"Sultan Abdul Hamid ll adalah khalifah yang pemberani. Keberaniannya dalam membela Islam pun sudah tak diragukan lagi. Contohnya ketika ia menolak permintaan pendiri Zionis Israel, Theodore Herzl, yang meminta sebagian wilayah Palestina untuk bangsa Yahudi."
Oleh. Najwa Tsaqeefa R.
(Pelajar Cinta Islam)
NarasiPost.Com-Julukannya adalah benteng terakhir Khilafah Utsmaniyah, karena upayanya dalam mempertahankan persatuan dunia Islam. Bernama lengkap Abdul Hamid bin Abdul Majid bin Mahmud bin Abdul Hamid bin Ahmad. Sultan Abdul Hamid II lahir dan besar di Istanbul pada 21 September 1842. Ayahnya adalah Sultan Abdul Madjid yang merupakan pemimpin Kekhilafahan Utsmani, dan ibunya adalah perempuan yang berasal dari Sirkasia, sebuah daerah di persimpangan Eropa Timur dan Asia Barat antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, yang bernama Tir-i Mujgan Kadin Efendi. Namun, di usia tujuh tahun, ibunya meninggal dan Abdul Hamid kecil diasuh oleh ibu sambungnya, Pristu Kadın.
Abdul Hamid kecil tumbuh di dalam Istana Utsmani. Ia fasih menggunakan banyak bahasa, seperti Prancis, Arab, juga Persia. Masa kanak-kanaknya juga bertepatan dengan masa tanzimat, yaitu masa reformasi yang dimulai pada tahun 1839. Ayahnya, Sultan Abdul Majid, secara langsung mendidik Abdul Hamid kecil hingga tumbuh menjadi remaja kuat dengan kecerdasan luar biasa dan kepekaan sosial yang tinggi, meski di masa kecilnya ia sering sakit dan fisiknya lemah.
Sultan Abdul Hamid menjadi Khalifah Utsmaniyah dengan gelar Sultan Abdul Hamid ll setelah pamannya, Sultan Abdul Aziz atau Murad VI pada tahun 1876 diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah. Saat pengangkatannya inilah, ia harus menandatangani konstitusi pertama kekhilafahan, yang lebih dikenal dengan Kanun-i Esasi, yaitu meletakkan dasar bagi pemerintahan konstitusional pada tanggal 23 Desember. Sultan Abdul Hamid ll berkuasa selama 33 tahun, dari 31 Agustus 1876 hingga tahun 1909. Di masa itu, Kekhilafahan Utsmaniyah sedang mengalami berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.
Perhatian Sultan Abdul Hamid ll pada Islam begitu besar. Pada tahun1900 Masehi, Sultan memerintahkan pembangunan jalur kereta api di sepanjang semenanjung Hijaz di laut merah, dari Damaskus di Suriah ke Makkah dan Madinah, dan selesai pada tahun 1908 Masehi. Ia menyadari akan pentingnya persatuan umat Islam dan ia sangat yakin umat Islam akan kembali bersatu. Maka dari itu, ia melakukan berbagai upaya dalam rangka mempererat ukhuwah islamiah di antara kaum muslim, dan juga dalam rangka penyebaran dakwah Islam ke penjuru dunia. Ia pun banyak mengirim ulama ke negeri-negeri lain, seperti Indonesia, Afrika Selatan, juga Jepang, Afrika, China, India, dan negeri-negeri Arab.
Dalam buku harian pribadinya, sang sultan mengatakan bahwa umat Islam wajib menguatkan ukhuwah islamiah, wajib saling mendekat dan merapat. Baginya, harapan untuk bangkit dan jaya haruslah dengan persatuan kaum muslimin. "Memang waktunya belum tiba, namun kegemilangan itu pasti akan datang. Suatu hari nanti kaum muslimin pasti akan bersatu, dan mereka akan bersama-sama dalam sebuah kebangkitan yang serentak. Akan ada seorang pemimpin dari umat ini, dan di bawah komandonya mereka akan menghancurkan kekuatan orang-orang kafir."
Dalam upayanya memajukan pendidikan bagi kaum muslimin, sang sultan membuka banyak sekolah di seluruh wilayah Kekhilafahan Utsmaniyah, dari sekolah dasar, menengah, dan menengah atas, juga sekolah khusus bagi penyandang cacat dan akademi militer, universitas, akademi seni rupa, juga sekolah keuangan dan pertanian. Selain itu, ia juga mendirikan Rumah Sakit Sisli Etfal serta Panti Jompo Darulacaze dengan dana pribadinya, yang keduanya sampai saat ini masih beroperasi.
Tak hanya itu, ia juga menaruh perhatian besar dalam dunia olahraga, bahkan di masa pemerintahannyalah tiga klub sepak bola besar Turki, yaitu Fenerbahce, Galatasaray, dan Besiktas didirikan. Dia jugalah yang memprakarsai pembangunan jembatan di Selat Bosphorus, membangun jalur trem listrik di banyak kota, jalan raya diperpanjang dan memasang jalur telegraf melalui wilayah Basra, selatan Irak, serta Hijaz.
Sultan Abdul Hamid ll adalah khalifah yang pemberani. Keberaniannya dalam membela Islam pun sudah tak diragukan lagi. Contohnya ketika ia menolak permintaan pendiri Zionis Israel, Theodore Herzl, yang meminta sebagian wilayah Palestina untuk bangsa Yahudi. Permintaan itu dengan tegas langsung ditolak mentah-mentah oleh sang sultan. Ia tak peduli meski dengan ketegasannya itu, musuh-musuh Islam yaitu Yahudi dan kafir Barat semakin bersemangat merongrong kekuasaan Daulah Islam, dengan melancarkan berbagai strategi untuk menembus dinding kokoh Kekhilafahan Utsmaniyah.
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1892, ada sekelompok Yahudi Rusia yang datang memohon izin tinggal di Palestina kepada Sultan Abdul Hamid II. Permohonan itu dijawab oleh sultan bahwa mereka tidak diizinkan menetap di Palestina. Mendengar jawaban seperti itu, kaum Yahudi kecewa dan meminta duta besar Amerika untuk ikut campur tangan. Pada tahun 1896, tokoh Yahudi, Theodore Herzl, datang kembali menemui Sultan Abdul Hamid II termasuk meminta izin membangun gedung di Al-Quds, yang kembali ditolak dengan tegas oleh sultan.
"Sesungguhnya Daulah Utsmaniyah ini milik rakyatnya. Mereka tidak akan mengabulkan permintaan tersebut. Oleh karena itu, simpanlah kembali harta kalian dalam kantong-kantong kalian. Umat Islam telah berjihad demi tanah Palestina. Mereka telah mengalirinya dengan darah mereka. Yahudi dipersilahkan menyimpan kembali harta mereka. Apabila suatu saat kekhilafahan Utsmaniyah runtuh, saat itu mereka bisa mengambil Palestina tanpa membayar sedikit pun. Akan tetapi, selama saya masih hidup, saya lebih rela menusukkan pedang ke tubuh saya sendiri daripada menyaksikan tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah," jawabnya.
Sejak saat itu, kaum Yahudi Zionis terus melancarkan gerakan untuk menumbangkan sang sultan. Berbagai siasat licik dilakukan agar kekuasaan Sultan Abdul Hamid ll bisa dihancurkan. Sang sultan bukan tidak tahu bahwa ia semakin terancam. Meskipun ia bisa melarikan diri ke Eropa, namun sebagai khalifah penjaga umat, ia tetap bertanggung jawab atas tugasnya tersebut dengan kokoh dan berani.
Maka pada 13 April tahun 1909, terjadi pemberontakan selama 11 hari di Istanbul untuk menggulingkan Sultan Abdul Hamid ll, dan ingin menggantikan Kekhilafahan Utsmaniyah dengan konstitusional. Maka berakhirlah masa pemerintahan Khalifah Abdul Hamid ll dan digantikan oleh adiknya yang bernama Mehmed V. Pada malam ketika ia digulingkan, ia dikirim ke Thessaloniki di Yunani, bersama keluarganya dan 38 orang lainnya. Namun, tiga tahun kemudian, pada 1 November 1912, ia dikembalikan lagi ke Istanbul, dan tinggal di Istana Beylerbeyi, di distrik Uskudar, Istanbul, hingga akhir hayatnya. Dan akhirnya ia meninggal dunia pada 10 Februari 1918, dan dunia pun berduka.
Wallahu a'lam.[]
Photo : Pinterest