"Siapa saja yang mendatangi tukang ramal, kemudian ia bertanya tentang sesuatu, maka salatnya tidak diterima selama 40 hari." (HR. Muslim)
Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Rara kembali menarik perhatian. Ini bukan Rara adik Nussa yang manis, lucu, dan menggemaskan. Namun, Rara si pawang hujan. Kali ini ia menggegerkan publik dengan ramalannya tentang Emmiril Khan Mumtadz, putra Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Gara-gara ramalan itu, namanya sempat trending di Twitter.
Peramal atau ahli nujum biasanya menggunakan media untuk meramal. Ada yang menggunakan kartu tarot, melihat telapak tangan, atau rasi bintang. Pertanyaannya, bagaimana peramal mendapatkan informasi tentang nasib seseorang?
Allah Swt. Pemegang Kunci-kunci yang Gaib
Manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas. Ia hanya mampu memahami apa yang telah terjadi serta merencanakan apa yang hendak dan ingin dilakukannya. Namun, ia tidak mengetahui apa yang sesungguhnya akan terjadi pada dirinya.
Rasulullah saw. pernah menyampaikan kepada para sahabatnya, bahwa Allah Swt. telah memberikan kepadanya kunci-kunci dunia. Beliau menggambarkan bahwa kelak Islam akan memasuki seluruh wilayah di dunia. Namun, Allah Swt. tidak memberikan lima kunci kepadanya, yaitu kunci-kunci perkara yang gaib. Hal itu disebutkan dalam surah Luqman [31] ayat 34,
إن الله عنده علم الساعة وينزل الغيث ويعلم ما في الأرحام وما تدري نفس ما ذا تكسب غدا وما تدري نفس بأي أرض تموت إن الله عليم خبير
"Sesungguhnya hanya di sisi Allah-lah pengetahuan tentang hari kiamat. Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (secara pasti) apa yang akan dilakukannya besok. Tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal."
Hal itu juga disebutkan di dalam surah Al-An'am [6] ayat 59. Di dalam ayat tersebut, Allah Swt. menyatakan bahwa hanya Dia-lah yang mengetahui kunci-kunci yang gaib. Rasulullah saw. pun menyebutkan hal itu dalam beberapa hadis yang yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui beberapa jalur. Demikian pula dengan hadis riwayat Imam Bukhari. Rasulullah saw. menyatakan bahwa kunci-kunci semua yang gaib itu ada lima, seperti yang tercantum dalam surah Luqman di atas.
Dalam hadis riwayat Imam Bukhari yang lain diceritakan dialog antara Rasulullah saw. dengan seorang laki-laki tentang makna iman, Islam, dan ihsan. Setelah itu, laki-laki itu bertanya tentang kapan terjadinya hari kiamat. Rasulullah mengatakan bahwa Beliau saw. tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat.
Beliau kemudian menjelaskan tanda-tanda akan datangnya hari kiamat. Kemudian membacakan surah Luqman ayat 34 hingga akhir ayat. Setelah mendengar penjelasan Rasulullah saw., laki-laki yang ternyata Malaikat Jibril a.s. itu pun pergi.
Dari sini kita dapat memahami bahwa tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui lima perkara gaib tersebut di atas. Bahkan, Rasulullah saw. dan Malaikat Jibril a.s. pun tidak mengetahui hal itu. Karena itu, jika ada seseorang yang mengatakan bahwa ia mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka ia telah berdusta.
Jin Pencuri Berita
Jika tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi besok, lantas bagaimana para ahli nujum meramal nasib seseorang? Ahli nujum, peramal, paranormal, dan teman-teman seprofesi mereka meramal seseorang berdasarkan informasi dari jin. Jin mendapatkan informasi itu setelah mencuri berita dari langit.
Dalam surah Al-Jin [72] ayat 8-9 Allah Swt. berfirman,
"Dan sesungguhnya kami telah mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-berita). Namun, siapa saja yang sekarang mencoba mendengar-dengarkan (berita), tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)."
Hal itu juga diperkuat dengan penjelasan Rasulullah saw. dalam beberapa hadisnya. Dalam sebuah hadis panjang riwayat Imam Bukhari disebutkan bahwa jika Allah Swt. menetapkan sesuatu, malaikat meletakkan sayapnya sebagai bentuk ketundukan. Ketetapan Allah Swt. yang disampaikan melalui firman-Nya itu terdengar bagaikan bunyi rantai di atas batu yang memekakkan telinga.
Setelah itu, para malaikat akan membincangkan firman Allah Swt. tersebut. Saat itulah, jin berusaha untuk mencuri dengar pembicaraan mereka. Mereka melakukannya dengan cara saling bertumpuk.
Jika jin yang berada di posisi paling atas sudah berhasil mendapatkan berita, ia akan menyampaikan kepada jin yang berada di bawahnya. Begitu seterusnya hingga jin yang paling bawah. Jin yang paling bawah akan menyampaikan ke para peramal, dukun, dan sebagainya. Informasi dari jin itulah yang nantinya disampaikan oleh peramal kepada orang yang menjadi korbannya.
Jin tidak selalu berhasil menyampaikan berita itu ke peramal. Terkadang, sebelum sempat menyampaikan hal itu, jin itu terkena panah api. Inilah yang biasanya kita lihat sebagai fenomena bintang jatuh. Hal ini dinyatakan oleh Allah Swt. dalam surah Al-Mulk [67] ayat 5,
ولقد زينا السماء الدنيا بمصابيح وجعلناها رجوما للشياطين وأعتدنا لهم عذاب السعير
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar setan, dan Kami siapkan bagi mereka siksa api neraka yang menyala-nyala."
Dalam hadis riwayat Imam Bukhari lainnya juga diceritakan bahwa setan berusaha mencuri dengar dari para malaikat yang berbincang di awan. Mereka berbincang tentang berbagai urusan yang akan terjadi di bumi. Setan yang mendengar hal itu akan membisikkannya pada telinga para peramal sebagaimana botol yang ditiup. Kemudian, setan menambah urusan yang didengarnya dengan 100 kedustaan.
Melalui bisikannya itu, jin berusaha untuk memalingkan keimanan manusia terhadap hal-hal yang gaib. Dengan cara itu, diembuskanlah keragu-raguan dalam diri mereka. Hingga mereka pun tersesat dari kebenaran dan terjerumus dalam kekufuran.
Hukum Ramalan atau Nujuman
Mendatangi, meminta diramal, ataupun memercayai ramalan merupakan hal yang diharamkan. Mereka yang percaya bahwa peramal itu memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang gaib, tanpa bantuan jin atau setan, dapat terjatuh pada kekufuran. Pendapat ini disampaikan oleh Al-Munawi.
Sedangkan mereka yang meyakini bahwa peramal mengetahui hal itu atas bantuan jin, maka mereka dianggap mendustakan Al-Qur'an dan dianggap kufur ashghar (kufur kecil). Di samping itu, salat mereka tidak akan diterima selama 40 hari. Rasulullah saw. menyampaikan hal ini dalam hadis riwayat Imam Muslim,
مَنْ أتَي عَرَّافًا فَسَالَهُ عن شيىء لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاةٌ أربعين ليلةً
"Siapa saja yang mendatangi tukang ramal, kemudian ia bertanya tentang sesuatu, maka salatnya tidak diterima selama 40 hari."
Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah orang tersebut tidak akan mendapatkan pahala dari salat yang dilakukannya. Namun, ia tetap dianggap telah menjalankan kewajiban. Dengan demikian, ia telah menggugurkan kewajibannya.
Meski demikian, tentu sangat disayangkan jika hal itu terjadi. Ibadah yang dilakukan ternyata sia-sia. Padahal, ibadah itu dilakukan untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan di akhirat kelak.
Karena itu, sebagai seorang muslim, kita harus menjauhkan diri dari aktivitas ramal-meramal ini. Kita harus meyakini qada dan kadar itu berasal dari Allah Swt. Kewajiban kita hanyalah berupaya melakukan yang terbaik, sesuai dengan aturan syarak. Jika terjadi musibah yang tidak dapat kita hindari, maka itu adalah ketetapan dari Allah Swt. yang harus kita terima dengan ikhlas.
Wallaahu a'lam bishawaab.[]