“Kehidupan kita bukan kehidupan remeh yang harus dijalani dengan kebebasan. Ketika merasakan bahwa kehidupan kita melelahkan, menjemukan, dan tidak ada perubahan, maka artinya Allah Swt. sedang menegur kita untuk berbenah. Karena, pada fitrahnya manusia akan kembali pada Sang Pencipta.”
Oleh. Sonia Padilah Riski
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Apa yang akan terjadi jika seorang manusia meningkatkan levelnya dalam kehidupan? Apakah materi yang didapatkan ataukah sekadar kesenangan hidup?
Jika level yang dimaksud adalah materi, banyak manusia yang mengalami peningkatan karier (gaji yang meningkat, gaya hidup yang semakin glamor, jabatan semakin tinggi). Ternyata banyak juga menjadi penyebab ketidakbahagiaan seseorang hingga timbul depresi yang berujung bunuh diri. Sebenarnya bagaimana cara meningkatkan level hidup kita?
Sebagai muslim, bukankah seharusnya kita mengatur dahulu bagaimana tujuan hidup kita? Artinya, benahi dulu bagaimana cara kita memandang manusia, kehidupan, alam semesta, dan kehidupan setelah kematian, serta kaitan antara hal-hal tersebut. Jadi, hal dasar yang harus dibenahi seorang manusia adalah akidahnya.
Setelah menemukan apa makna sebuah akidah, pastinya kita menyadari segala sesuatunya pasti berkaitan dengan Allah Swt.. Karena cara pandang kita yang berubah dari materi ke Allah Swt., maka begitu pula dengan segala sikap kita sebagai seorang muslim. Kesadaran akan hubungan dengan Allah Swt. ( Idrak sillah billah ) secara alami akan muncul dalam hidup kita. Dengan sendirinya akan menyadari bahwa ingin menerapkan aturan Islam secara keseluruhan, ingin merasakan bagaimana jika semua orang juga mendapat kedamaian jika Islam ada dalam hidupnya.
Contoh Perbuatan Itu Sudah Ada
“…Apa yang dibawa/diperintahkan oleh Rasul (berupa hukum) kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (QS. Al-Hasyr: 7)
Jika masih bingung dengan, bagaimana seharusnya bertindak? Tenang. Kita hidup di dunia ini tentunya dengan arahan. Begitu pula dengan siapa pengarahnya, yakni Rasul Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Kenapa?
“Mereka kami utus selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa: 165)
Segala perbuatan tidak bisa bebas kita tentukan sendiri. Kebebasan dalam berperilaku bukankah sudah banyak contohnya? Banyak manusia yang enggan untuk terikat dengan suatu aturan. Konsep kebebasan yang diusung oleh sekularisme menjadi primadona pada manusia saat ini. Coba sejenak kita amati, apakah dengan kebebasan itu manusia merasa sejahtera? Apakah dengan kebebasan itu manusia merasa tenang hidupnya? Tidak. Karena, fitrahnya seorang manusia tidak akan pernah puas pada sesuatu. Maka, untuk mencukupkan sesuatu itu harus dengan aturan Allah Swt. Bukankah Allah Swt. memerintahkan kita untuk selalu bersyukur atas segala sesuatunya?
Mencari Ilmu
Tujuan dari Islam adalah ketaatan pada Allah Swt. dan syarak. Kita sudah ingin merasakan bagaimana jika Islam diterapkan secara keseluruhan. Kembali lagi bahwa dalam pandangan Islam, kehidupan dan alam semesta menjadi indikator yang harus kita pelajari agar bisa menerapkan Islam secara komprehensif.
Lurusnya sebuah akidah dibuktikan dengan konsistensinya seorang muslim dalam melaksanakan kewajiban, memerintahkan perkara yang makruf serta meninggalkan dan mencegah kemungkaran. Tetapi permasalahannya, konsep amar makruf nahi mungkar ini tidak bisa jika hanya diterapkan dalam skala individu. Konsep ini harus dilaksanakan dalam masyarakat. Karena, masyarakat dalam Islam diartikan sebagai sekumpulan individu yang memiliki perasaan dan pemikiran yang sama dan diikat dengan peraturan yang satu yakni Islam.
Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa: “Ingatlah bahwa Al-Qur’an dan kekuasaan itu merupakan saudara kembar. Al-Qur’an adalah fondasi. Sementara kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu yang tidak berpondasi akan ambruk dan sesuatu yang tidak dijaga akan hilang.”
Islam diibaratkan sebagai fondasi, sedangkan masyarakat sebagai penjaganya. Ketika ingin menerapkan kehidupan Islam, kita butuh kekuatan besar untuk menghimpun semua itu. Dimulai dari diri sendiri, hingga kewajiban berdakwah pada manusia yang belum mengerti.
Pada dasarnya, titik tertinggi dari sebuah ilmu adalah ketaatan dan pengabdian kepada Allah Swt. Ilmu itu sendiri adalah rasa takut. Dengan pemahaman yang benar mengenai hakikat ilmu, maka akan membentuk kepribadian seorang muslim yang sesuai dengan syarak.
“Tidakkah kalian memperhatikan Al-Qur’an? Seandainya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentu mereka bakal menjumpai banyak pertentangan di dalamnya” (QS. An-Nisa:82)
Kehidupan kita bukan kehidupan remeh yang harus dijalani dengan kebebasan. Ketika merasakan bahwa kehidupan kita melelahkan, menjemukan, dan tidak ada perubahan, maka artinya Allah Swt. sedang menegur kita untuk berbenah. Karena, pada fitrahnya manusia akan kembali pada Sang Pencipta.
Wallahu a'lam bish shawwab[]
Photo : Pinterest