Teladan Abdullah bin Jubair Al-Anshari Al-Ausi dalam Ketaatan yang Totalitas

“Totalitas ketaatan Abdullah bin Jubair kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, serta sifat mawas dirinya akan menjadi teladan yang sangat mengagumkan bagi kaum muslim. Ketaatannya yang total terhadap perintah Rasulullah saw. patut ditiru oleh kaum muslim pada setiap zaman. Inilah keistimewaan yang dimiliki Abdullah bin Jubair. Sifat-sifatnya merupakan buah dari akidah yang terhunjam kuat dan keimanannya yang dalam.”

Oleh. Deena Noor
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- Para sahabat adalah orang-orang yang memiliki keistimewaan. Membersamai dan mendapatkan pembinaan langsung dari Nabi saw. menjadikan mereka tertempa dengan tangguh. Kualitas ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya tidak diragukan lagi.

Abdullah bin Jubair termasuk salah satu sahabat Nabi yang istimewa. Abdullah termasuk angkatan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar. Ia menjadi satu di antara 70 orang Anshar yang membaiat Nabi saw. pada Baiat Aqabah Kedua. Bersama juga dengan kelompok muslim dari Bani Aus dan Khazraj.

Dari sini sudah terlihat bagaimana keislaman Abdullah bin Jubair. Menjadi orang yang berada di barisan awal yang mengakui kenabian dan risalah Muhammad saw. merupakan pertanda kualitas Abdullah yang tidak main-main. Dan memang itu terbukti nyata hingga akhir hayatnya.

Nasabnya

Abdullah bin Jubair bin Nu’man bin Umayyah, berasal dari keturunan Bani Tsa’labah bin Amru bin Auf. Ibunya berasal dari Bani Abdillah bin Ghathfan. Abdullah bin Jubair memiliki saudara laki-laki bernama Khawwat bin Jubair. Pamannya adalah Harits bin Nu’man bin Umayyah yang syahid pada Perang Badar. Abdullah bin Jubair mendapat julukan Abu al-Mundzir.

Abdullah bin Jubair dipersaudarakan dengan Husain bin al-Harits ketika terjadi peristiwa hijrahnya Nabi saw. dari Makkah ke Madinah. Hijrah Nabi tersebut memang mempunyai banyak hikmah dan kebaikan. Tidak hanya berpindah tempat saja, tetapi juga terbentuknya jalinan persaudaraan antara orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar di Madinah. Demikian pula yang terjadi pada Abdullah bin Jubair.

Suatu hari, Abdullah bin Jubair bersama Suhail bin Hunain menghancurkan berhala orang musyrik di Madinah. Mereka kemudian membawa puing-puing patung itu ke hadapan kaum muslim agar dibakar. Ini menunjukkan keikhlasan Abdullah terhadap Islam dan kaum muslim, serta kebenciannya terhadap perbuatan syirik dan orang-orang musyrik. Ia mengingkari apa yang Allah dan Rasul-Nya benci.

Keterlibatannya dalam Perang Badar

Abdullah bin Jubair turut serta dalam Perang Badar al-Kubra. Pada peristiwa itu, al-Ash bin Rabi’, suami Zainab binti Nabi saw., ditawan oleh pasukan muslim. Pada saat itu al-Ash bin Rabi’ masih dalam keadaan musyrik dan turut bergabung bersama dengan orang-orang musyrik untuk memerangi kaum muslim di Badar. Ketika penduduk Makkah datang untuk menebus para tawanan, mereka juga mengutus Zainab binti Rasulullah saw. untuk menebus suaminya, Abu al-Ash bin Rabi’.

Abu al-Ash adalah tawanannya Abdullah bin Jubair. Ia dibebaskan tanpa tebusan untuk memuliakan Rasulullah saw.

Jihad dan Syahid dalam Perang Uhud

Abdullah bin Jubair juga ikut dalam Perang Uhud yang terjadi pada bulan Syawal tahun ke-3 Hijriah. Nabi saw. mengangkatnya menjadi bagian dari pasukan pemanah yang berjumlah 50 anggota pasukan. Pasukan pemanah itu adalah orang-orang yang paling mahir memanah di antara kaum muslim. Mereka diperintahkan untuk menempati posisi di Bukit Ainain, yaitu salah satu anak bukit yang berada di Uhud. Dalam perang tersebut, Nabi saw. menempatkan pasukan pemanah di bagian belakang medan pertempuran untuk melindungi para mujahid muslim. Pasukan ini menghadap ke arah Madinah al-Munawwarah.

Ketika perang berlangsung, pasukan pemanah melepaskan bidikannya ke arah kaum musyrik yang datang dari bagian belakang kaum muslim. Panah-panah itu mengenai sasarannya. Abdullah bin Jubair dan pasukannya menyerang dengan gencarnya hingga pasukan musuh kewalahan.

Kaum musyrik yang semakin terdesak akhirnya banyak yang meninggalkan senjatanya begitu saja. Mereka mundur dari medan pertempuran.

Ini membuat sebagian pasukan muslim merasa di atas angin dan berkehendak mengambil ganimah. Mereka menjadi lengah. Mereka mengabaikan pesan Rasulullah yang memerintahkan untuk tetap berada di posisinya guna melindungi pasukan muslim lainnya.

Sebagian pasukan pemanah itu memperingatkan kawan-kawannya untuk menaati pesan Rasulullah. Abdullah bin Jubair pun ikut menyerukan agar selalu taat pada Allah dan Rasul-Nya. Ia mengingatkan mereka supaya jangan sampai melanggar perintah Rasulullah.

Sayangnya, peringatan itu tidak diindahkan. Sebagian besar pasukan pemanah lalai dan meninggalkan tempatnya. Mereka turun dari bukit Uhud sehingga hanya menyisakan kurang dari sepuluh orang pasukan pemanah, termasuk Abdullah bin Jubair.

Keadaan ini dimanfaatkan oleh kaum musyrik. Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal yang saat itu masih musyrik memimpin pasukannya menyerbu Abdullah bin Jubair dan pasukannya yang tersisa.

Dengan sekuat tenaga dan persenjataan yang ada, Abdullah bin Jubair terus melawan pasukan musyrik. Ia tak gentar sama sekali. Satu per satu senjatanya patah dan rusak hingga akhirnya ia pun gugur sebagai syahid.

Abdullah bin Jubair syahid dengan ketaatan yang mulia. Ia tak pernah lalai dalam menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Ia berjuang dengan gigih. Ia tak mundur sedikit pun meski musuh menghantamnya. Ia menjaga posisi pasukan pemanah sesuai pesan Rasulullah.

Abdullah bin Jubair gugur tanpa meninggalkan harta apa pun. Ia juga tidak meninggalkan anak. Namun, ia memiliki akidah yang kuat. Keimanannya inilah yang menjadikan ia syuhada dalam Perang Uhud. Sebuah posisi yang mulia di dunia maupun akhirat, yang kemudian Allah turunkan firman berkenaan dengannya dalam surah Ali Imran ayat 152: “Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia yang dilimpahkan untuk orang-orang yang beriman.”

Sifat yang Utama

Abdullah bin Jubair adalah seorang mukmin yang keimanannya sangat mengakar. Ia pribadi yang sangat wara’ (menjauhkan diri dari kemaksiatan) dengan ketakwaan yang amat kental. Ia juga sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Sosoknya bersemangat, cerdas, berakhlak mulia, dan ikhlas terhadap agamanya.

Sifat kepemimpinan yang dimiliki Abdullah bin Jubair menempatkannya sangat pantas diangkat sebagai komandan pasukan pemanah pada perang yang paling berbahaya dari berbagai peperangan yang dilalui bersama Rasulullah saw.. Ia mencurahkan kesungguhannya dan berhasil mengarahkan pasukannya hingga pertolongan Allah Swt. datang.

Dari berbagai peristiwa yang pernah dijalaninya, tergambar beberapa sifatnya yang menonjol:

  1. Kelihaiannya dalam memanah
  2. Keberanian dan tekadnya yang amat kuat
  3. Totalitas ketaatannya kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya
  4. Sangat mawas diri

Hal itu terbukti dengan keberanian dan tekadnya yang sangat kuat dalam mempertahankan posisinya di bukit Uhud bersama segelintir anggota pasukan pemanah. Ia tak takut menghadapi serangan pasukan berkuda kaum musyrik yang berjumlah 200 anggota.

Bayangkan, Abdullah bin Jubair bersama kurang dari sepuluh pasukannya berhadapan dengan 200 pasukan berkuda. Dari segi kuantitas, itu sangat tidak seimbang. Wajar saja jika hasil akhir pertarungan itu dapat diketahui. Pasukan pemanah yang berjumlah kurang dari sepuluh orang itu akhirnya gugur sebagai syahid, termasuk Abdullah bin Jubair.

Dengan tekadnya yang amat kuat, Abdullah bin Jubair memungkinkan pasukan muslim tetap bercokol di perbukitan strategis. Ia adalah pahlawan perang yang telah menunjukkan keberanian dalam mempertahankan akidahnya. Karena itu, ia sangat beruntung dengan sifatnya yang teguh dan bersedia mengorbankan dirinya. Ia tidak memperhitungkan kerugian dengan sesuatu apa pun, dibandingkan dengan keuntungan yang sangat besar.

Totalitas ketaatan Abdullah bin Jubair kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, serta sifat mawas dirinya akan menjadi teladan yang sangat mengagumkan bagi kaum muslim. Ketaatannya yang total terhadap perintah Rasulullah saw. patut ditiru oleh kaum muslim pada setiap zaman. Inilah keistimewaan yang dimiliki Abdullah bin Jubair. Sifat-sifatnya merupakan buah dari akidah yang terhunjam kuat dan keimanannya yang dalam.

Semoga Allah meridai sahabat yang mulia, panglima yang menemui syahidnya, serta pahlawan yang pemberani, yaitu Abdullah bin Jubair al-Anshari al-Ausi.

Semoga kita juga mampu mengambil pelajaran dari kisah Abdullah bin Jubair dan meneladani sifat-sifatnya yang istimewa. Keberanian dan ketaatan untuk istikamah di jalan Allah hendaknya bisa ditanamkan dalam diri kita masing-masing. Apalagi di tengah berbagai kemaksiatan yang merajalela akibat sistem yang rusak. Tetap patuh pada perintah Allah dan Rasul-Nya hingga kemenangan hakiki terwujud nyata.
Wallahu a’lam bishshawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Bukan Muslimah Biasa!
Next
Buah Busuk Sistem Sekuler: Rakyat Melarat, Penguasa Abai
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram