Persinggahan Terakhir

"Jika Allah telah menetapkan seorang hamba meninggal di suatu tempat, maka Allah akan menjadikannya memiliki keperluan untuk pergi ke tempat itu."

Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tak ada yang menyangka sama sekali, bahwa kepergian Ibu mertua ke Surabaya sore itu adalah untuk menemui Rabb -nya. Memang, Ibu sudah sakit beberapa minggu sebelumnya. Meskipun demikian, beliau masih bisa berjalan, bahkan bepergian. Karena itu, kami tidak terlalu merisaukan kondisi beliau. Saat itu, kami tidak menyangka, bahwa Kota Surabaya akan menjadi persinggahan beliau yang terakhir.

Rahasia Allah Swt.

Manusia memang serba tidak tahu, meskipun mereka sering kali merasa paling tahu. Padahal, itu hanyalah persangkaan mereka belaka. Mereka hanya mengira-ngira tanpa benar-benar mengetahui. Seperti ajal seseorang yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya.

Ada yang datang pada saat keluarganya atau orang lain tidak menyangka akan hal itu. Ajal itu datang saat seseorang itu dalam keadaan sehat. Tidak ada satu penyakit pun yang dideritanya.

Keluarga dan sahabat-sahabatnya pun terkejut. Namun, mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa pasrah menerima qadla Allah Swt.

Ada pula yang sakit parah. Dokter sudah menyerah. Keluarganya sudah pasrah. Namun, ternyata Allah Swt. memberikan kesembuhan dan umur yang panjang.

Datangnya ajal memang menjadi rahasia Allah Swt. Kapan seseorang akan mati, dalam keadaan bagaimana, dan di mana ia berada, hanya Allah Swt. yang mengetahuinya. Tidak ada teman dekatnya, kerabatnya, tetangganya, keluarganya, bahkan dirinya sendiri yang mengetahui hal itu. Hanya Allah Swt. yang mengetahuinya.

Hal itu karena datangnya ajal merupakan kunci-kunci kegaiban. Hanya Allah Swt. yang mengetahui kunci-kunci kegaiban itu. Allah Swt. telah menyebutkan hal ini dalam surah Al-An'am [6]: 59,

وعنده مفاتح الغيب لا يعلمها إلا هو

Artinya: "Dan di sisi-Nya kunci-kunci kegaiban. Tiada yang mengetahuinya kecuali Dia."

Rasulullah saw. menjelaskan kunci-kunci kegaiban tersebut dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Lima hal itu adalah kapan terjadinya hari kiamat, kapan turun hujan, apa yang ada dalam rahim seorang ibu, apa yang akan dilakukan oleh seseorang esok hari, dan di mana seseorang akan meninggal. Saat menjelaskan hal ini, Rasulullah saw. merujuk pada surah Luqman [31]: 34.

"Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari kiamat. Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang akan dilakukannya esok hari. Dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi bagian mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Tempat Kematian

Salah satu lima kegaiban itu adalah, di mana seseorang akan meninggal dunia.
Tidak ada manusia yang mengetahui di mana ia akan menemui ajalnya. Apakah di rumahnya, di masjid, atau tempat lainnya? Ia tidak mengetahui di desa atau kota mana kelak ia berada saat menghadap kepada-Nya. Apakah di kota tempat ia tinggal atau di kota lain yang jauh dari tempat tinggalnya? Hanya Allah Swt. yang mengetahui semua itu. Seperti yang difirmankan oleh Allah Swt. dalam surah Luqman [31]: 34,

وما تدري نفس بأي أرض تموت

Artinya: "Tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi bagian mana dia akan mati."

Bisa jadi, seseorang akan meninggal di kampung halamannya, di dalam rumahnya sendiri. Namun, ada juga yang meninggal di kota lain. Bahkan, ada pula yang di negara lain. Padahal, ia tidak berdomisili di kota atau negara itu. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Semua itu mudah bagi Allah Swt.

Dalam hadis riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa Nabi saw. bersabda,

إذا قضى الله لعبد أن يموت بأرض جعل له إليها حاجة

Artinya: "Jika Allah telah menetapkan seorang hamba meninggal di suatu tempat, maka Allah akan menjadikannya memiliki keperluan untuk pergi ke tempat itu."

Ada berbagai keperluan yang mengharuskan seseorang untuk meninggalkan kota atau negaranya, seperti urusan pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan sebagainya. Saat berada di kota atau negara lain itu, ajal datang menjemputnya. Seperti yang terjadi pada Abu Ayyub Al-Anshari yang memiliki nama asli Khalid bin Zaid bin Kulaib bin Malik bin An-Najjar. Sesuai dengan nama kunyah -nya, Abu Ayyub Al-Anshari termasuk kaum Anshar. Ia turut melakukan Baiat Aqabah.

Sahabat Rasulullah saw. ini mendapat julukan sebagai Penjamu Nabi. Julukan itu diberikan kepadanya karena ia senantiasa menyediakan makanan untuk Rasulullah saw. Karena kebaikannya itu, Rasulullah saw. memberinya hadiah seorang budak perempuan. Namun, ia membebaskan budak tersebut.

Ia lahir di Kota Madinah. Ia juga menghabiskan hidupnya di kota tersebut. Sahabat yang satu ini adalah seorang mujahid. Tidak ada peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah saw. yang tidak diikutinya. Setelah Rasulullah saw. wafat, ia juga tetap turut berjihad. Saat berusia 80 tahun, ia pun mengikuti jihad untuk membebaskan Konstantinopel. Namun, ia jatuh sakit dan meninggal di sana. Sesuai dengan permintaannya, jasad sahabat senior ini dimakamkan di sisi benteng Konstantinopel.

Banyak contoh lain yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dialami oleh puluhan jemaah haji Indonesia tahun ini. Ibadah haji yang mereka laksanakan, mengharuskan mereka untuk pergi ke Kota Suci. Ternyata, Allah Swt. telah menentukan, bahwa di sanalah ajal itu datang menjemput mereka.

Demikian pula yang dialami oleh Ibu mertua. Keinginannya untuk sembuh dari sakitnya mendorongnya untuk pergi ke Surabaya. Sebelumnya, Ibu telah pergi ke beberapa dokter spesialis di kota kami. Namun, tidak ada perubahan. Sakitnya belum juga berkurang.

Karena itulah, ibu memaksakan diri berangkat ke Surabaya. Padahal, sebelum berangkat, Ibu sempat jatuh. Namun, setelah duduk sejenak, Ibu tampak bersemangat untuk berangkat. Seolah, ada sebuah kekuatan yang membuat Ibu mengharuskan dirinya untuk berangkat ke sana. Ternyata, itulah cara Allah Swt. yang telah menentukan di bumi mana Ibu akan menghadap kepada-Nya.

Begitulah, hanya Allah Swt. yang mengetahui di mana kita akan menghembuskan napas yang terakhir. Satu hal yang pasti, di belahan bumi mana pun kelak kita akan dijemput, yang terpenting adalah, kita tetap beriman kepada-Nya.

Karena itu, kita harus senantiasa menjaga keimanan kita dan memupuknya. Kita juga harus berusaha agar senantiasa berada di jalan-Nya. Semoga Allah Swt. Yang Maha Membolak-balikkan hati akan mengukuhkan keimanan kita, sehingga kita meninggal dalam keadaan beriman kepada-Nya.

Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Keruk Pasir Laut, Solution or Sold Nation?
Next
PHK Pasca Resesi Eropa: Efek Domino Sistem Ekonomi Kapitalisme Melanda Dunia
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

15 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

mempersiapkan kematian yang baik (husnul khotimah) dengan senantiasa beramal yang baik..

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Andai sj semua tahu kapan kematian akan meminangnya pasti semua akan bersiap2 dg perbekalan terbaiknya. Tetapi semua keadaan, waktu, kapan dan di mana telah jadi rahasia-Nya. Semata2 agar manusia selalu siap siaga setiap detik ke depannya. Semoga kelak diberikan kematian yg husnul khatimah

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Mimy Muthamainnah
1 year ago

Aamiin yaa Robbal 'aalamiin.

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Karena kematian itu sebuah kepastian yang waktunya menjadi misteri, maka kita harus benar-benar berhati-hati atas setiap waktu yang berlalu, setiap tindakan yang kita lakukan. Masya Allah, tulisannya menjadi muhasabah agar selalu ingat bahwa manusia hanya mampu berencana, namun takdir termasuk ajal hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Neni Nurlaelasari
1 year ago

Kematian adalah misteri. Itu sebabnya, kita tak pernah benar-benar merasa siap menghadapinya. Selalu merasa bahwa bekal kita belum cukup.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Ya setuju ajal itu akan menjemput siapa saja dan kapan saja. Semoga kita senantiasa istikamah di jalan Allah hingga ajal kita menjemput berakhir dengan Husnul khatimah

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Dewi Kusuma
1 year ago

Aamiin yaa Mujiibas Saailiin.

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Jangan sampai ada rasa dalam hati yang mengarah kepada kemaksiatan, karena bisa jadi di sanalah Allah menetapkan akhir hidup manusia. Na'udzubillah min dzalik.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Firda Umayah
1 year ago

Na'uudzu billaah tsumma na'uudzu billaah min dzaalik.

Reva Lina
Reva Lina
1 year ago

MasyaAllah, Yups kematian tiada yang tahu dan itu sudah Allah tetapkan sebelum kita berada didunia panah. Entah hari ini esok bahkan tak ada satupun yang mengetahuinya, atau yang telah lanjut usia atau disaat masih muda. Karena itu hanya menjadi rahasia Allah pastinya. Maka dengan itu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk bisa menghadap sang pencipta dalam keadaan beriman kepadanya. Barakallah Mbak tulisan keren yang mencerahkan menjadi manfaat tersendiri serta pengingat diri yang lalai ini....

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Reva Lina
1 year ago

Ya, saat hidup di dunia adalah waktu untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan selanjutnya yang abadi.

Sherly
Sherly
1 year ago

Tulisan yang menjadi reminder bagi saya pribadi. Kita sedang menunggu antrian selanjutnya. Semoga kita bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Sherly
1 year ago

Reminder bagi saya juga. Karena kita sering lupa kalau sedang berada di sebuah antrian panjang yang tidak ada nomor urutnya.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, betul. Sejatinya setiap orang sudah ditentukan kapan, di mana, dan saat apa dia meninggal. Namun, tak ada yang tau kapan takdir itu akan datang. Sebab, ajal adalah rahasia Allah. Pada akhirnya, bukanlah kematian yang mendatangi kita, tetapi kitalah yang mendatangi kematian itu.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Sartinah
1 year ago

Ya, itulah skenario dari Allah SWT.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram