Hitam, Putih dan Kelabu

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102)"

Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- "Janganlah kalian campuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 42).

Dalam sebuah forum, seorang ustazah berkata kepada penulis, "Jangan pernah takut menyampaikan kebenaran. Sampaikan jika perkara itu adalah benar, dan salah jika ia salah. Halal dan haram jelas bedanya, jangan sampai umat terjebak perkara 'halam' (tidak jelas halal atau haram)"

Umat Islam saat ini berada dalam kondisi kritis dan jauh dari pemahaman syariat agamanya sendiri. Mengambil dan melaksanakan syariat Islam hanya untuk perkara yang disukai saja dan menolak untuk yang tidak disukai. Bahkan menerapkan hukum syarak layaknya tambal sulam, sudah lazim dilakukan. Naudzubillah.

Viral di media sosial, video seorang artis transgender yang mengadakan pengajian dan santunan kepada anak yatim. Dalam akun TikToknya, sang artis mengatakan sedang mengadakan tasyakuran atas perubahan wajah dan suara barunya dan bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah Swt. (Sindonews.com, 12/8/2022).

Apa yang dilakukan sang selebritas pun mengundang tanya warganet. Bukankah perilakunya menjadi transgender adalah dilarang dalam Islam? Lalu ia bersyukur untuk apa? Apakah ia tidak tahu bahwa perbuatannya sama saja dengan mencampurkan kesalahan dengan kebenaran?

Kejadian ini bukanlah baru pertama terjadi. Sebelumnya sudah ada hal yang serupa, di mana seorang artis transgender disiarkan kebaikannya karena mengasuh ratusan anak yatim. Bahkan mendiang artis ini pun mengubah namanya menjadi nama seorang sahabiyah.

Melakukan amalan kebaikan seakan menjadi legitimasi untuk menutupi perbuatan yang menyalahi syarak. Standar benar dan salah serta halal dan haram didefinisikan sesuai hawa nafsu manusia. Ditambah lagi umat Islam enggan menerapkan hukum syarak secara kaffah, hanya mengambil sebagian serta meninggalkan sebagian yang lain. Allah Swt. telah menggambarkan perbuatan tersebut layaknya orang kafir, dan atas perbuatannya disiapkan siksaan yang menghinakan. Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nisa ayat 150-151:

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: 'Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)', serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan."

Ide sekularisme yang telah menghunjam kokoh di tengah-tengah umat semakin menjauhkan mereka dari fitrahnya sebagai hamba Allah Swt. yang mewajibkan untuk mengimani semua perkara yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw. Peran media sebagai corong propaganda ide-ide kufur turut membius umat dan melenakan mereka sehingga menganggap perbuatan memilah-milah hukum sebagai hal yang wajar. Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nahl ayat 63:

"Demi Allah, sungguh Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau (Muhammad), tetapi setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan mereka (yang buruk), sehingga dia (setan) menjadi pemimpin mereka pada hari ini dan mereka akan mendapat azab yang sangat pedih".

Islam telah memberikan penjelasan perbedaan perbuatan baik dan buruk serta halal dan haram secara jelas dan tegas. Keduanya jelas berbeda layaknya perbedaan hitam dan putih. Tak ada area kelabu yang menyiratkan tercempurnya perbuatan halal dan haram sehingga status hukumnya menjadi kabur. Allah Swt. telah merinci dan menyebutkan perkara halal dan haram dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Ada kalanya penyebutannya secara tersurat (jelas tertulis) seperti kehalalan jual beli dan keharaman riba.
"…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…" (Al Baqarah: 275)

Ada kalanya disebutkan secara tersirat, namun ada qarinah (indikasi) yang menjelaskan status perbuatan tersebut melalui kata pujian atau celaan bagi yang melaksanakan atau meninggalkannya. Misalnya, perbuatan zina adalah haram karena Allah Swt. telah melarang untuk mendekatinya dan mencela perbuatan tersebut.

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (Al -Isra: 32).

Maka, tak layak bagi orang yang beriman untuk menyelisihi syariat yang telah diturunkan Allah Swt. apalagi menolaknya, karena dia adalah pedoman hidup untuk meraih kedudukan yang mulia di akhirat. Kewajiban seorang hamba hanyalah beribadah dan mengimani semua yang telah disampaikan Allah Swt. di dalam Al-Qur'an. Allah Swt. berfirman dalam surah Az-Zariyat ayat 56:
"Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku"

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. 'Kami mendengar dan kami patuh.' Mereka itulah orang-orang yang beruntung. Siapa saja yang taat kepada Allah dan rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan." (QS An-Nur [24]: 51-52).

Mengimani dan melaksanakan seluruh perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya adalah konsekuensi dari ketakwaan seorang mukmin.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)

Maka, menjadi kewajiban bagi orang yang beriman untuk melaksanakan semua syariat Allah Swt. secara kaffah dengan landasan iman. Allah Swt. memberikan pujian bagi orang yang beriman dan melakukan perbuatan baik sebagai sebaik-baik makhluk dan dijanjikan surga. Tidakkah kita menginginkannya?

"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya." (Al-Bayinah: 7-8)

Wallahua'alam bishawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Irma Sari rahayu Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Tawuran Antarpelajar Berulang, Butuh Solusi Gemilang
Next
Sepasang Sayap Menuju Surga
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram