"Jadilah pengemban dakwah yang mukhlis. Memiliki hati yang tulus, lisan dan perbuatan yang patut menjadi panutan, ringan dalam melangkah, mengajak dengan penuh kasih sayang serta mendoakan tanpa sepengetahuan mereka. Agar dakwah diterima, silaturahmi terjaga, dan ikatan akidah pun terasa"
Oleh : Novida Sari, S.Kom.
Narasipost.Com-Dakwah adalah kewajiban yang dibebankan oleh Allah Swt. kepada setiap manusia, tanpa pandang bulu dari mana ia berasal. Sebagaimana firman Allah Swt. di dalam Al-Qur'an Surah Ali-Imran Ayat 104:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ
Artinya : “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada al-khair (kebajikan), menyuruh (berbuat) kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.”
Besarnya pahala jariah dari dakwah merupakan saham yang senantiasa dibangun oleh orang yang sudah merasakan manisnya dakwah. Bagaimana tidak, tatkala seseorang berubah karena dakwahnya, maka sang dai yang mengajak kepada kebaikan tadi juga akan mendapatkan pahala tanpa mengurangi pahala yang melakukannya. Apalagi kalau dakwah yang dilakukannya merupakan dakwah yang akan merubah sistem tatanan kehidupan mulia yang Allah Swt. janjikan, yakni Khilafah.
Khilafah yang dulu diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. dengan para sahabat telah menghasilkan peradaban gemilang Islam yang tidak ada tandingannya. Islam telah diterapkan secara total hingga meniscayakan rahmat bagi sekalian alam. Melalui bisyarah Rasulullah Saw. yang menyebutkan akan ada kekhilafahan kedua, maka tak sedikit manusia yang akhirnya mengambil bagian menjadi pejuangnya. Karena besarnya sharing pahala yang mengalir jika menjadi bagiannya.
Layaknya manusia yang sedang mengalami puberitas. Apa pun dilakukan untuk menunjukkan bahwa ia adalah bagian darinya. Menuntut ilmu dan mendakwahkan kepada masyarakat untuk menuntut diterapkannya di tengah masyarakat. Karena tatanan sistem yang sekarang telah terbukti gagal menurut kacamata Sang Pembuat hukum sesungguhnya, Allah Swt. Rabb Sekalian Alam.
Akan tetapi, terkadang pelaku dakwah yang tengah “puber” ini, merasa sudah menjadi orang paling agamais. Menyebarkan berbagai hikmah dengan kata-kata indah. Sudah bermain dengan kata amanah. Namun lupa akan seni dalam berdakwah. Hingga terkadang, bukannya mengajak malah mengejek, bukan merangkul tetapi memukul, bukan mendekatkan kepada Allah Swt. tetapi menjauhkan. Terkadang karena lisan yang kurang ahsan tatkala mengingatkan. Karena Allah Swt. pun telah menerangkan, di dalam surah Al-Baqarah ayat 272: “Bukan kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Pengemban dakwah harus memahami betul medan dakwah yang ditempuh. Jangan karena sudah menyandang gelar aktivis lantas memandang yang tidak menerima ajakan kepada kebaikan dengan sinis. Bisa jadi, lisan yang menyampaikan hikmah dengan nada sinis yang menjadikan dakwah kian pesimis. Hingga objek dakwah pun memilih untuk menepis.
Mungkin pandangan mata yang tidak bersahabat karena merasa diri yang paling hebat telah mengemban amanah seperti halnya sahabat. Lalu objek dakwah pun mendebat. Bagaimana mungkin dakwah akan sukses hebat?
Kita tidak tahu, kebaikan yang dimiliki oleh objek dakwah. Sebagaimana kita tidak tahu apakah dakwah kita diterima atau ditolak. Kita juga tidak tahu, kondisi apa yang membuat objek dakwah belum menerima. Mungkin ada uzur syari yang ada pada dirinya. Bisa saja ia sakit atau justru merawat orang tercintanya yang sedang sakit. Asalkan jangan hati pengemban dakwah itu yang sakit, merasa telah benar sementara yang lain itu salah.
Sesungguhnya agama tidak hanya kata-kata. Ia juga mengatur hati dan perbuatan. Yang paling penting tatkala mengambil amanah ini, jadilah pengemban dakwah yang mukhlis. Memiliki hati yang tulus, lisan dan perbuatan yang patut menjadi panutan, ringan dalam melangkah, mengajak dengan penuh kasih sayang serta mendoakan tanpa sepengetahuan mereka. Agar dakwah diterima, silaturahmi terjaga, dan ikatan akidah pun terasa.[]