Tujuan menikah selain ingin mendapatkan ketentraman hati, juga tentu ingin mendapatkan keturunan. Dan tentu saja keturunan yang saleh salehah, terlebih jika memiliki anak penghafal Al-Qur'an, tentu ini yang didamba setiap orang yang sudah menikah. Karena anak yang saleh adalah cahaya mata, penyejuk pandangan, penentram hati orang tua.
Oleh: Aya Ummu Najwa
NarasiPost.com - Allah Subhanahu Wa Ta'aala telah menciptakan manusia lengkap dengan naluri. Salah satunya adalah naluri nau', yaitu naluri seksual, dengan menyukai lawan jenis, ingin meneruskan garis keturunan, dan sebagainya. Maka untuk memuaskan naluri ini, Allah pun telah mensyariatkan pernikahan sebagai jalan keluar, agar manusia berjalan sesuai jalur-Nya.
Menikah adalah ibadah terlama. Bahkan dikatakan menikah adalah penyempurna separuh dari agama.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersada:
"Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (HR. Thabrani dan Hakim).
Tujuan menikah selain ingin mendapatkan ketentraman hati, juga tentu ingin mendapatkan keturunan. Dan tentu saja keturunan yang saleh salehah, terlebih jika memiliki anak penghafal Al-Qur'an, tentu ini yang didamba setiap orang yang sudah menikah. Karena anak yang saleh adalah cahaya mata, penyejuk pandangan, penentram hati orang tua. Dengan hadirnya anak-anak yang saleh, rumah menjadi bercahaya, membuat betah penghuninya, dan menumbuhkan rasa rindu jika jauh dari rumah.
Untuk menciptakan keluarga yang saleh maka sedari awal kita harus mempersiapkan beberapa hal di antaranya;
Pertama, salehkan diri kita. Dengan mensalehkan diri, sejatinya kita sedang berusaha melayakkan diri mendapatkan jodoh yang saleh pula. Karena jika kita mempunyai cita-cita mempunyai kehidupan rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah, maka partner kita pun harus tahu dan mau untuk bekerjasama dalam mewujudkan impian itu. Tentu tujuan tak akan tercapai jika visi misi suami istri tak sejalan bukan?
ٱلۡخَبِيثَٰتُ لِلۡخَبِيثِينَ وَٱلۡخَبِيثُونَ لِلۡخَبِيثَٰتِۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِۚ أُوْلَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَۖ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ
"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga). (QS. An-Nur:26)
Kedua, niatkan menikah adalah ibadah. Dengan niat ini, maka pernikahan yang akan dibangun akan senantiasa diusahakan sesuai ajaran Islam. Dari menggelar pernikahan yang syar'i, hindari pesta layaknya kaum kafir nan hedonis, atau pesta pernikahan yang mencampuradukan budaya dan kesyirikan, ikhtilath, dan sebagainya, yang tidak saja bertentangan dengan cita-cita membentuk keluarga sakinah mawadah warahmah, akan tetapi juga malah mengundang murka dari Allah Subhanahu Wa Ta'a'ala.
Ketiga, jadikan rumah tangga ajang mendekatkan diri kepada Allah. Hidupkan rumah dengan Al-Qur'an, dakwah amar makruf nahi mungkar, nasihat menasihati dengan lemah lembut dan kasih sayang. Jadikan orientasi rumah tangga adalah akhirat semata. Sehingga kita akan disibukkan dengan aktifitas akhirat, dan terhindar dari fokus dan terkesan ngoyo dalam mencari kehidupan dunia. Betapa banyak rumah tangga kehilangan arah dan tujuannya, hanya karena godaan kebutuhan yang dipaksakan, yang akhirnya gelap mata halal haram diterjang.
Keempat, ketika Allah berkenan menitipkan anugrah ke dalam rahim kita, syukuri dengan lebih meningkatkan kualitas ibadah kita kepada-Nya. Karena keutamaan ibu yang mengandung sangat luar biasa banyak. Dari doa, sedekah, hingga shalat kita akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Subhanahu Wa Ta'aala. Tingkatkan intensitas hubungan kita dengan Al-Qur'an, dari tilawah, mentadabburi, hingga mendakwahkannya, karena sejatinya janin yang ada dalam kandungan kita pun merasakan dan ikut mendengarkan. Maka pendidikan Al-Qur'an pun telah dimulai pada fase ini.
Kelima, ketika anak lahir, azamkan dia sebagai penerus estafet perjuangan Islam. Sering kita jumpai orang tua hanya fokus menganggap anak sebagai anugrah semata, namun kurang menyadari bahwa anak juga sebagai amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban, anak sebagai perhiasan yang kadang melenakan orang tua, sehingga kebanggaan yang berlebih menjadikannya lupa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'aala. Bahkan anak pun bisa menjadi ujian dan fitnah, yang harus senantiasa kita minta kepada Allah agar kita lulus dalam ujian itu.
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. At-Taghabun [64]: 15).
Keenam, sejak nol bulan pendidikan Islam pun telah berjalan. Menjadikan syariat Islam sebagai standar dalam menjalankan bahtera rumah tangga. Ibu dan ayah terus memberikan pelajaran kepada anaknya, dari kata-kata, pola pikir hingga pola sikap, sesuai dengan Islam. Ibu senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti baby blue syndrom, halusinasi setelah melahirkan, dan lainnya. Ayah pun sigap dalam membantu dan membersamai ibu dalam masa rentan setelah melahirkan.
Ketujuh, mendidik anak-anak dengan pendidikan Islam. Mengenalkannya dengan akidah Islam. Mengenalkan siapa Rabbnya, nabinya, agamanya, hingga aturan hidup seorang muslim, sesuai dengan usianya. Biasakan anak dengan perilaku hemat dan tidak hedonis, mau berbagi, dan tidak berperilaku boros. Menjaga kebersihan dan thaharah. Setelah memasuki masa tamyiz mulai ajak untuk mengenal hukum-hukum Allah, ajarkan membedakan yang halal dan haram. Pembiasaan inilah yang kelak akan menjadi landasan berpikir anak ketika memasuki masa baligh.
Kedelapan, senantiasa memohon kepada Allah agar diberikan hidayah. Dimudahkan dalam mendidik anak dengan Islam terutama meminta kepada Allah untuk anak dimudahkan dalam hafalan Al-Qur'annya.
رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Surat Ibrahim, Ayat 40)
Wallahu a'lam
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]