Mata Air Zubaidah

"Zubaidah, ia memberi minum penduduk Makkah di saat air tinggal satu kulah seperti 1 dinar, lalu ia pun mengalirkan air sejauh 10 batu yang mampu membelah bukit hingga air itu mengalir dari sumber mata air ke Tanah Haram. Itulah yang bernama Mata Air Zubaidah, sumber mata air terbaik yang pernah ada di Lembah Nu'man, sebelah Timur Makkah." (Imam Ibnu Jauzi)

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tapak tilas ke Mata Air Zubaidah adalah salah satu rangkaian agenda pihak travel umrah plus Turki yang kami ikuti pada bulan April 2015. K.H. Hafidz Abdurrahman sebagai pembimbing mengajak para jemaah mengunjunginya. Tentu perjalanan spiritual ini dilakukan dalam rangka ibadah sekaligus belajar. Dengan menggunakan bus, rombongan kami pun meluncur ke lokasi. Kiai Hafidz menjelaskan tentang keberadaan sumur air yang terkenal itu dengan terperinci. Sebagai jemaah, tentu masih terekam jelas saat kami menyaksikan sendiri puing peninggalan saluran air tersebut.

Patutlah diapresiasi gebrakan Zubaidah membuat saluran pipa air yang membentang dari Kufah hingga ke Rafha yang tembus ke Fida lalu Rabadzah dan berakhir di Makkah. Saluran air ini mampu melewati pegunungan dan padang pasir yang tandus. Berhasil menyelamatkan banyak jemaah haji yang kehausan dan mencegah kematian.

Seperti diketahui, air merupakan kebutuhan vital bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Keberadaan air sangat berharga bagi keberlangsungan kehidupan seluruh makhluk-Nya. Hal inilah yang akhirnya melatarbelakangi seorang istri khalifah untuk membuat sumur air yang kemudian airnya bermanfaat untuk keperluan ibadah haji dan orang-orang di sekitarnya.

Syahdan, Amatul Aziz binti Ja'far bin Abi Ja'far Al-Manshur yang lebih dikenal dengan nama Zubaidah merupakan seorang wanita berpemikiran cemerlang, hati yang lembut, dan berjiwa sosial tinggi dari keturunan Bani Abbas. Beliau juga merupakan istri dari Khalifah Harun Ar-Rasyid yang pusat kekhilafahannya di Kota Baghdad pada masa 781 Masehi.

Pada masa Kekhilafahan Abbasiyah, Khalifah Harun Ar-Rasyid memberangkatkan rakyatnya secara bergiliran untuk melaksanakan ibadah haji secara cuma-cuma dengan diberi perbekalan yang memadai dan sejumlah uang yang cukup. Suatu ketika, saat musim haji tiba, Makkah mengalami musim paceklik dan kekeringan pun melanda wilayah tersebut. Zubaidah begitu peka, tergeraklah hatinya untuk membangun bendungan atau penampungan air.

Meskipun istri seorang khalifah, beliau tidak tinggal diam melihat kondisi yang memprihatinkan di sekitarnya. Dengan menggunakan biaya pribadinya, Zubaidah yang berhati emas itu berinisiatif membuat proyek besar untuk membangun saluran air terpanjang dan terbesar dari Kota Baghdad, yang nantinya air tersebut dialirkan ke daerah-daerah penting selama pelaksanaan ibadah haji, seperti Makkah, Mina, Arafah, dan Muzdalifah, dengan harapan agar para jemaah haji tidak kekurangan air dan ibadah haji bisa berjalan dengan lancar.

Zaman itu belum ada listrik, tetapi Zubaidah dengan kecerdasannya memerintahkan orang-orang untuk menggunakan tenaga kuda sebagai motor penggeraknya, yakni menarik air dari Wadi Nu'man, kemudian mengalirkan airnya ke tempat para jemaah haji berada. Walhasil, pasokan air untuk kebutuhan berwudu, minum, MCK, dan sebagainya terpenuhi dengan baik. Sungguh luar biasa karunia Allah Swt., air yang dihasilkan dari sumber mata air tersebut tak pernah kehabisan meskipun diambil terus-menerus dan musim panas dalam jangka panjang.

Sungguh kedermawanan dan kepedulian seorang istri khalifah yang patut menjadi teladan bagi kaum muslimah untuk turut andil dalam memberikan pelayanan kepada umat, tanpa berhitung untung atau rugi demi meraih keridaan Allah semata. Di dalam surah Al-Hadid ayat 7, Allah Swt. memerintahkan kepada setiap hamba agar beriman kepada Allah dan Rasul saw. serta tidak segan membelanjakan harta yang telah Allah berikan. Sehingga mereka memperoleh pahala yang besar.

Keteladanan Zubaidah telah tertulis dalam sejarah tinta emas peradaban Islam. Membuktikan sekaligus mendorong kita bahwa sebagai muslimah hendaklah kita mengambil peran dalam perjuangan menegakkan amar makruf nahi mungkar di bumi Allah tercinta ini, menyebarkan Islam kafah, dan mewakafkan diri untuk kemaslahatan umat.

Zubaidah tidak pernah takut merugi walau harus merogoh kantong pribadinya dalam pembuatan sumur itu. Beliau melakukannya dengan hati yang ikhlas, meskipun pembuatan sumur air tersebut menelan biaya 1.500.000 dinar. Namun, ada kebahagiaan dan kepuasan batin yang luar biasa terpancar dalam jiwanya, yakni telah menolong sesama dan agama, terlebih ini merupakan perintah Allah Swt. Tak hanya sampai di situ sumbangsih Zubaidah, amal saleh lainnya adalah membangun masjid, membuat waduk untuk irigasi, membangun jembatan di daerah Hijaz, Syam, Baghdad, dan sebagainya.

Sungguh mengagumkan jejak-jejak kebaikan beliau. Meski seorang wanita, beliau telah membuktikan bahwa dalam perkara amal saleh, seorang wanita dapat meraup pahala yang besar nilainya di hadapan Allah Swt. tanpa harus meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri, mengurus keluarga, mengambil peran dalam ranah politik, dan keumatan.

Patutlah ayat berikut sebagai renungan bagi kita semua, di mana Allah Swt. telah mengabarkan dalam surah Al-Ashr yang bermakna, "Demi masa, bahwa sesungguhnya manusia telah mengalami kerugian kecuali mereka yang beriman, melakukan kebaikan, berpesan dalam kebaikan dan kesabaran."

Keelokan budi pekerti dan kemuliaan hati Zubaidah memberi hikmah kepada kita. Beliau laksana mutiara indah yang berbinar di ruang gelap sekalipun. Hari-harinya disibukkan dalam ketaatan kepada Allah Swt. Terus memperbesar tabungan akhirat serta mempersiapkan diri menghadapi hari yang tak lagi bermanfaat kecuali amal kebajikan yang abadi.

Sang penyair dunia, Imam Ibnu Jauzi mengisahkan tentang Zubaidah, ia bertutur, "Zubaidah, ia memberi minum penduduk Makkah di saat air tinggal satu kulah seperti 1 dinar, lalu ia pun mengalirkan air sejauh 10 batu yang mampu membelah bukit hingga air itu mengalir dari sumber mata air ke Tanah Haram. Itulah yang bernama Mata Air Zubaidah, sumber mata air terbaik yang pernah ada di Lembah Nu'man, sebelah Timur Makkah."

Demikianlah perjalanan kami ke Mata Air Zubaidah hari itu. Kami pun kembali menyusuri tempat-tempat bersejarah lainnya. Semoga kisah ini bermanfaat dan semakin mempertebal keimanan kita sebagai hamba beriman.

Wallahu a'lam bishshawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Bunga Padi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ketika Rasa Malu Berpadu dengan Ilmu
Next
Kasus Penembakan Eks PM Jepang dan Paradigma Politik Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

PDAM tempo daulah tegak udah bisa menyelamatkan banyak nyawa umat dan jamaah haji. Menariknya meski istri Khalifah Ibunda Zubaidah sangat rendah hati dan peduli urusan keumatan. Beliau tak segan mengeluarkan dana pribadi yg besar utk menolong umat. Kira2 ada enggak ya zaman sekarang istri Presiden seperti itu? ...hmmm

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram