Waktu Laksana Pedang

“Pergunakanlah masa sehatmu sebelum masa sakitmu dan masa hidupmu sebelum matimu.” (HR. Bukhari)


Oleh: Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-"Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memegang pundakku dan bersabda: ''Jadilah kamu di dunia ini sebagaimana orang asing atau seorang musafir." Ibnu Umar juga berkata; "Bila kamu berada di sore hari, janganlah menunggu datangnya waktu pagi, dan apabila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore hari, pergunakanlah sebaik-baiknya waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu." (HR. Al Bukhari (W. 256 H)

Hadis ini menjadi peringatan kepada manusia supaya tidak membangun angan-angan yang panjang terhadap dunia. Sebagai seorang yang beriman, sudah seharusnya tidak menganggap dunia ini sebagai tempat tinggal yang abadi. Akan tetapi, seharusnya ia senantiasa menganggap hidup di dunia ini seakan musafir yang sedang menyiapkan bekal bepergian untuk menempuh perjalanan yang sangat panjang.

Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalany menjelaskan dalam kitab Fathul Baari’ Syarh Shahih Al Bukhari, bahwa perumpamaan orang yang asing atau pengembara pada hadis di atas adalah sebab para pengembara biasanya jika singgah di suatu tempat, mereka hanya akan singgah dalam waktu yang singkat saja dan tidak berlama-lama. Mereka sangat berhati-hati dan senantiasa waspada terhadap kemungkinan akan adanya bahaya yang dapat mengganggu perjalanan mereka, maka mereka akan selalu berusaha untuk mengefektifkan waktu, tidak membuang-buang waktu dan senantiasa bersungguh-sungguh dalam perjalanannya.

Ibnu Qayyim Rahimahullah telah menyebutkan sebuah perkataan yang begitu indah, yaitu bahwa kerinduan dan kecintaan, juga harapan seorang muslim akan surga adalah karena surga tempat tinggalnya semula. Seorang muslim selama hidup di dunia adalah tawanan bagi musuh-musuhnya. Ia diusir dari negeri asalnya karena iblis telah memperdaya bapak kita Adam, dan beliau akan melihat apakah kita akan dikembalikan ke tempat asal kita ataukah tidak. Ada seorang penyair yang berkata:

Palingkanlah hatimu pada apa pun yang kau cintai, Tidaklah kecintaan itu melainkan pada cinta pertamamu, Yaitu Allah Subhanahu Wa ta'ala.

Berapa banyak tempat di bumi yang ditempati oleh manusia

Namun selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula, Yakni Surga

Fakta bahwa tempat semula kita adalah surga, harusnya menjadikan hati kita senantiasa berupaya untuk bertobat dan semakin tawadhu kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Senantiasa berupaya untuk bergantung hanya kepada-Nya, baik cinta, harapan, rasa takut, juga ketaatan dan kepatuhan. Berupaya untuk terus menautkan hati kita kepada surga. Merindukan hidup penuh kemuliaan di dalamnya, dan terus mengingatkan diri kita bahwa kita hanya seorang musafir di dunia ini. Seorang musafir tidak akan berleha-leha dan berlama-lama. Ia akan terus bergegas dan menginginkan urusannya cepat selesai, agar bisa segera pulang. Ia akan terus gelisah dan tidak senang. Karena sejatinya seorang musafir tidak akan pernah tenang dan senang hatinya kecuali setelah berkumpul bersama keluarganya di rumahnya yang sesungguhnya.

Hakikat setiap kita yang hidup di dunia ini adalah layaknya musafir yang numpang lewat. Kita datang dan kita akan pergi meninggalkannya. Kematian akan datang menghampiri kita, maka yang harus kita lakukan adalah memperhatikan diri kita. Karena musibah terbesar kita adalah kelalaian tentang hakikat ini dan hakikat alam akhirat. Maka sebuah nikmat, apabila Allah memberi rahmat-Nya untuk kita memahami hakikat kita di dunia ini.

Setelah menyadari bahwa kita hanya sebagai musafir, maka kita akan sadar betapa waktu kita sangatlah singkat. Tentu kita tidak akan lagi menyia-nyiakan waktu dan menunda-nunda amal dan ibadah. Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhu melanjutkan hadis di atas dengan wasiatnya,

إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء

“Apabila kau berada di sore hari janganlah menunggu datangnya pagi hari, dan apabila kau berada pada pagi hari janganlah menunggu datangnya sore hari.”

Maksudnya hendaklah kita senantiasa waspada dengan kematian yang datang secara tak terduga. Hendaklah setiap kita senantiasa siap dengan kedatangannya. Hendaklah kita terus mengingat hak Allah. Dengan ibadah dengan ikhlas karena Allah, maka kita telah menunaikan hak Allah. Dengan beraktivitas ikhlas karena Allah dan sesuai dengan aturan-Nya. Semua aktivitas kita landasi dengan keimanan dan ilmu, dan senantiasa sesuai koridor syariah. Begitu pula ketika kita tergelincir dalam dosa kita akan segera bangkit dengan berhenti, dan meminta ampunan serta bertobat.

Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma pun kembali mengatakan:

وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري

“Pergunakanlah masa sehatmu sebelum masa sakitmu dan masa hidupmu sebelum matimu.” (HR. Bukhari)

Karena keberadaan kita di dunia ini hanya mencari bekal, untuk perjumpaan kita dengan Allah azza wa jalla, sedang waktu yang kita miliki begitu singkatnya, maka kita pun harus bergegas dan cerdas menggunakan waktu. Perbanyak amalan yang dapat menambah bekal kita, dan meninggalkan hal-hal yang sia-sia, atau bahkan dapat mengurangi jumlah bekal kita. Dikatakan bahwa waktu terus berjalan, ia tak akan pernah kembali. Bahkan ia diumpamakan sebagai pedang, semua yang ia temui akan terpotong.

"Waktu laksana pedang, jika kau tidak menebasnya maka ia yang akan menebasmu. Dan jika jiwamu tak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan" (Dinukil dari Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafi hal 109 dan Madaarijus Saalikiin 3/129).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah pula bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْـمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ.

"Di antara ciri baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya" [HR. At-Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976; Ibnu Hibban, no. 229

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkhutbah, “Sesungguhnya dunia bukanlah negeri yang kekal bagi kalian, sebab Allah telah menetapkan kehancuran bagi dunia dan para penghuninya akan pergi. Begitu banyak bangunan yang kokoh setelah itu hancur dan roboh dan begitu banyak orang mukim yang sedang bergembira setelah itu dia meninggalkan dunia. Oleh sebab itu, hendaklah kalian memperbaiki kepergian kalian dari dunia dengan kendaraan yang paling baik, dan berbekallah, sesungguhnya bekal paling baik ialah takwa.” (Hidayatul Auliya')

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun kembali mewasiatkan kepada kita. Hadis dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Dua nikmat yang manusia banyak sekali tertipu oleh keduanya, ia adalah nikmat sehat dan waktu luang". [HR. Al-Bukhari, no. 6412; at-Tirmidzi, no. 2304; Ibnu Majah, no. 4170; Ahmad, I/258, 344; ad-Darimi, II/297; al-Hakim, IV/306 dan lainnya. Lafazh ini milik Al-Bukhari dari Sahabat Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma.

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Seseorang bisa saja sehat badannya, akan tetapi ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan pekerjaannya. Atau ia mempunyai waktu luang namun tidak sehat. Jika kedua hal itu ada, namun ia malah bermalasan dalam ketaatan, maka dialah orang yang telah tertipu. Dunia adalah lahan akhirat, di dalamnya ada perniagaan keuntungannya jelas di akhirat, siapa yang memanfaatkan waktu luang dan sehatnya untuk taat kepada Allah, maka ia orang yang sukses. Namun, siapa saja memanfaatkannya dalam maksiat kepada Allah, maka ia orang yang telah tertipu. Sebab setelah waktu luang akan datang kesibukan dan setelah kondisi sehat akan datang kondisi sakit.”

Waktu kita di dunia ini begitu singkatnya, maka gunakanlah dengan seefektif mungkin untuk mengumpulkan bekal menuju kampung asal kita yaitu surga. Karena orang mukmin wajib memanfaatkan waktu dan sisa umurnya sebaik-baiknya. Jauhi kemalasan dan berleha-leha. Karena mati adalah rahasia. Maka ketaatan jangan ditunda-tunda.

Wallahu a'lam.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Save Our Thumbs
Next
Masih Muda, Belum Waktunya Tobat?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram