“Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan. Dan lebih dermawan lagi ketika di bulan Ramadan. (HR. Bukhari)”
Oleh. Ummu Zhafira
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ramadan bulan istimewa. Kemuliaan semakin memancar seiring dengan berjalannya waktu. Semua berlomba untuk mempersembahkan yang terbaik demi predikat takwa setelahnya. Alunan ayat suci Al-Qur'an menggema di setiap sudut ruang, baik di masjid maupun di kediaman setiap warga. Banyak yang berbahagia, meski tak semua sebab ketaatan kolektif belum menyertai, karena sekularisme masih bertengger memayungi kehidupan kita.
Nah, inilah yang sering kali membuat kita terlena. Mungkin sebagian kita terlalu fokus pada hiruk-pikuk menjalani Ramadan yang istimewa, sehingga kita lupa pada pelajaran terbaik yang Allah berikan melalui ibadah puasa. Apa itu? Pelajaran menahan diri. Bukankah puasa adalah salah satu bentuk beribadah untuk menahan diri dari apa saja yang membatalkan puasa? Ketika di sepanjang tahun selain Ramadan, Allah memberikan kita kebebasan untuk makan dan minum di siang hingga malam hari, maka di momen Ramadan kita diharuskan untuk menahan keinginan itu.
Sayangnya, kita justru lupa. Seolah berbuka menjadi ajang balas dendam. Sering kali meja makan kita tumpah ruah dengan aneka macam takjil, sayur, lauk-pauk dan beragam camilan lainnya. Apalagi ketika di momen Ramadan banyak sekali bazar makanan di berbagai tempat yang mudah kita temukan. Warna-warni tampilan jajanan yang ditawarkan sering kali membuat gelap mata. Padahal, apa yang kemudian dibeli tak semua sanggup mengisi perut ini. Ya, tentu saja semua ada batasnya.
Bukankah Allah juga telah mengingatkan hal ini dalam surah Al- A'raf ayat 32,
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."
Jangan sampai kita kehilangan kekhusyukan bulan suci Ramadan hanya karena kita yang sekadar puasa tanpa bisa menikmati setiap proses pembelajaran yang Allah gelar bagi kita, hamba-Nya. Kita tak semestinya menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan Ramadan tahun ini dengan perkara-perkara yang melenakan, semacam disibukkan dengan aktivitas menyiapkan terlalu banyak makanan berbuka misalnya. Atau selain itu, tanpa sadar justru aktivitas kita banyak teralihkan untuk menyiapkan pernak-pernik lebaran. Entah itu menyiapkan aneka kue dan baju lebaran, atau mulai sibuk menyiapkan mudik yang dirindukan. Sedangkan Ramadan semakin berlalu, kita pun halu tanpa memperoleh ketakwaan yang dimau.
Menyedihkannya lagi adalah tak semua orang beruntung bisa menjalani Ramadan dengan istimewa. Banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan istilah terbaru mereka dijuluki sebagai warga miskin ekstrem. Tentu bisa kita bayangkan bagaimana Ramadan mereka dengan kondisi perekonomian yang demikian. Jangankan aneka es warna-warni untuk berbuka, sekadar nasi layak makan saja mereka sering kali tak punya. Mereka ini sudah terbiasa dengan habit menahan dirinya, karena memang atmosfer sekularisme kapitalisme membuat mereka kesulitan mengakses semua kebutuhan.
Di sinilah harusnya menjadi kesempatan berharga bagi kita yang Allah titipkan rezeki lebih. Ada banyak keutamaan yang luar biasa dari aktivitas bersedekah, apalagi ketika dilakukan di bulan Ramadan. Inilah saat yang tepat untuk berbagi. Tak ada kerugian ketika kita membagikan sebagian harta kita kepada mereka yang membutuhkan. Justru Allah akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
“Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, bersedekah juga bisa menghapuskan dosa. Dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda,
“Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.”
Maka, ini adalah kesempatan yang istimewa bagi kita agar Allah menghapuskan segala dosa yang telah kita lakukan di masa lalu. Mari kita muhasabah diri, seberapa banyak dosa yang telah kita lakukan selama hidup ini? Bukankah banyak maksiat yang kita perbuat sebab kita yang fakir ilmu atau lebih karena kita yang sering kali lalai dan justru mengutamakan nafsu?
Sebaik-baik teladan tak lain ialah Rasulullah saw.. Dalam hal ini, Rasulullah saw. lebih memperbanyak bersedekah ketika di bulan Ramadan dibandingkan di bulan-bulan lainnya.
“Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan. Dan lebih dermawan lagi ketika di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari)
Mudah-mudahan Allah menguatkan kita untuk bisa memanfaatkan Ramadan sebagai bulan untuk sebanyak-banyaknya berbagi. Selain itu, bulan mulia ini juga menjadi ajang melatih diri untuk menahan diri dari banyak hal berlebihan yang justru Allah tak sukai. Kita tak perlu terjebak pada gaya hidup konsumerisme yang justru akan menjadikan kesempatan Ramadan kali ini berakhir sia-sia. Allah pun memberikan ampunan-Nya sebab kita berupaya dalam taubatan nasuha dengan menahan diri dari segala yang menjadikan kenikmatan Ramadan berlalu dengan percuma. Wallahu a'lam bishawab.[]