Besarnya tanggung jawab sebagai seorang pengemban dakwah, akhirnya membuat merekamemiliki keinginan kuat untuk meraih kesempurnaan, selalu mengkaji, dan mencari kebenaran. Selain itu, ia juga harus membersihkan pemikirannya agar senantiasa bersih dan jernih, membersihkan perbuatannya untuk meraih tujuan.
Oleh. Desi Wulan Sar
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Menjadi seorang muslim adalah keberkahan. Anugerah luar biasa yang kita terima sebagai manusia. Tidak hanya sekadar titel yang melekat saja sebagai muslim, tetapi kita juga harus mempelajari ilmu Islam itu sendiri sejak dini. Hingga waktunya tiba, kita mulai memahami tugas utama yang diemban sebagai seorang muslim, yaitu berdakwah.
Berdakwah merupakan nasihat, mengingatkan, menyampaikan, mengajak, atau seruan kepada orang lain, baik terhadap sesama muslim, nonmuslim, atau masyarakat umum lainnya. Agar mau mempelajari, mengamalkan ajaran agama Allah secara sadar, sehingga mampu membangkitkan kesadaran umat agar kembali kepada jalan utama yang ingin diraih yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Rasulullah saw. bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَة
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)
Besarnya tanggung jawab sebagai seorang pengemban dakwah, akhirnya membuat mereka memiliki keinginan kuat untuk meraih kesempurnaan, selalu mengkaji, dan mencari kebenaran. Selain itu, ia juga harus membersihkan pemikirannya agar senantiasa bersih dan jernih, membersihkan perbuatannya untuk meraih tujuan.
Hal inilah yang menjamin keberhasilan dan komunitas dakwah, dengan syarat para pengemban dakwah harus menjalankan semua kewajiban dari Allah Swt. Mereka melakukannya dengan bahagia dan mengharap keridaan dari-Nya. Setiap kali melakukan apa pun, semuanya ditujukan hanya untuk Allah. Serta keberhasilan yang diperolehnya semata-mata karena pertolongan Allah.https://narasipost.com/motivasi/03/2023/kematian-dan-pertemuan-yang-dirindukan/
Karena itu, pengemban dakwah terus menerus belajar. Nabi saw. pun tidak lelah mengajarkan Islam kepada umatnya, hingga Allah memanggil Baginda Rasul. Para pengemban dakwah tak pernah lelah menggali berbagai kebaikan dari Nabi saw. Ibadah mereka, kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara yang mereka praktikkan tak lain adalah ajaran Nabi saw. Mereka sempat mendapatkan julukan ruhban al lail wa farsan an nahar (rahib-rahib di malam hari, dan satria-satria di siang hari).
Itulah gambaran generasi umat yang mampu membawa amanah agamanya. Ketika kita melihat para sahabat Nabi saw., hidup mereka begitu sempurna, hasil didikan manusia sempurna, yaitu Nabi Muhammad saw. Pengemban dakwah yang mengikuti sunah Rasul akan menjadi generasi terbaik setelah Nabi Muhammad saw. Allah juga selalu menjaga pemikiran dan perasaan Nabi saw., agar tidak terkotori dan menyimpang dari pemikiran dan perasaan Islam. Karena itulah Nabi saw.adalah seorang yang maksum dari dosa besar maupun kecil.
Baginda Rasulullah saw. adalah orang yang maksum karena wahyu yang diterimanya, maksudnya adalah bahwa beliau harus maksum dari segala dosa besar dan kecil. Karena wahyu harus disampaikan, sedangkan untuk menyampaikan wahyu seperti apa adanya, meniscayakan manusia tersebut harus maksum.
Abu Bakar menegaskan tentang kemaksuman Rasulullah saw,
“Sesungguhnya Rasulullah saw. telah dijaga dari segala dosa dan kesalahan karena wahyu yang diterimanya. Beliau selalu ditemani malaikat, sedangkan aku, selalu ditemani setan yang selalu membujukku. Jika aku marah, maka menjauhlah dariku, agar aku tidak menderai rambut dan kulit kalian, ingatlah, maka hendaknya kalian selalu menjagaku”.
Begitu juga Nabi saw. selalu menjaga pemikiran dan perasaan para sahabat, agar tidak menyimpang dari pemikiran dan perasaan Islam. Hal yang sama selalu dilakukan oleh para sahabat di antara sesama mereka. Terlebih, karena mereka tidak maksum seperti Nabi saw. Justru mereka sadar, bahwa mereka tidak sempurna, mereka tidak luput dari salah, maka mereka pun saling menjaga, saling mengingatkan, karena cinta mereka kepada Allah Swt. dan mereka para sahabat terbiasa saling mengingatkan, setelah majelis mereka dengan Rasulullah saw.
Dalam satu riwayat, ketika Umar bin Khattab memanggil Mu’adz bin Jabal, seraya berkata, “Mari ke sini, duduk dengan kami. Kita meningkatkan keimanan kita, sesaat demi sesaat.” Mu’adz bertanya, “Bukankah kita sudah beriman?” Dalam riwayat lain, Ibn Abbas mempunyai alasan, mengapa mereka selalu melakukan muzakarah, “Iman itu seperti baju, jika kamu telah memakainya kamu pasti akan melepasnya, dan kamu akan memakainya kembali.” Itulah kesadaran yang dimiliki oleh para sahabat ridwanullah alaihim.
Lihatlah, bagaimana Ibn Abbas dengan kecerdasannya yang luar biasa, ternyata tidak hanya berguru dari seorang sahabat. Karena itu ia selalu bertanya kepada lebih dari seorang sahabat, bahkan hingga tiga puluh orang sahabat dalam satu masalah. Kesanggupannya dalam mencari ilmu pun tampak dari kesanggupannya untuk tidur di depan pintu rumah gurunya. Ia pun selalu menjaga dirinya dalam ketaatan kepada Allah Swt. Ibnu Abbas pun tidak pernah absen dari salat tahajud, baik ketika di rumah atau saat bepergian. Semua itu tak lain untuk menggapai kesempurnaan diri dalam meraih ketaatan sebagai pengemban dakwah agama Allah.
Itulah yang dilakukan oleh seorang pengemban dakwah sejati, senantiasa belajar dan meng-upgrade diri agar menjadi seorang muslim yang lebih baik. Karena tugasnya di bumi ini sebagai khalifah, maka hal itulah yang harus dilakukan, belajar, belajar, dan belajar agar mampu menjadi pengemban dakwah yang bisa membawa jalan kebenaran Islam, sebagai agama yang penuh rahmat bagi semesta alam. Tidak ada kata lelah dalam kamus seorang pengemban dakwah, karena saling menjaga dalam ketaatan merupakan tujuan meraih kesempurnaan rida Allah Swt.
Wallahu a’lam bisahawab.
Barakallah. Ini mah penulis keren dan produktif ❤️
Dakwah harusnya menjadi poros hidup setiap muslim ya. Karena dakwah adalah jalan hidup orang beriman. Semoga kita diistikamahkan di jalan dakwah hingga ajal menjemput.
Aamiin Allahumma Aamiin
booster pengemban dakwah meraih satu kata menang
Allah Akbar
Dakwah adalah cara cerdas memanfaatkan usia terbatas dan singkat di dunia. Barokallohu, mba Desi
InsyaAllah semoga istiqomah bagi para pengemban dakwah semua
Wa Barakallah alaiik mbak Novi