"Dari sejarah 1 Muharam, umat bisa mengambil pelajaran, yakni bagaimana Rasulullah saw. berhijrah. Hijrah Nabi saw. bukanlah peristiwa biasa, melainkan hijrah yang menjadi batu pijakan berdirinya Islam pertama kali di dunia."
Oleh. Gien Rizuka
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-30 Agustus 2022 adalah hari yang bertepatan dengan 1 Muharam dalam kalender Hijriah. 1 Muharam juga bisa disebut dengan tahun baru Hijriah atau tahun baru Islam. Biasanya, umat Islam Indonesia merayakan tahun baru Hijriah. Mereka berbondong-bondong mengagendakan acara seremonial untuk menyambut tahun baru ini, mulai dari individu, masyarakat, atau bahkan negara.
Perayaan tahun baru Islam tersebut biasanya dilaksanakan pada awal bulan Muharam. Namun, banyak pula yang mengadakannya pada saat pertengahan atau akhir bulan Muharam. Ada yang mengadakan sunatan massal, menyantuni anak yatim, pawai obor, dan aktivitas-aktivitas yang di dalamnya terdapat nilai keagamaan.
Apalagi 1 Muharam merupakan awal masuknya tahun baru dalam kalendar Hijriah. Maka, wajar saja jika hampir seluruh wilayah di negeri yang masyarakatnya mayoritas muslim ini, baik di perkotaan atau perkampungan terlihat banyak yang merayakannya.
Kemeriahan dalam penyambutan masuknya bulan Muharam bisa disaksikan dengan semarak obor di tiap daerah yang menerangi jalan-jalan yang dilewati para peserta pawai. Andai saja kegembiraan masyarakat tersebut dapat mencerminkan bahwa pemikiran umat sedang baik-baik saja. Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Gempuran kejahiliahan masih melekat pada pemikiran kaum muslim dunia, terkhusus di Indonesia.
Dalam sejarahnya, 1 Muharam merupakan momentum Nabi saw. berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk menyambut pertolongan Allah Swt. pasca berbagai ujian yang diterima Rasulullah saw. dan para sahabat kala berdakwah di Makkah. Ujian-ujian yang menyerang Rasul saw. dan para sahabat sangatlah menyulitkan dakwah, sehingga penerapan pemikiran Islam yang sejatinya dapat menyelamatkan manusia dari kebodohan, kazaliman, dan kerusakan, justru ditolak mentah-mentah oleh orang-orang Quraisy.
Akhirnya, kaum Anshar-lah yang bersedia menerima Islam dan dakwah nabi saw. Nabi saw. tidak menyiakan-nyiakan keterbukaan kaum Anshar terhadap dirinya dan agamanya. Beliau saw. bergegas meninggalkan Makkah untuk berhijrah ke Madinah dalam rangka menerapkan Islam kaffah.
Dengan demikian, sejarah 1 Muharam mestinya diselisik lebih mendalam. Dari sejarah 1 Muharam, umat bisa mengambil pelajaran, yakni bagaimana Rasulullah saw. berhijrah. Hijrah Nabi saw. bukanlah peristiwa biasa, melainkan hijrah yang menjadi batu pijakan berdirinya Islam pertama kali di dunia.
Keterpurukan yang menimpa Nabi saw. dan para sahabat mulai lenyap seiring berjalannya waktu, sebab rahmat Islam mulai tersebar. Satu per satu orang-orang berdatangan untuk masuk ke dalak Islam. Dakwah Islam pun meluas hingga menaklukkan dua pertiga dunia.
Maka dari itu, seharusnya umat Islam hari ini mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi saw. Mulai dari fase dakwah Islam di Makkah, hingga Islam kaffah dapat terealisasi di Madinah. Hijrah Nabi saw. bukan hanya sekadar berpindah dari perilaku jahiliah ke pola Islam secara individu saja. Lebih dari itu, Nabi saw. mewujudkan sebuah daulah yang dapat mengubah pemikiran manusia agar dapat bangkit dari kebodohan. Melalui kepemimpinannya sebagai kepala negara, Nabi saw. memberlakukan sanksi Islam untuk menumpas kezaliman hingga aturan tersebut bisa menciptakan peradaban yang gemilang.
Dengan kata lain, umat patut berusaha mengambil cara Nabi saw. dalam mewujudkan kembali kehidupan yang penuh berkah. Bukankah semua perkataan, perbuatan, dan diamnya Nabi saw. dihukumi sebagai hukum syarak bagi umat Islam? Artinya, seluruh aktivitas Rasulullah saw. wajib kita teladani, termasuk dalam thariqah (metode) pengaplikasian hukum Islam. Nabi saw. telah mencontohkan jalan yang ditempuh ketika menghadapi berbagai kebatilan di Makkah, yang mana tuntunannya berupa wahyu dari Allah swt., Sang Pencipta yang Maha Mengetahui atas ciptaannya, termasuk manusia.
Aturan ini pun berlaku untuk seluruh umat sejak zaman Rasulullah saw. hingga sekarang. Thariqah-nya tanpa jalan tengah. Tak pernah ada kesepakatan yang terjalin antara Nabi saw. dan kaum kafir. Nabi menolak berbagai tawaran kaum kafir untuk berselang-seling memberlakukan hukum.
Dengan begitu, jalan satu-satunya yang bisa diharapkan ialah jalan yang ditempuh oleh Nabi saw. Umat terlebih dulu mesti disadarkan oleh pemikiran Islam yang akan membentuk amalnya sesuai Islam pula. Pemikiran Islam inilah yang akan mendorong umat melakukan amar makruf nahi mungkar, termasuk muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa), yakni mengingatkan kebijakan-kebijakan penguasa yang wajib bersandar pada Islam.
Apalagi penguasa saat ini sering kali mengesahkan kebijakan-kebijakan yang menzalimi rakyat. Rakyat terus ditimpa kesengsaraan di berbagai aspek, misalnya aspek ekonomi yang mana rakyat dimiskinkan secara struktural oleh sistem kapitalisme, sebab pertumbuhan ekonomi hanya berpihak pada para pemodal.
Pada aspek budaya, umat diarahkan untuk mengikuti budaya-budaya Barat melalui tontonan yang otomatis menjadi tuntunan bagi para generasi. Tak hanya itu, aspek pendidikan pun dicekoki paham hedonisme yang lahir dari akidah sekuler, di mana pendidikan sekuler melahirkan generasi yang menjunjung kebebasan berekspresi. Bahkan, akhlak dan mental tidak lagi diperhatikan dalam dunia pendidikan sekarang ini. Sungguh miris.[]