"Jangan sampai semangat dakwah meredup apalagi sampai padam. Karena tidak ada jalan lain untuk membangkitkan umat selain dengan berdakwah. Para pengemban dakwah memang tidak mungkin bisa lepas dari berbagai masalah. Sebab andai saja kita tidak berdakwah, masalah pasti selalu ada. Dengan berdakwah, sejatinya kita sedang menolong agama Allah dan Allah Swt. pasti akan menolong para pengemban dakwah."
Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (hujah) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (TQS. An-Nahl [16]: 125)
Aktivitas menyeru kepada manusia adalah kewajiban seluruh kaum muslim, baik laki-laki maupun perempuan yang mengaku beriman kepada Allah Swt. Aktivitas ini menjadikan Islam tersebar luas ke seluruh penjuru dunia. Inilah yang dinamakan dengan dakwah.
Selain menyeru dan mengajak, dakwah juga merupakan upaya mengingatkan manusia agar tidak terjerumus ke jurang kesesatan. Dakwah ini pun bukan sekadar dalam ranah ibadah bagi individu, namun harus sampai kepada upaya menerapkan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, bukan sebuah perkara yang mudah untuk melakukan aktivitas yang mulia ini.
Liku-Liku dalam Dakwah
Banyak hambatan, tantangan, dan rintangan yang akan mengadang saat berdakwah. Rintangan yang datang bisa dari lingkungan dan masyarakat sekitar. Sudah tidak terhitung lagi berbagai stigma negatif yang disematkan kepada para pengemban dakwah. Anggapan radikal maupun teroris menjadi menu sehari-hari. Pengemban dakwah dituduh sebagai pemecah belah persatuan, anti terhadap keberagaman, dan mengancam perdamaian tanpa bisa membela diri. Semua itu menjadi cobaan dan ujian bagi para pengemban dakwah sebagai konsekuensi dari keteguhannya dalam memperjuangkan Islam.
Berbagai hambatan maupun rintangan yang dialami oleh para pengemban dakwah pada masa kini ternyata belum seberapa jika dibandingkan dengan Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Saat itu Rasul saw. bahkan mengalami hal-hal yang lebih berat. Begitu banyak tindakan dan tuduhan keji yang Rasul saw. terima dari orang-orang kafir Quraisy. Beliau dituduh orang gila, tukang sihir, dan perusak tradisi nenek moyang. Beliau juga harus menghindari kejaran orang-orang kafir yang ingin membunuhnya.
Begitu juga dengan para sahabat yang mengikuti dakwah Rasul saw. Bagaimana Bilal bin Rabah yang harus mengalami siksaan dari majikannya karena tidak mau meninggalkan Islam. Ada keluarga Yasir yang lebih memilih syahid daripada harus kembali ke agama nenek moyang, dan masih banyak lagi para sahabat Rasul saw. yang mendapat perlakuan serupa.
Apa yang dialami para sahabat dalam berdakwah ternyata tidak menyurutkan langkah mereka untuk terus menyampaikan risalah Islam. Mereka, para sahabat berdakwah dengan semangat membara tanpa rasa ragu. Mereka juga tidak takut bila harus kehilangan nyawa. Semua itu didasari oleh keyakinan yang kuat bahwa Allah Swt. akan memberikan jaminan yang luar biasa kepada hamba-Nya yang ikhlas dalam berdakwah.
Jaminan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada para pengemban dakwah adalah surga. Tentu saja jalan untuk menuju surga juga tidak mudah. Allah Swt. telah berfirman yang artinya: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang cobaan kepada kalian, sebagaimana halnya orang-orang sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan berbagai cobaan)." (TQS. Al-Baqarah [2]: 214)
Maka, pantaskah manusia mengharapkan surga sedangkan dia tidak berbuat apa-apa? Sedangkan Rasul saw. yang dijamin surganya oleh Allah Swt. ternyata mengalami berbagai macam cobaan dan ujian dalam berdakwah. Oleh karena itu, sebagai hamba yang bertakwa, sudah seharusnya kita melaksanakan dakwah dengan menjadikan dakwah tersebut sebagai jalan hidup. Dakwah juga wajib dijadikan denyut nadi dalam menjalankan kehidupan individu, masyarakat, dan negara. Dengan begitu, semangat dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat akan mampu dihadirkan dalam menjalani kehidupan.
Permasalahan Hidup
Namun tenyata, memunculkan semangat dakwah di jaman sekarang tidak semudah membalikkan telapak tangan ataupun mengedipkan mata. Banyaknya permasalahan hidup yang menimpa individu muslim terlebih para pengemban dakwah sering kali menjadi hambatan utama dalam berdakwah. Masalah yang menimpa diri maupun keluarga dijadikan pembenaran untuk lalai dari kewajiban berdakwah. Apalagi jika sudah terkait urusan ekonomi. Masalah muncul saat harga-harga barang kebutuhan pokok semakin lama semakin menjulang tinggi. Mahalnya BBM, listrik, dan gas semakin tidak terkendali. Biaya pendidikan maupun kesehatan juga tidak bisa diajak kompromi. Belum lagi berbagai pungutan pajak semakin menambah beban dan membuat pikiran tertekan. Semua itu terjadi akibat tidak diterapkannya Islam secara keseluruhan.
Banyaknya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dan biaya hidup yang semakin bertumpuk membuat masyarakat terpuruk. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu saja hal-hal tersebut menjadi masalah yang memengaruhi gerak dan semangat para pengemban dakwah.
Tidak Menunggu Sempurna
Selain masalah keluarga dan ekonomi, ada satu hal lagi yang membuat pengemban dakwah kurang bersemangat dalam menyampaikan dakwah. Pengemban dakwah merasa bahwa dirinya belum pantas untuk berdakwah. Dirinya juga merasa masih miskin ilmu, penuh kekurangan, dan banyak dosa. Maka, rasa ragu, minder, dan khawatir campur aduk menjadi satu yang membuat dirinya merasa belum mampu. Lantas, apakah seorang pengemban dakwah harus menunggu dirinya sempurna dulu baru berdakwah? Sedangkan berdakwah adalah kewajiban sebagai umat Islam.
Imam Al- Hafidz Ibnu Rajab rahimahullaah berkata: "Andai tidak boleh menyampaikan nasihat kecuali orang yang terbebas dari dosa/kesalahan, tentu tidak ada seorang pun yang layak menyampaikan nasihat kecuali Rasulullah saw. Sebabnya, tidak ada yang terbebas dari dosa/kesalahan (maksum) setelah beliau." (Ibnu Rajab, Lhatha'if Al-Ma'arif, hlm. 19)
Dengan demikian, tidak ada alasan untuk tidak menyampaikan nasihat (dakwah) hanya karena merasa masih banyak kekurangan. Dakwah harus tetap berjalan sembari terus belajar dan memperbaiki diri dengan menambah tsaqofah agar memiliki bekal dalam berdakwah. Sekali lagi karena dakwah adalah sebuah kewajiban. Sebagai seorang muslim, tentu kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk taat dan patuh kepada aturan Allah Swt.
Jika kewajiban berdakwah ditinggalkan, maka Allah Swt. akan memberikan siksa-Nya dan tidak terkabulnya doa. Hal itu telah disampaikan oleh Rasul saw. dalam sabda Beliau yang artinya: "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya kalian (memilliki dua pilihan, yaitu) benar-benar melakukan amar makruf nahi mungkar ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian, kemudian kalian berdoa, tetapi doa itu tidak akan dikabulkan." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
Tentunya, sebagai seorang hamba pasti selalu berharap Allah Swt. mengabulkan doa-doa yang kita minta. Sebab, sebagai makhluk yang lemah dan terbatas, tentunya kita sangat membutuhkan Allah Swt. Sebagai seorang muslim yang cerdas, pasti kita akan memilih untuk berdakwah dengan menyampaikan amar makruf nahi mungkar. Dalam keadaan lapang atau sempit, dakwah tidak boleh ditinggalkan.
Setiap orang, siapa pun dia pasti mengalami masalah termasuk para pengemban dakwah. Sebab selama hayat masih dikandung badan, masalah akan selalu ada. Hanya saja kadarnya berbeda untuk masing-masing orang. Hal itu sesuai dengan batas kemampuannya. Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya …." (TQS. Al-Baqarah [2]: 286)
Ayat di atas menjadi bukti bahwa Allah Swt. sebagai Sang Khalik pasti lebih tahu kekuatan dan kemampuan makhluk ciptaan-Nya. Allah Swt. juga sudah mengetahui yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Maka, sebagai seorang muslim apalagi pengemban dakwah, janganlah berputus asa dari rahmat Allah Swt.
Para pengemban dakwah memang tidak hanya memikirkan diri maupun keluarganya. Mereka juga memikirkan kondisi umat yang semakin lama semakin rusak. Dengan pemahaman yang didapat dari pembinaan intensif, menjadikan mereka peka terhadap sekelilingnya. Mereka juga ditempa dengan berbagai tsaqofah, keberanian, dan kegigihan dalam perjuangan dakwah.
Kemuliaan Islam
Ikatan yang kuat dalam akidah Islam menjadikan para pengemban dakwah paham bahwa sesama muslim adalah saudara. Umat muslim bagaikan satu tubuh. Hal itu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam hadis yang artinya: "Perumpamaan orang-orang muslim dalam hal kasih sayang dan tolong-menolong yang terjalin antar mereka adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian merasakan sakit, maka seluruh bagian tubuh akan bereaksi, dengan tidak tidur dan demam." (HR. Muslim)
Tolong-menolong di dalam Islam ternyata bukan hanya ketika saudara atau teman kita dalam kesulitan. Akan tetapi saat mereka ada di jalan kekufuran dan jauh dari aturan Allah Swt., kita pun harus mau mengingatkan. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Kaum mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka melakukan amar makruf nahi mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi nikmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (TQS. At-Taubah [9]: 71)
Betapa mulianya ajaran Islam yang begitu memperhatikan dan memedulikan urusan saudaranya. Sebagai sesama muslim, kita harus saling menjaga satu sama lain. Perhatian dan rasa peduli yang diajarkan oleh Islam bahkan sampai kepada masalah keselamatan hidup saudaranya, baik di dunia maupun akhirat, hanya bisa diwujudkan dengan aktivitas dakwah.
Maka, sudah sepatutnya kita meningkatkan dan menumbuhkan semangat yang membara dalam berdakwah. Jangan sampai semangat dakwah meredup apalagi sampai padam. Karena tidak ada jalan lain untuk membangkitkan umat selain dengan berdakwah. Para pengemban dakwah memang tidak mungkin bisa lepas dari berbagai masalah. Sebab andai saja kita tidak berdakwah, masalah pasti selalu ada. Dengan berdakwah, sejatinya kita sedang menolong agama Allah dan Allah Swt. pasti akan menolong para pengemban dakwah. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (TQS. Muhammad [47]: 7)
Itulah janji Allah Swt. kepada hamba-Nya. Semoga janji Allah tersebut menjadi penambah semangat para pengemban dakwah untuk terus menyampaikan kebenaran. Dengan janji itu pula yang akan menjadi bekal para pengemban dakwah untuk terus istikamah dalam mendakwahkan Islam kafah. Karena hanya dengan penerapan Islam kafah, segala permasalahan kehidupan akan terselesaikan. Dengan Islam kafah pula kebangkitan dan kejayaan Islam bisa diwujudkan.
Wallaahu a'lam bi ash-shawwab.[]