Sedekah Tidak Mengurangi Harta

Sungguh harta tidak akan dibawa mati, maka bersedekahlah dengan hartamu, sesungguhnya ia tidak akan mengurangi hartamu, bahkan kamu akan merasakan keberkahannya. Bersedekahlah dengan harta terbaikmu agar Allah menerimanya dan memberimu pahala yang banyak.


Oleh: Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Dalam Islam, menyedekahkan sebagian dari harta yang kita miliki adalah termasuk ibadah yang agung, bahkan dianjurkan dan mempunyai banyak keutamaan. Ibadah tidak hanya dapat dilakukan oleh anggota badan kita saja, namun ibadah juga dapat dilakukan melalui harta. Itulah mengapa zakat ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Zakat merupakan penyerahan sebagian harta yang kita miliki, untuk dibagikan kepada fakir miskin, baik yang mereka meminta-minta maupun kepada mereka yang menahan diri dari hal itu. Selain sebagai bagian dari rukun Islam zakat pun termasuk ke dalam sedekah. Sedekah pun adalah salah satu kafarat yang Allah wajibkan jika seseorang melanggar larangan yang telah Allah tetapkan sebagai denda. Seperti ketika ada suami istri berjima' di siang hari di bulan Ramadhan, orang yang melanggar sumpah, orang yang berburu hewan sedang ia dalam keadaan ihram, maupun kepada para suami yang melakukan dzihar, maka untuk beberapa hal tersebut Allah mewajibkan kafarat atau tebusan dengan harta, sedang selainnya merupakan sedekah. Dan sedekah merupakan kesunahan bahkan dikatakan ibadah sunah paling agung.

Sedekah dengan memberikan sebagian harta kita kepada sesama terutama kepada mereka yang membutuhkan, tak akan mengurangi harta kita. Meskipun secara kasat mata harta kita berkurang, namun sejatinya harta kita tak berkurang sedikit pun karena Allah yang Maha Pemurah akan senantiasa menggantinya baik dengan harta yang lain maupun pahala atau dosa yang diampuni. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadis:

ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا

“Tidak akan berkurang harta dengan sedekah. Dan pasti akan Allah tambahkan kewibawaan pada hamba-Nya yang pemaaf.” (HR. Muslim: 2588)

Imam An Nawawi menjelaskan alam Syarh Shahih Muslim bahwa, harta yang dikeluarkan sedekahnya akan diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Dari sini maka pengurangan harta akan tertutupi oleh berkah yang bisa berbentuk apa saja dan terhitung impas. Dan hal ini hanya bisa dirasakan oleh indera juga kebiasaan. Sedang apabila harta tersebut berkurang secara dzatnya, maka hal tersebut tertutupi pahala dengan yang diperoleh, namun bagaimana dikatakan impas jika pahala ini bahkan dilipatgandakan dengan bilangan yang berlipat-lipat?

Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

"Ada tiga hal yang aku bersumpah atas ketiganya yaitu: tidaklah harta akan berkurang hanya karena sedekah, maka bersedekahlah, tidaklah seorang hamba yang memaafkan perbuatan orang yang zalim kepadanya, melainkan akan Allah tambah dengan kemuliaan, dan tidaklah seseorang yang membuka peluang atas dirinya untuk meminta-minta kepada manusia, melainkan Allah akan bukakan baginya pintu menuju kefakiran” (HR. Ahmad)

Membelanjakan harta dalam upaya melaksanakan ketaatan kepada Allah termasuk ke dalam ibadah yang mulia. Karena sesungguhnya dalam setiap harta kita ada sebagian hak dari kaum miskin. Namun tentu harta yang kita sedekahkan harus dengan ketentuan harta yang halal pula. Seorang muslim hendaknya dengan ringan menginfakkannya dan tidak menahannya, serta hendaklah tidak meremehkan keutamaan sedekah. Sebab kelak Allah akan menyelamatkan seseorang dari api neraka hanya karena ia pernah bersedekah dengan separuh buah kurma. Masya Allah.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

“Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan sedekah setengah biji kurma. Barangsiapa yang tak menemuinya, maka ucapkanlah perkataan yang baik.” (HR. Bukhari: 1413, 3595 dan Muslim: 1016)

Sedekah merupakan bukti keimanan seseorang. Bukti kita mengimani adanya hari pembalasan, bahwa kelak di hari penghisapan kita akan memperoleh balasan pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Walaupun seakan-akan di dunia kita tidak mendapatkan balasan apa-apa dari sedekah kita. Tatkala kita telah rela letih dan lelah bekerja dalam rangka mencari harta, namun uang tersebut kita sedekahkan tanpa jaminan apapun, hanya mengharap pahala dari Allah di hari kiamat kelak.

وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Salat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, sabar itu sinar panas, sedang Al-Qur’an dapat menjadi pembelamu atau pun sebaliknya, menjadi penuntutmu” (HR. Muslim).

Dijelaskan oleh Imam An-Nawawi  rahimahullah bahwa mengapa dinamakan sedekah karena sebab kesatuan akar kata dari kata “ash-Shidqu” (huruf ص, د, ق) yang berarti jujur. Sehingga sedekah merupakan bukti kejujuran iman seseorang. Beliau rahimahullah mengatakan

أي: دليل على صحة إيمان صاحبها، وسميت صدقة؛ لأنها دليل على صدق إيمانه، وبرهان على قوة يقينه.

“Sedekah merupakan dalil atas kebenaran keimanan seseorang. Itulah sebabnya mengapa dinamakan sedekah karena menunjukkan jujurnya keimanan seseorang dan bukti kuatnya keyakinannya” (Syarh Muslim: 86)

Pahala sedekah begitu besarnya, namun hanya sedekah yang dilakukan dengan memurnikan niat hanya karena Allah serta dengan harta yang halal yang pasti akan membuahkan pahala serta kebaikan yang banyak. Begitu banyak jenis sedekah yang bisa dilakukan, termasuk di antaranya adalah memenuhi kebutuhannya sendiri, atau seorang suami yang mencari nafkah untuk keluarganya.

Dengan sedekah kita melatih diri kita untuk tidak terlalu menautkan hati terhadap dunia. Ketika hati dikuasai kecintaan terhadap dunia maka akan timbul sifat kikir, pelit, dan sebagainya, yang menjadikannya manusia rakus dengan terus menahan harta untuk dirinya sendiri. Padahal seharusnya ia sadar bahwa harta dan apa pun yang kita punya di dunia ini hakikatnya hanyalah titipan Allah, kelak akan ia tinggalkan dan pasti ia akan dimintai pertanggungjawaban.

Sebagai orang yang beriman, seharusnya kita menyadari bahwa harta yang dengan susah payah kita kumpulkan, tak akan dibawa mati, semua akan kita tinggalkan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda bahwa hanya tiga amalan yang akan kita nikmati pahalanya sampai akhirat.

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

“Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara, ia adalah sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim: 1631)

Menginfakkan harta di jalan Allah pun juga harus dengan harta yang baik pula, yang halal baik dzatnya maupun jalan mencarinya. Karena sesungguhnya Allah maha baik tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik. Tentu tak akan diterima sedekah dengan harta yang haram dari kerja yang haram dan penghasilan yang kotor. Bahkan kita dianjurkan untuk bersedekah dengan harta yang kita senangi dan dilarang bersedekah dengan barang yang kelak dan tak bermanfaat.

وَلاَ تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِئَاخِذِيْهِ إِلاَّ أَنْ تُغْمِضُوا فِيْهِ

“Dan janganlah kalian memilih harta yang buruk untuk kalian infakkan, sedang kalian sendiri tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata.” (QS. Al-Baqarah : 267)

Maksud dari harta yang buruk adalah harta yang kualitasnya tidak bagus atau jelek, tidak diartikan harta yang haram. Seperti makanan atau pakaian yang tidak kita senangi akan dengan mudah kita berikan kepada orang lain, sedang ketika makanan atau pakaian itu lezat atau bagus, dan kita menyukainya maka akan kita kumpulkan dan kita tahan untuk diri kita sendiri. Maka tentu ini tidak ada pahalanya bahkan tidak disukai oleh Allah. Seakan hanya membuang sampah.

Sungguh harta tidak akan dibawa mati, maka bersedekahlah dengan hartamu, sesungguhnya ia tidak akan mengurangi hartamu, bahkan kamu akan merasakan keberkahannya. Bersedekahlah dengan harta terbaikmu agar Allah menerimanya dan memberimu pahala yang banyak.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّوْنَ

“Sekali-kali tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna hingga kalian menginfakkan sebagian harta yang kalian cintai.” (QS. Ali-‘Imran : 92)

Wallahu a'lam.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Hakikat Doa untuk Bencana
Next
Menulis karena Terbiasa
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram