Ketika Allah memerintahkan untuk taat syariat dalam segala hal, maka bersegeralah untuk taat syariat. Jika Allah mengharamkan riba, segera tinggalkan. Jika Allah memerintahkan untuk menerapkan hukum-hukum-Nya, tidak ada kalimat lain yang terucap dari lisannya kecuali ungkapan sami'na wa atha'na, kami dengar dan kami taat, sehingga aturan dan hukum Allah Swt diterapkan secara kaffah.
Oleh: Isty Da'iyah
NarasiPost.Com-Kemarin kita merayakan hari raya Iduladha, hari raya tahun ini masih sama keadaanya dengan hari raya tahun kemarin, yakni masih dalam keadaan wabah yang belum juga sirna. Masih dirayakan dalam keadaan dirundung duka oleh ragam ujian dan cobaan.
Hantaman pandemi gelombang kedua yang lebih dahsyat, membuat negara tidak berdaya. Ribuan orang meninggal, ratusan ribu orang terinfeksi dengan keganasan pandemi. Namun, pada saat yang sama penanganan wabah semakin tak jelas arahnya, kebijakan yang dikeluarkan saling bertabrakan antara satu dan lainya. Rumah sakit kolaps, keberadaan oksigen untuk rakyat langka, pun dengan obat-obatan dan alat kesehatan, yang berakibat rakyat terus ditimpa nestapa.
Sementara kemiskinan, pengangguran, harga kebutuhan pokok yang terus melonjak, utang negara yang terus menumpuk dan aneka persoalan lain. Ironisnya ini terjadi di negeri yang kekayaan alamnya berlimpah ruah. Kekayaan hayati, hutan belantara, kekayaan laut dan kekayaan lainya terhampar di seantero negeri. Sayang, semua kekayaan itu hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, bukan rakyat di negeri ini.
Namun demikian, hendaknya kita selalu menyadari bahwa semua duka itu akan berhenti atas izin Allah. Semua nestapa yang terjadi di momen Iduladha ini, hendaklah tetap menjadikan kita bisa mengambil hikmah yang ada. Kita jadikan momen ini sebagai introspeksi diri untuk tetap menjadi umat yang selalu dalam ketaatan, siap berkorban dan berjuang agar syariah Islam kaffah segera bisa diterapkan.
Iduladha dan Ketaatan
Sudah tertulis dalam Al-Qur'an, selain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang wajib kita amalkan seluruh ajarannya dan semua nasihatnya, ada sosok penting lain yang tidak bisa dipisahkan dari momen Iduladha. Dialah Nabiyullah Ibrahim as dan putranya Ismail as.
Di dalam QS. al-Shaffat ayat 102, Allah mengisahkan bagaimana Ibrahim 'alaihi salam dengan sepenuh keimanan, tanpa sedikitpun keraguan menunaikan perintah Allah yaitu menyembelih putra tercintanya Ismail as. Kedua hamba yang saleh itu tersungkur dalam ketaatan total dan kepasrahan kepada Allah Swt.
Contoh terbaik dalam ketaatan kepada Allah ini, kemudian diabadikan menjadi bagian dari ritual Iduladha yaitu berkurban dan pelaksanaan ibadah haji.
Ketika perintah itu berasal dari Allah Swt. Nabi Ibrahim dengan patuh dan taat melakukan apa yang dititahkan oleh Allah, tanpa protes apalagi melakukan penolakan. Bahkan ketika setan berusaha menggagalkan prosesi penyembelihan, justru Nabi Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar berupaya menghalau dan mengusir setan itu dengan melempari setan menggunakan batu. Inilah yang kemudian dijadikan ritual melempar jumrah oleh jemaah haji.
Ketaatan total kepada Allah ini seharusnya dijadikan contoh bagi seluruh umat muslim agar bersegera melakukan segala perintah dan menjauhi larangan dari Allah Swt. Ketika Allah memerintahkan untuk taat syariat dalam segala hal, maka bersegeralah untuk taat syariat. Jika Allah mengharamkan riba, segera tinggalkan. Jika Allah memerintahkan untuk menerapkan hukum-hukum-Nya, tidak ada kalimat lain yang terucap dari lisannya kecuali ungkapan sami'na wa atha'na, kami dengar dan kami taat, sehingga aturan dan hukum Allah Swt diterapkan secara kaffah.
Jika kita bisa bersegera dan bisa memenuhi perintah berkurban, yang menurut jumhur ulama hukumnya sunah, maka semestinya kita lebih bersegera dan lebih ringan menerapkan syariah Islam sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah Swt.
Iduladha dan Pengorbanan
Momen Iduladha juga syarat dengan momen pengorbanan, termasuk di dalamnya adalah bulan berhaji. Untuk umat yang tidak berhaji disyariatkan untuk berkurban setelah melakukan sholat Iduladha. Karenanya Iduladha adalah momen untuk pelaksanaan ibadah haji dan kurban bagi yang mampu.
Kisah cinta yang romantis sekaligus dramatis dari orang-orang mulia selayaknya menjadi indah sepanjang zaman bagi umat Islam. Sebab bukankah Allah telah berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 92 yang artinya: "Sekali-kali kalian tidak akan sampai pada kebajikan sebelum kalian mengingatkan harta (di jalan Allah) yang paling kalian cintai."
Nabiyullah Ibrahim as telah membuktikan pengorbanan itu. Bukan hanya harta, bahkan nyawa putra satu-satunya, yang kepadanya tercurah segala cinta dan kasih sayangnya, ia persembahkan dengan penuh keyakinan kepada zat yang ia cintai melebihi apapun yaitu Allah Swt.
Karena itu pada momen penting Iduladha ini, selayaknya kita sebagai umat Islam bisa mengambil Ibrah dari keteladanan Nabi Ibrahim yang mempunyai cinta, ketaatan dan pengorbanan yang besar kepada Allah Swt. Hal ini kemudian diteruskan secara istimewa kepada Nabi Muhammad Saw, dengan kadar yang istimewa. Bahkan beliau juga siap mengorbankan segalanya, termasuk nyawanya demi tegaknya agama Allah di dunia ini.
Iduladha dan Perjuangan
Iduladha juga sebuah momen perjuangan, hal ini bisa dilihat dari syariat yang telah ditetapkan dalam rukun Islam yang kelima. Spirit perjuangan dalam pelaksanaan ibadah haji menggambarkan betapa perjuangan Siti Hajar ketika beliau berjuang sendirian di tengah lembah yang panas, gersang, tidak ada air dan pepohonan. Namun beliau rela dan ikhlas ditinggal suami tercinta. Karena Siti Hajar tahu bahwa semua ini dilakukan karena perintah Allah Swt.
Siti Hajar berkali-kali berlari dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa untuk mencari apa yang bisa dimakan dan diminum. Inilah yang kemudian dijadikan ritual sa'i, yakni berlari kecil dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa. Spirit perjuangan dalam kisah ini seharusnya bisa menjadikan pelajaran bagi umat untuk tetap berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam di dunia ini.
Berjuang dan berdakwah untuk membebaskan negeri kaum muslim dari berbagai penjajahan. Berjuang agar hukum-hukum Allah bisa diterapkan secara kaffah. Berjuang agar institusi penerapan hukum Allah dan pelindung umat Islam bisa segera tegak kembali.
Perjuangan ini memerlukan pengorbanan yang besar, karena sudah pasti akan banyak tantangan dan perlawanan dari berbagai pihak yang tidak ingin Islam bangkit kembali.
Khatimah
Demikianlah nilai spirit Iduladha yang harusnya dibawa oleh semua umat muslim. Yaitu spirit ketaatan total, pengorbanan dan perjuangan untuk dakwah Islam kaffah. Karena sesungguhnya inilah esensi Iduladha yang sesungguhnya.
Kita diajari tentang cinta, ketaatan dan kepatuhan total kepada Allah Swt. Kita juga diajari tentang keharusan untuk berkorban, mengorbankan apa saja yang ada pada diri kita, semata-mata hanya untuk mentaati perintah Allah saja. Kita dituntut berjuang untuk mencapai kemuliaan Islam dan kaum muslim.
Karena itu dengan meneladani Nabiyullah Ibrahim as. dan Nabi Muhammad Saw, mari kita hadapi segala masalah yang terjadi di negeri kita saat ini, dengan totalitas katakwaan kepada Allah Swt. Dengan tetap berjuang dalam jalan dakwah agar masa depan dan peradaban Islam segera tegak. Sehingga kita bisa hidup dalam naungan Islam yang akan menghadirkan keridaan Allah Swt.
Wallahua'lam bishawab.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]