Maka sebagai seorang muslim yang hendak meraih derajat takwa di bulan Ramadan ini, sudah seharusnya kita menjadikan bulan Ramadan yang merupakan Sahrul Qur'an tahun ini sebagai momentum untuk kembali menerapkan Al-Qur'an secara menyeluruh (kafah) sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para Sahabatnya.
Oleh. Ummu Ainyssa
(Ibu Pendidik Generasi)
NarasiPost.com - Saat ini kita telah memasuki penghujung bulan Sya'ban, itu artinya sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadan 1442 H. Bulan yang kedatangannya sangat ditunggu-tunggu oleh jutaan kaum muslim di seluruh dunia. Berbagai rasa gembira dan suka cita ditunjukkan untuk menyambut bulan suci Ramadan, bak menyambut tamu agung yang dinanti-nanti.
Memang sudah seharusnya bagi setiap muslim hendaknya gembira dengan kedatangan bulan Ramadan ini. Bagaimana tidak, di bulan Ramadan ini ada berbagai macam kemuliaan yang bisa kita dapat. Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan juga rahmat. Di bulan ini kamu muslim diperintahkan untuk berpuasa demi meraih derajat takwa. Ramadan juga menjadi bulan pengampunan dosa, dan dibebaskannya dari api neraka.
Dalam kitab Al-Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw. memberikan kabar gembira kepada para Sahabatnya tentang kedatangan bulan Ramadan seraya beliau bersabda: "Telah datang kepada kalian Ramadan bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Di bulan Ramadan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia telah terhalangi."
Para ulama mengatakan bahwa hadis ini menjelaskan bahwa kita harus bergembira dengan datangnya bulan Ramadan.
Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan, "Bagaimana tidak gembira? Seorang muslim diberikan kabar gembira akan terbukanya pintu-pintu surga, tertutupnya pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu yang menyamai waktu ini (Ramadan)?"
Namun di balik kegembiraan ini, tidak lupa kita pun masih diuji agar selalu sabar dengan keadaan kita saat ini. Masih sama dengan tahun yang lalu, bulan Ramadan tahun ini masih akan dilalui dalam keadaan pandemi. Tentunya membuat ibadah puasa kita maupun ibadah-ibadah yang lainnya tidak bisa kita lakukan secara leluasa seperti tahun-tahun biasanya.
Begitu juga dengan berbagai musibah yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini yang menimpa saudara kita, seperti banjir bandang dan longsor yang menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Bima dan Dompu di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Flores Timur di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengakibatkan lebih 100 jiwa meninggal dan puluhan ribu jiwa terdampak. Hal itu tentu saja membuat mereka akan menjalani bulan Ramadan di tempat-tempat pengungsian dengan kondisi seadanya.
Namun demikian, harapan kita semoga dengan adanya berbagai musibah tersebut tidak mengurangi semangat dan keimanan kita dalam menjalankan ibadah puasa. Justru sebaliknya, semoga musibah tersebut bisa lebih mendekatkan kita kepada Sang Pencipta, Sang Pengatur Kehidupan. Meyakini bahwa di balik semua musibah pasti ada hikmahnya.
Selanjutnya kita kembalikan semua kepada Allah Swt yang telah mengatur semua qadha-Nya. Sesungguhnya Dia telah mengatur kehidupan kita menuju kehidupan yang lebih baik dan berkah dengan sebaik-baiknya aturan, yaitu saat Dia menurunkan kitab suci Al-Qur'an 1400 tahun yang lalu di bulan Ramadan melalui utusan-Nya, baginda Rasulullah Saw.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185, "Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan dan pembeda (antara yang hak dan batil). Karena itu siapa yang di antara kamu berada di bulan itu, maka berpuasalah. "
Tentunya dengan diturunkan nya Al-Qur'an itu sudah pasti akan membawa kemaslahatan di baliknya. Bukan hanya sebagai bacaan atau pajangan semata, akan tetapi Allah Swt telah menjelaskan bahwa Al-Qur'an ini diturunkan semata-mata sebagai petunjuk bagi manusia seluruhnya untuk menuju keselamatan, dan bekal menuju surga-Nya.
Allah Swt berfirman di dalam surat Al-Maidah ayat 15-16, "Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itu Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu Allah mengeluarkan orang-orang dari gelap gulita menuju terang benderang dengan seizinNya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. "
Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya dari Jabir bin Abdullah ra juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, "Al-Qur'an adalah kitab yang menjadi pembeda dan bisa dimintai pembelaaannya, ia adalah kitab yang Mahil dan Musadaq. Siapa saja yang menjadikan Al-Qur'an di depannya, maka ia akan menuntunnya ke surga, dan siapa saja yang menjadikan Al-Qur'an di belakangnya, maka ia akan menggiringnya ke neraka. "
Makna dari hadis tersebut adalah orang yang menjadikan Al-Qur'an di depannya merupakan siapa saja yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman, yaitu ketika ia berbuat apa pun senantiasa melihat dulu ke dalam hukum yang ada di dalam Al-Qur'an. Sementara orang yang menjadikan Al-Qur'an di belakangnya maksudnya adalah orang-orang yang tidak mengamalkannya dan menjadikannya pedoman dalam hidupnya. Ketika ia berbuat apapun tidak melihat dulu hukum yang ada di dalam Al-Qur'an tersebut.
Maka sungguh begitu menyedihkan kehidupan saat ini ketika sistem sekularisme masih saja diterapkan di negeri ini, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Al-Qur'an hanya dijadikan bacaan semata. Membaca terjemahannya pun hanya sebatas tahu saja. Sementara dalam urusan kehidupan, Al-Qur'an tidak pernah memiliki peran.
Bahkan lebih menyedihkan lagi, Al-Qur'an yang mulia pernah dijadikan sebagai alat bukti yang disematkan kepada terduga teroris (Tempo.co, Jumat, 18 Mei 2018). Sungguh ungkapan tersebut sangatlah menyakitkan bagi kaum muslim. Seolah membuat takut kaum Muslim untuk mempelajari Al-Qur'an atau bahkan berjuang untuk menerapkannya kembali.
Maka sebagai seorang muslim yang hendak meraih derajat takwa di bulan Ramadan ini, sudah seharusnya kita menjadikan bulan Ramadan yang merupakan Sahrul Qur'an tahun ini sebagai momentum untuk kembali menerapkan Al-Qur'an secara menyeluruh (kafah) sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para Sahabatnya.
Dan penerapan ini hanya bisa direalisasikan dalam sebuah institusi negara, yakni negara khilafah. Maka dengan begitu keberadaan Khilafah adalah wajib demi bisa diterapkannya Al-Qur'an secara kafah. Sebagaimana perintah tersebut merupakan bagian dari ijmak sahabat yang hukumnya wajib. Disampaikan oleh Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitab Al-Jaziri, Al Fiqh 'ala Al-Mazhab Al Arabi'ah, V/416 beliau menuturkan: para imam mazhab (yang empat) telah bersepakat bahwa Imamah (Khilafah) adalah wajib. Semoga kita termasuk dalam barisan yang ikut memperjuangkan diterapkannya kembali Al-Qur'an ini.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]