Idulfitri dan Ketakwaan Sepenuh Hati

"Karena itu, momen Idulfitri ini harus menjadi sebuah momentum untuk berubah menjadi lebih baik. Menjadi manusia baru laksana kupu-kupu setelah melewati masa kepompong selama Ramadan, yakni dengan menjadi manusia yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya secara totalitas tanpa batas."

Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis)

NarasiPost.Com-Hari raya Idulfitri adalah hari raya kemenangan umat Islam. Artinya, kaum muslim telah menang melawan hawa nafsu. Meninggalkan hal-hal yang sebenarnya dihalalkan pada waktu siang. Tidak berani membatalkan puasa sebelum waktunya, karena merasa diawasi oleh Allah Yang Maha Mengawasi.

Hakikat Idulfitri sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ali r.a. dalam sebuah tulisannya yang artinya: ”Idulfitri bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru, namun Idulfitri adalah bagi orang yang aman dari ancaman api neraka. Idulfitri adalah bagi orang yang ketaatannya bertambah. Idulfitri bukan juga bagi orang yang bagus pakaian dan kendaraannya. Karena Idulfitri adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.”

Pada hari Idulfitri manusia yang bertakwa bebas dari ancaman neraka. Menjadi manusia yang ketaatannya makin bertambah sehingga diampuni dosa-dosanya karena buah puasa Ramadan. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.”

Takwa berasal dari kata ”waqa” yang artinya melindungi. Yang mempunyai makna melindungi dari murka dan azab Allah Subhanahu wa taala. Wujud takwa adalah menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangannya dalam segala aspek kehidupan. Tidak ada rasa keberatan sedikit pun terhadap aturan Allah dan keputusan Rasulullah.

Terkait ciri orang yang bertakwa Wahab bin Kisan bertutur bahwa Zubair ibn Al-Awwam pernah menulis surat yang berisi nasihat. Dalam surat itu dinyatakan bahwa sesungguhnya orang yang bertakwa memiliki tanda yang diketahui oleh orang lain maupun dirinya sendiri. Yakni sabar dalam menanggung derita, rida terhadap ketetapan Allah, mensyukuri nikmat, dan merendahkan diri, serta tunduk di hadapan hukum-hukum Al-Qu’ran.

Sehingga ketika kita yang sudah lulus dari medan Ramadan sudah seharusnya tidak mengabaikan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an harus dijadikan pedoman dijadikan aturan dalam kehidupan. Al-Qur’an juga harus dijadikan sebagai sumber hukum, selain sebagai penenang hati dengan lantunan yang mengalun. Karena tanpa berpegang teguh pada Al-Qur’an manusia bisa tergelincir ke dalam lembah kenistaan. Karena tanpa aturan Al-Qur'an, hawa nafsu di kedepankan, ketaatan kepada Allah dan Rasul di kebelakangkan sehingga muncullah kezaliman di mana-mana.

Ketika kezaliman terjadi, maka yang benar dianggap salah, yang salah dianggap benar. Yang berkuasa bertindak seenaknya, yang lemah diinjak-injak bagaikan sampah tak berguna, kasih sayang hilang melayang. Islam dituduh sebagai ancaman dan sumber perpecahan, serangkaian fitnah digulirkan agar umat makin jauh dari Islam kaffah.

Karena itu ada beberapa hal yang wajib kita teladani dari Ramadan di zaman para sahabat. Pertama sahabat melakukan tadarus Al-Qur’an dan juga mengamalkannya. Mereka sangat menyadari bahwa Al-Qur’an harus menjadi dasar konstitusi kaum muslim, dijadikan sumber hukum dan perundang-undangan bagi umat Islam.

Kedua, para sahabat menjadikan bulan Ramadan sebagai bulan tobat. Tobat yang sesungguhnya, yakni tobat nasuhah. Sehingga seharusnya saat ini kaum muslim juga harus melakukan hal yang sama. Tidak lagi melakukan maksiat meski Ramadan telah berlalu. Karena sejatinya maksiat terbesar adalah ketika tidak diterapkannya hukum-hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan, ketiadaan sebuah institusi yang bisa menerapkan hukum-hukum Allah Swt.

Karena itu, momen Idulfitri ini harus menjadi sebuah momentum untuk berubah menjadi lebih baik. Menjadi manusia baru laksana kupu-kupu setelah melewati masa kepompong selama Ramadan, yakni dengan menjadi manusia yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya secara totalitas tanpa batas.

Idulfitri yang bermakna kembali fitrah, sudah selayaknya dijadikan momen untuk kembali menerapkan semua aturan-aturan Islam yang memang sesuai dengan fitrah manusia dalam segala aspek kehidupan. Sudah seharusnya kaum muslim segera meninggalkan aturan kufur yang berasal dari sekularisme yang nyata-nyata bertentangan dengan fitrah manusia dan terbukti menyengsarakan umat manusia.

Karena sejatinya, Islam itu ya’lu wala yu'la. Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam. Karena Islam diturunkan oleh Allah Yang Maha Mulia melalui malaikat yang paling mulia Jibril Alaihissalam, kepada manusia yang paling mulia Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Sehingga tidak mungkin Islam menyebabkan kerusakan dan kehancuran sebagaimana yang dituduhkan saat ini.

Dengan Islam kaum muslim akan menjadi umat terbaik, menjadi khairu ummah. Islam dengan sistemnya akan mengangkat derajat manusia dari kezaliman, keterbelakangan, dan ketertindasan menuju peradaban baru yang diridai Allah Swt.

Oleh sebab itu, di momen Idulfitri ini marilah kita wujudkan ketakwaan yang hakiki. Kita eratkan ukhuwah dan kesampingkan perbedaan, untuk memperjuangkan syariat Islam kaffah. Tegakkan sistem kehidupan yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunah. Karena hidup akan mulia dengan Islam. Sebagaimana Allah telah memperingatkan di dalam Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 24 yang artinya,“Hai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan seruan rasulnya, dia menyeru kalian pada sesuatu yang memberikan kehidupan kepada kalian.”

Semoga Allah menerima puasa kita dan ibadah kita di bulan Ramadan dan mengabulkan doa-doa kita. Dan dengan ketakwaan kita Allah Swt. menempatkan kita semua di surga-Nya. Aamiin.

Wallahu a'lam bish shawwab.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
isty Daiyah Kontributor NarasiPost.Com & Penulis Jejak Karya Impian
Previous
Gairah Investasi, antara Harapan Kesejahteraan dan Belenggu Kedaulatan
Next
Physalis si Perdu yang Kaya Manfaat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram