian parah, maka azab Allah pun akan diturunkan kepada seluruh komponen masyarakat, tak memilah baik yang saleh maupun yang fasik, yang adil maupun yang zalim. Dan siksa Allah itu sangatlah pedih, tidak ada seorang pun yang akan kuat menahannya. Oleh karena itu, hendaklah kaum muslim menjauhi azab Allah dengan cara melaksanakan ketaatan."
Mereka yang enggan menegakkan kebenaran dan meninggalkan kewajiban amar makruf nahi mungkar, mempunyai andil yang besar sehingga kebatilan merajalela. Para ulama menyebut mereka sebagai setan bisu dari golongan manusia. Disebabkan diamnya mereka atas kemaksiatan.
Dalam kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, para ulama seperti Imam An-Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, serta Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menyebutkan bahwa Imam Abu Ali Ad-Daqqooq An-Naisaburi Asy-Syafi’i, mengatakan, “Orang yang berdiam diri dan enggan menyampaikan kebenaran, padahal ia mampu, maka ia adalah 'syaithan akhras' yaitu setan yang bisu dari jenis manusia. Dan orang yang menyeru kebatilan adalah juru bicara setan.”
Betapa banyak dalam keseharian kita, orang yang berkata, "Sudah biarkan saja, itu bukan urusan kita, yang penting kita tidak ikut melakukan, toh kelak mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya, Allah yang akan mengazab dan menghancurkan mereka kelak.” Mereka inilah orang-orang yang masuk dalam golongan setan bisu yang tak akan selamat dari azab Allah, meski mereka adalah orang-orang saleh.
Allah hanya akan menyelamatkan mereka yang melakukan amar makruf nahi mungkar. Adapun bagi yang saleh, tetapi diam saja ketika kebatilan merajalela, bahkan tetap berada di lingkungan para ahli maksiat, maka ia termasuk yang akan diazab oleh Allah, dan termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim. Untuk itu, sangat berbahaya sekali jika kita sering menyepelekan kemungkaran hanya karena bukan kita yang melakukannya, dan kita dengan tenang-tenang saja berkata, “Toh saya saleh dan masih salat, saya tidak ikut maksiat." Namun, jika kita diam saja melihat kemaksiatan tersebut, kita akan masuk ke dalam kelompok yang zalim yang akan mendapatkan azab yang sebenarnya bukan untuk kita. Na'udzubillahi min dzalika.
Kewajiban menyeru kebaikan dan melarang dari kemungkaran bagi seorang mukmin, dilakukan menurut kemampuan masing-masing. Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Imam Muslim bahwa, "Siapa saja menemui kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya dengan tangan yaitu dengan kekuasaannya, apabila ia tidak mampu, hendaklah dengan lisannya yaitu dengan menasihati pelaku kemungkaran, dan apabila masih belum mampu, maka hendaklah mengingkari kemungkaran tersebut dengan hatinya, dan inilah tanda-tanda selemah-lemah iman."
Amar makruf dan nahi mungkar adalah dua aktivitas yang berbeda. Amar makruf atau mengajak kepada kebaikan biasanya banyak orang yang mau dan semangat untuk melaksanakannya, karena dianggap minim risiko. Akan tetapi, banyak orang yang memilih untuk tidak melakukan nahi mungkar, alasannya karena konsekuensi yang besar. Akan muncul rasa takut dan khawatir, takut dimusuhi, diancam, takut kehilangan jabatan, takut dipecat, dikucilkan masyarakat, dan sebagainya yang akhirnya hanya mencukupkan untuk amar makruf saja. Akibatnya kemaksiatan makin menyebar luas di masyarakat.
Kebaikan yang seperti apa yang diharapkan dari seorang hamba yang tidak menyuarakan kebenaran ketika melihat larangan Allah dilanggar, batas-batas ajaran agama ditabrak, dan syariat Islam ditinggalkan? Musibah agama terbesar adalah yang datang dari mereka yang telah merasa nyaman akan hidupnya dan memiliki jabatan mapan, tetapi tidak peduli dengan kerusakan dan kehancuran umat dan agamanya. Padahal umat Islam adalah umat terbaik dan akan terus menjadi umat terbaik apabila amar makruf dan nahi mungkar ditegakkan. Hal ini sebagaimana telah difirmankan oleh Allah dalam surah Ali-Imran ayat 110 di atas.
Ketika kemaksiatan merata di tengah-tengah umat manusia, kesesatan dan kemungkaran tak terbendung lagi, sedangkan setan bisu serta jubir setan makin banyak, maka saatnyalah Allah menimpakan azab kepada umat ini. Betapa banyak malapetaka yang mengerikan telah kita rasakan, banyak sekali musibah, umat tak lagi berdaulat dan dikuasai musuhnya, umat yang saling terpecah bahkan saling menikam, hingga doa ulama yang tidak dikabulkan.
Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitab Al-Hilyah, dari Abur Riqaad, bahwa ia berkata, "Hendaknya kalian mengajak yang makruf, mencegah yang mungkar, dan memerintahkan kebaikan, atau kalian akan ditimpa azab secara merata, atau kamu diperintah dan dikuasai oleh orang-orang jahat atau musuh di antara kamu, dan ketika para ulamanya berdoa, tidak akan dikabulkan."
Al-Allamah al-Mufassir Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan kerusakan besar karena mendiamkan kemungkaran padahal ia mampu untuk melarangnya,
Pertama, orang yang mendiamkan kemaksiatan adalah perbuatan maksiat itu sendiri, meskipun ia tidak melakukannya. Sebab, selain berkewajiban meninggalkan maksiat, ia juga wajib mengingkari dan menjauhi para pelaku kemaksiatan.
Kedua, diam atas kemungkaran adalah bukti bahwa ia telah menyepelekan dan meremehkan kemaksiatan, sedangkan ia tidak mencegahnya. Tentu ini sangat berbahaya, padahal kita dilarang untuk merasa aman dari murka Allah dengan bersifat apatis terhadap kondisi umat dan agama ini.
Ketiga, diamnya kita atas kemungkaran akan membuat ahli maksiat makin berani dan lancang berbuat kemaksiatan karena merasa tidak ada yang berani mencegah. Akibatnya, kerusakan makin biasa terjadi. Musibah dunia dan agama makin menyebar. Pelaku kemungkaran makin kuat, sedangkan orang-orang baik menjadi lemah tak berdaya sehingga tidak lagi mampu mencegah kemungkaran.
Keempat, diam atas kemungkaran akan menyebabkan ilmu hilang dan kebodohan makin merajalela di muka bumi. Cahaya Ilmu agama akan makin memudar digantikan kegelapan yang pekat menutupi bumi, jadilah kita hidup dalam kegelapan, kebodohan, dan kebatilan yang menyengsarakan.
Jadi, masihkah kita akan diam saja melihat kemungkaran dan merasa aman dari murka Allah?
Wallahu a'lam bi al-shawab[]
Setuju banget. Langgengnya kezaliman akibat banyaknya setan bisu di sekelilingnya.. semoga kita semua tidak termasuk golongan setan bisu tersebut.
Benar sekali. Banyak yang cukup dengan amar makruf. Namun enggan untuk nahi mungkar karena resiko yang bisa di alami. Setidaknya dikucilkan adalah resiko yang ringan, namun terasa berat. Semoga hati umat Islam tergerak untuk melawan segala kedzaliman yang ada. Tak sebatas mengajak kebaikan.
Kemungkaran makin merajela karena di sekeliling kita banyak setan bisu. Semoga kita tidak tergolong pada setan bisu, tak hanya amar makruf saja tapi nahi mungkar kita jalankan meskipun resiko akan kita dapatkan. Itu sunatullah.
Amar makruf nahi mungkar menjadi sebuah amalan yang makin meneguhkan posisi kita di hadapan Allah Swt. Apakah kita menjadi pembela Islam ataukah justru menjadi musuh Islam.
Barakallah mba @ Aya
Kemungkaran dan kemaksiatan sering terjadi karena diamnya orang-orang yang alim. Maka janganlah menjadi setan bisu, terus berdakwah amar makruf nahi mungkar.
Amar makruf nahi mungkar mesti terus diupayakan dengan optimal mesti setan terus menggoda namun lenyapksn godaan ini dengan Ketaatan terhadap syariat-Nya
Semangat terus menebar kebaikan dan membumikan Islam kaffah. Allahu Akbar
Dengan menyuarakan Islam, semoga kita bukan termasuk setan bisu.
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk istikamah
Atas izin Allah kita semua tidak termasuk dalam golongan setan bisu
Terima kasih sudah menulis artikel ini, Mbak ❤️
Masyaallah. Tanpa penjagaan dari Islam saat ini, kemungkaran sungguh telah merajalela di mana pun. Semoga kita tak termasuk golongan setan bisu.
Semoga kita tidak termasuk setan bisu yang diam saja ketika agama kita dihina.