"Ikhtiar untuk mencari solusi dalam rangka mencegah terjadinya bencana ini termasuk wilayah yang kita kuasai. Maka, Allah Swt. akan meminta pertanggungjawaban kita. Terlebih jika kita sebagai penguasa yang harus melayani urusan rakyatnya."
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Beberapa waktu yang lalu, terjadi banjir rob di wilayah pesisir Semarang yang meluas hingga ke Demak. Banjir kali ini mencapai hampir dua meter. Tidak hanya terjadi di Semarang, banjir rob juga sering terjadi di wilayah pesisir lainnya di Indonesia.
Istilah banjir rob sudah sering kita dengar. Banjir rob atau banjir pesisir terjadi akibat naiknya air laut. Setiap terjadi banjir, tidak sedikit kerugian yang dialami masyarakat yang menjadi korbannya. Inilah salah satu bencana yang terjadi karena adanya perubahan posisi bulan.
Pergeseran Bulan dan Dampaknya
Alam dan segala isinya adalah ciptaan Allah Swt. Allah Swt. pula yang mengaturnya. Dia-lah yang mengatur bagaimana pergerakan semua makhluk-Nya. Dia pula yang mengatur siklusnya. Turunnya air hujan, gugurnya dedaunan, tak terjadi begitu saja. Semua atas kehendak Allah Swt.
Demikian pula dengan berputarnya benda-benda langit seperti matahari dan bulan. Semua telah diatur oleh Sang Pencipta. Allah Swt. telah berfirman dalam surah Al-Anbiya [21] ayat 33,
وهو الذي خلق الليل والنهار والشمس والقمر كل في فلك يسبحون
"Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing beredar di dalam garis edarnya."
Ibnu Abbas mengatakan bahwa beredarnya matahari dan bulan seperti beredarnya alat tenun pada bandulnya. Bulan akan beredar dari satu fase ke fase lainnya. Mulai dari bulan baru, bulan purnama, hingga kembali ke bulan baru. Hal ini dijelaskan oleh Allah Swt. dalam surah Yasin [36]: 39,
والقمر قدرناه منازل حتى عاد كالعرجون القديم
"Dan Kami telah menetapkan bagi bulan manzilah-manzilah hingga dia kembali sebagai bentuk tandan yang tua."
Berubahnya fase bulan ini akan menyebabkan pergeseran posisi bulan terhadap bumi, yakni posisi konjungsi (posisi terjauh) dan oposisi (posisi terdekat). Konjungsi terjadi saat matahari, bumi, dan bulan berada pada satu garis membentuk sudut 0⁰. Ini terjadi saat bulan baru atau bulan sabit. Saat itu, gravitasi matahari dan bulan akan bersama-sama menarik bumi.
Sedangkan oposisi terjadi ketika posisi bulan berlawanan arah dengan bumi, sehingga matahari, bumi, dan bulan membentuk sudut 180⁰. Inilah saat terjadinya bulan purnama. Karena itu, gravitasi bulan akan menarik bumi. Posisi konjungsi dan oposisi ini menyebabkan terjadinya air pasang di lautan.
Di samping itu, luasnya bidang edar bulan yang hampir sama dengan bidang edar bumi menyebabkan perpotongan simpul antara dua bidang tersebut. Perpotongan bidang dari selatan ke utara disebut ascending node (simpul naik). Sedangkan perpotongan dari utara ke selatan disebut descending node (simpul turun). Inilah yang disebut dengan nodal bulan.
Nodal bulan ini tidak tetap kemiringannya. Hal itu karena orbit bulan akan bergeser setiap 18,6 tahun sekali sejauh lima derajat, menjauh atau mendekat ke ekuator bumi. Jika menjauh, maka akan mengurangi ketinggian air pasang. Sebaliknya, jika mendekati ekuator, maka akan menaikkan air pasang.
Mitigasi Bencana Adalah Kewajiban
Dari berbagai fenomena alam itu, kita dapat mengambil pelajaran. Mulai dari manfaat yang dapat kita peroleh beserta bahaya yang mungkin menimpa. Jika itu bermanfaat, maka kita dapat menggunakannya untuk meningkatkan taraf hidup dan memajukan peradaban. Sebaliknya, jika itu berbahaya, maka kita harus mencari solusi agar terhindar darinya. Dengan kata lain, kita dapat mempersiapkan diri untuk menghindari bahaya tersebut.
Ada banyak ayat yang memerintahkan kepada kita untuk memperhatikan alam semesta, merenungkannya, dan mengambil pelajaran darinya. Misalnya dalam surah An-Nahl [16] ayat 12,
وسخر لكم الليل والنهاروالشمس والقمر والنجوم مسخرات بأمره إن في ذلك لأيات لقوم يعقلون
"Dia menundukkan bagi kalian, malam dan siang, matahari dan bulan, serta bintang-bintang yang ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda bagi kaum yang berakal."
Hal senada juga disampaikan oleh Allah Swt. dalam ayat berikutnya,
وما ذرأ لكم في الارض مختلفًا ألوانه إن في ذلك لأية لقوم يذكرون
"Dan (menundukkan) apa-apa yang ada di bumi bagi kalian, yang bermacam-macam ragamnya. Sesungguhnya di dalam hal itu terdapat tanda bagi kaum yang mau mengambil pelajaran."
Dari memikirkan segala sesuatu yang terjadi di alam, kita dapat menghindarkan diri kita dari bahaya yang mungkin mengancam. Hal itu pula yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim dahulu. Salah satunya adalah Al-Farghani, seorang astronom sekaligus insinyur muslim yang hidup pada masa Khalifah Al-Makmun yang menemukan Nilometer. Alat ini berfungsi untuk mencatat ketinggian air Sungai Nil secara otomatis. Melalui alat ini, Al-Farghani berhasil memberikan prediksi banjir Sungai Nil, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Maka, hal ini pun dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir rob akibat air pasang yang disebabkan oleh gaya tarik bulan. Misalnya dengan mengukur ketinggian air saat pasang, menghitung kenaikan air laut akibat pemanasan global, serta menghitung penurunan permukaan tanah. Di samping itu juga memperhatikan pergerakan awan yang mungkin mendatangkan hujan atau badai. Dari situ dapat diprediksi tingginya air yang akan mengancam wilayah pesisir.
Ikhtiar untuk mencari solusi dalam rangka mencegah terjadinya bencana ini termasuk wilayah yang kita kuasai. Maka, Allah Swt. akan meminta pertanggungjawaban kita. Terlebih jika kita sebagai penguasa yang harus melayani urusan rakyatnya. Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Imam Bukhari,
فالإمام راع وهو مسؤول
"Maka, seorang imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya."
Jika bencana itu terjadi akibat kelalaian kita sebagai penguasa, maka rakyat yang menjadi korban akan menuntut pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sebab, kita tidak menjalankan kewajiban dalam melayani rakyat. Padahal, kita diangkat oleh rakyat untuk melakukan hal itu.
Menyikapi Bencana
Meski kita dapat berikhtiar untuk menghindari bencana, tidak tertutup kemungkinan bencana akan datang menyapa. Saat itulah qada Allah Swt. ditetapkan atas diri kita. Kita tidak akan mampu menolaknya. Maka, kita harus ikhlas dan sabar. Jika kita bersabar dan ikhlas atas musibah itu, pahala yang besar pun akan menanti kita. Hal itu telah dinyatakan oleh Allah Swt. dalam surah An-Nahl [16] ayat 96,
ولنجزين الذين صبروا أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون
"Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Demikianlah, bulan purnama ternyata tak hanya indah untuk dipandang. Namun, ia juga memberi pelajaran bagi kita yang mau memikirkan. Allah Swt. telah menciptakan alam ini dengan berbagai fenomena yang dapat kita pelajari. Dengan mempelajarinya, kita dapat menghindarkan diri dari berbagai bencana akibat perubahan yang terjadi.
Wallaahu a'lam bishshawaab.[]