Umurmu Modalmu

Umurmu Modalmu

Kita terus menghabiskan waktu dengan hal yang tak bernilai pahala dan hanya menuai kesia-siaan bahkan dosa. Yang parahnya malah membawa kerusakan pada kehidupan. Jangankan bermanfaat untuk orang lain dan sekelilingnya, bahkan tidak untuk dirinya sendiri.

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Waktu merupakan satu karunia dari Allah yang paling berharga untuk manusia. Begitu berharganya waktu sampai-sampai melebihi emas permata. Dengan waktu manusia dapat melakukan apapun untuk memperoleh apa pun, harta dunia, ilmu, derajat dan kedudukan. Namun, sebaliknya semua kenikmatan itu tak akan pernah dapat membantu untuk memperoleh waktu yang telah terlewat.

Waktu bisa dikatakan sebagai modal utama dalam kehidupan manusia. Untuk menjalankan aktivitas kehidupan di dunia ini manusia membutuhkan waktu. Waktu juga merupakan modal utama manusia mencari bekal untuk kembali ke kampung halamannya kelak, yaitu akhirat. Waktu tak pernah berhenti apalagi berulang. Jika bagi orang kafir waktu adalah uang, namun bagi seorang muslim waktu itu laksana pedang. Berjalannya waktu itu begitu cepat hingga kadang-kadang tak terasa. Ia terus bergulir meninggalkan yang tertinggal, ia tajam laksana pedang yang memotong kelalaian. Maka, sangatlah rugi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu.

Sejatinya, Allah telah memberi semua manusia modal waktu untuk menjalani kehidupannya, itulah setiap detik, menit, jam, hari. Yang kadang manusia lupa adalah modal ini  akan terus berkurang selama manusia menjalani kehidupan yang telah Allah gariskan untuknya. Dalam kitab Syuruth An-Nahdah disebutkan bahwa tidaklah fajar terbit di suatu hari, melainkan dia berseru kepada manusia, "Wahai anak Adam, aku adalah waktu, aku datang dalam ciptaan baru, yang akan menjadi saksi usahamu, gunakanlah aku sebaik-baiknya karena aku tidak akan pernah kembali lagi pada hari kiamat.”

Begitulah waktu adalah modal. Ia akan terus berjalan meninggalkan yang tertinggal. Ia tak dapat diulang. Jika bagi orang kafir waktu adalah uang, maka bagi orang yang beriman, waktu laksana pedang yang tajam. Betapa banyak orang yang tertebas tajamnya waktu. Betapa banyak orang merana dalam penyesalan tak bertepi karena tak cerdas dalam memanfaatkan modalnya. Akan tetapi, bagi mereka yang dapat menggunakannya dengan baik, maka dia adalah salah seorang yang beruntung dengan anugerah Allah ini.

Dalam kitab Risalah Al-Waqtu Anfus laa Ta’ud, hal. 3, Syekh Abdul Malik Al-Qasim menjelaskan bahwa, "Waktu yang sedikit merupakan harta yang sangat berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah napas yang terbatas juga hari-hari yang singkat. Jika waktu yang sangat singkat bisa berbuah pahala, maka ia adalah manusia yang sangat beruntung. Sebaliknya, jika waktu yang sedikit itu disia-siakan serta dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar dalam keadaan rugi. Sementara waktu yang telah berlalu tak mungkin untuk kembali.

Waktu sangatlah berharga untuk disepelekan. Ia tak sesederhana kata yang terucap. Ia diam, sampai-sampai manusia sering kali tidak menyadari kehadiran juga melupakan nilainya,  tidak ada yang dapat melepaskan diri darinya kecuali Penciptanya. Begitu berharganya waktu, sampai Allah pun bersumpah atas namanya, dalam surah Al-Ashr  ayat 1-3, “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh, juga yang saling menasihati agar menaati kebenaran serta saling menasihati dalam kesabaran.”

Waktu tak beda dengan pulsa di ponsel-ponsel kita. Ia akan hangus dan terbuang percuma jika kita tak menggunakannya dengan baik dan semaksimal mungkin. Padahal, jika itu pulsa kita yang mempunyai batas waktu berlakunya, kita akan memanfaatkannya dengan baik, apakah untuk menelpon, kirim SMS, video call, dan sebagainya. Kita akan maksimal menggunakannya karena kita sayang untuk menyia-nyiakannya. Terlebih lagi waktu itu, umur kita.

Karena kita hidup hanya tiga hari, hari kemarin yang telah lewat dan penuh penyesalan, karena banyak sekali hal kebaikan yang terlewat tak dapat diulang. Hari ini yang sedang kita jalani, yang masih kita miliki, pilihan ada di tangan kita, apakah mau mengisinya dengan ketaatan ataukah menuruti hawa nafsu dalam kelalaian. Serta hari besok yang masih jadi angan-angan, yang belum tentu kita temui, apakah kita akan sampai padanya, ataukah ajal mendahului.

Waktu akan terus datang, namun ia tak pernah kembali. Waktu adalah umur kita. Ia adalah modal termahal. Kita mungkin tak apa luput dari mendapatkan harta, esok hari kita bisa mencarinya. Begitu pula dengan ilmu. Namun, tidak sama halnya dengan waktu. Jika waktu kita hari ini telah berlalu, jangan pernah berharap akan kembali lagi. Alam, manusia, dan kehidupan terikat dengan ketentuan dan syariat Allah agar dapat berjalan dengan seimbang dan harmonis. Maka, penting bagi kita memahami hakikat serta makna dari waktu, sehingga kita dapat memanfaatkannya dengan maksimal. Karena tak jarang ketika kita tidak dapat mengefektifkan waktu, maka kita pun jauh dari kata produktif. Sehingga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang lalai dan rugi.

Bagaimana tidak? Karena kita tidak memahami hakikat modal kita menjalani kehidupan ini, sehingga kita tidak tahu mana yang halal dan haram, mana yang boleh dan yang dilarang, manfaat juga mudarat. Kita terus menghabiskan waktu dengan hal yang tak bernilai pahala dan hanya menuai kesia-siaan bahkan dosa. Yang parahnya malah membawa kerusakan pada kehidupan. Jangankan bermanfaat untuk orang lain dan sekelilingnya, bahkan tidak untuk dirinya sendiri.

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur‘an yang telah menggambarkan hal demikian. Salah satunya adalah ayat 41 surat Ar-Ruum, “Telah tampak kerusakan di daratan juga di lautan, karena ulah tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka sendiri, agar mereka kembali pada jalan yang benar."

Bagi seorang muslim, waktu adalah ibadah, waktu adalah amanah, waktu adalah produktivitas juga amal, waktu adalah perjuangan serta tanggung jawab. Setiap hari kita pasti mempunyai kesibukan yang berbeda-beda. Ada yang sibuk dengan bekerja, juga belajar. Namun, ternyata ada juga yang bingung mencari kesibukan. Padahal bagi seorang muslim tak ada waktu untuk nganggur, setiap saatnya harusnya diisi dengan produktivitas, amal yang bernilai pahala di sisi Allah.

Maka, jika seorang muslim sampai menghabiskan waktu dengan hanya rebahan alias tak ada kerjaan, atau bahkan hingga menuai dosa, maka sungguh ia termasuk orang-orang yang paling rugi. Begitu ruginya, bahkan dikatakan bahwa kematian lebih pantas baginya karena menyia-nyiakan waktu. Seperti yang dikatakan Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitab Al Jawaabul Kaafi, 109, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk kelalaian, untuk sekadar menurutkan hawa nafsu, berangan-angan pada yang batil, hanya dihabiskan dengan memperbanyak tidur, juga digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih pantas baginya."

Untuk itu seorang ulama, yaitu Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad mengingatkan, agar memakmurkan waktu dengan berbagai aktivitas ibadah. Agar waktu kita tidak berlalu sesaat pun, baik siang maupun malamnya, melainkan senantiasa bernilai pahala. Sehingga tampaklah keberkahan waktu serta manfaat dalam umur ini.

Sungguh waktumu adalah umur kita, dan umur kita adalah modal kita, sedang modal kita adalah perniagaan kita. Napas kita melebihi permata yang tiada tandingannya dan tidak dapat ditukar. Jika ia telah pergi, sungguh ia tak akan pernah kembali lagi. Mungkin kita bisa menunda-menunda, namun waktu tak akan mau menunggu. Maka, mari gunakan kita waktu sebaik-sebaiknya, agar penyesalan tak menghampiri kita di kemudian hari.

Wallahu a'lam bishawab

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Ilusi Keadilan Demokrasi dan Solusi Islam
Next
Melindungi Buah Hati dari Stunting
3.8 6 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Modal utama manusia adalah waktu. Begitu banyak modal yang disia-siakan dengan amalan yang tidak berfaedah. Semoga kita tidak tergolong ke dalamnya.

Mama Bapa
Mama Bapa
1 year ago

Masyaallah. Waktu berlalu begitu cepat. Semoga kita bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Jazakillah Khoir untuk mba @ Aya Ummu Najwa

Atilah Qurratul 'Aini
Atilah Qurratul 'Aini
1 year ago

Self reminder ..

Betapa diri ini masih banyak melalaikan waktu, modal yang sudah Allah beri untuk kita. Semoga kita bisa memanfaatkan modal kita, umur kita. Sebelum modal ini habis ..

Tulisannya bagus, barakallah ❤️

Novianti
Novianti
1 year ago

MaasyaaAllah pengingat untuk kita semua. Usia adalah dari Allah, jangan sampai tak meraih ridloNya dari waktu yang terlewat

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Sebagai seorang muslim, kita harus pandai memanage waktu.. semoga Allah Swt. beri kemudahan untuk kita semua..

sartinah828
1 year ago

Masyaallah, jadi pengingat diri, di mana saat ini banyak orang yang menyia-nyiakan waktu tanpa berpikir bahwa waktunya juga terus berkurang. Semoga kita dijauhkan dari penyia-nyiakan waktu.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram