Ramadan, betapa banyak orang yang bangkrut setelah ia berlalu, hanya karena kurang persiapan dan perbekalan dalam menyambutnya.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ramadan telah dinanti. Hari demi hari, tamu istimewa itu kian dekat, seakan menambah kerinduan yang kian lekat. Detik demi detik berjalan pasti, bulan suci yang dinanti akan segera menghampiri. Bulan yang Allah penuhi keutamaan. Bagi para hamba-Nya yang berpuasa di dalamnya dengan penuh keimanan dan hanya mengharap rida-Nya, Allah akan melipatgandakan pahala-Nya, menurunkan rahmat, serta melimpahkan ampunan-Nya yang tak terhingga.
Persiapan Ramadan
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda,
"Siapa saja yang berpuasa Ramadan karena dorongan iman dan hanya mengharap pahala Allah semata, maka akan diampuni dosa-dosanya di masa silam."
Ramadan adalah bulan ibadah. Siang malamnya akan dipenuhi pahala yang melimpah ruah dari Allah, maka akan sangat merugi orang-orang yang menganggap remeh bulan suci ini. Karena untuk melalui Ramadan, dibutuhkan kesiapan fisik dan mental yang kukuh. Betapa banyak orang yang bangkrut setelah Ramadan berlalu, hanya karena kurang persiapan dan perbekalan dalam menyambutnya.
Lalu, persiapan dan perbekalan yang seperti apa yang harus kita lakukan dalam menyambut bulan puasa agar ibadah kita bisa maksimal?
Dua hal yang perlu kita siapkan dalam menyambut Ramadan adalah:
Pertama, persiapan fisik
Ibadah utama di bulan Ramadan adalah berpuasa. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah: 183,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi hamba bertakwa."
Berpuasa memerlukan kesiapan fisik. Karena dalam puasa, kita diwajibkan untuk tidak makan dan minum dari terbit fajar hingga Magrib, serta menghindari segala perkara yang dapat membatalkan puasa kita.
Untuk itu, tubuh kita memerlukan persiapan fisik agar dapat beradaptasi dengan baik saat ibadah puasa kita jalankan.
Dengan demikian, latihan puasa di bulan-bulan sebelumnya sangatlah berguna, agar badan kita tidak kaget ketika mengerjakan puasa di bulan Ramadan. Kita pun telah diajarkan oleh Baginda Rasulullah untuk banyak melakukan puasa di bulan Rajab dan Syakban untuk melatih fisik kita dalam menghadapi Ramadan.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwa,
“Dari Aisyah r.a. ia mengatakan, “Rasulullah saw. biasa berpuasa, sehingga kami pun mengira bahwa beliau tidak pernah tidak berpuasa, dan beliau pun biasa tidak berpuasa, sehingga kami menyangka bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Akan tetapi, aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa dalam sebulan penuh, kecuali pada bulan suci Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau memperbanyak puasa kecuali di bulan Syakban."
Kedua, persiapan mental
Selain persiapan fisik, mempersiapkan mental tak kalah penting dalam menghadapi Ramadan. Persiapan ini bisa kita lakukan dengan menanamkan rasa gembira dalam diri kita ketika menyambut Ramadan. Secara psikologis, rasa gembira dalam diri kita saat menyambut sesuatu akan menumbuhkan rasa cinta dalam hal tersebut. Dan apabila rasa cinta telah tumbuh saat mengerjakan sesuatu, maka pastilah hasil yang didapat akan maksimal.
Sebuah hadis sahih riwayat An-Nasa`i No. 2080 dan Ahmad no. 18042, Rasulullah pun telah mengingatkan orang-orang yang beriman untuk bergembira menyambut kedatangan bulan mulia ini.
“Wahai orang-orang yang menginginkan kebajikan, bergembiralah dan wahai orang-orang yang menginginkan keburukan tahanlah diri kalian."
Begitu mulianya bulan Ramadan. Hingga rasa gembira kita dalam menyambut kedatangannya pun akan dibalas dengan kebahagiaan yang tiada tara, yakni terhindar dari azab neraka. Rasulullah juga telah mengabarkan kemuliaan-kemuliaan bulan Ramadan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Nasa’i berikut,
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang Allah berkahi, di bulan itu, Allah telah mewajibkan pada kalian berpuasa. Bulan di mana pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup, serta dibelenggunya setan-setan. Pada bulan itu, ada satu malam yang bernilai lebih baik dari seribu bulan.”
Bekal Ramadan
Selain persiapan fisik dan mental di atas, kita pun butuh memperbanyak perbekalan yang banyak sebelum memasuki bulan Ramadan.
Di antara perbekalan Ramadan, yaitu:
- Perbanyak bekal ilmu
Ilmu adalah bekal utama kita sebelum memulai sebuah ibadah. Agar kita tidak asal-asalan mengerjakan suatu amalan dan dapat menuai manfaat, faedah, dan tentunya pahala dari Allah. Dalam kitab Al-Amru bil Ma’ruf, hal. 15, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, “Siapa saja yang beribadah kepada Allah tanpa bekal ilmu, maka dia akan banyak membuat kerusakan dibandingkan mendatangkan kebaikan.”
Bagaimana kita akan menjalankan ibadah sesuai apa yang Allah kehendaki, jika kita melakukannya tanpa ilmu? Bagaimana kita tahu apa saja yang membatalkan puasa, yang membatalkan pahalanya, dan hal-hal yang berhubungan dengannya, jika kita melakukannya tanpa ilmu?
Begitu juga dengan ibadah-ibadah yang lainnya pun kita membutuhkan ilmu. Karena kita mengharapkan ibadah yang kita kerjakan maksimal dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah, agar pahala yang kita raih bukan malah mendapat murka Allah.
Baca juga: https://narasipost.com/motivasi/04/2022/agar-ramadan-tak-sia-sia/
- Perhebat tobat
Sebelum memasuki Ramadan, para ulama kita banyak menganjurkan untuk memperhebat tobat kita. Dengan memperbanyak istigfar, menyesali dosa yang telah lewat, mulai menjauhi maksiat, dan menggantinya dengan amalan taat. Jika semua ini mulai dilakukan sebelum memasuki Ramadan, kita berharap pada bulan penuh ampunan itu kita telah terbiasa jauh dari keburukan dan mudah melaksanakan ketaatan.
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al- ‘Azhim, 14:61 menyebutkan syarat-syarat tobat annasuha adalah, “Di mulai dari menghindari dosa untuk saat ini, menyesali dosa-dosa masa lalu, dan bertekad tidak mengulanginya lagi di masa depan. Apabila dosa tersebut berhubungan dengan hak sesamanya, maka ia harus segera menyelesaikannya.”
Dalam satu hadis, Rasulullah mengajarkan kita sebuah doa tobat yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari No. 6398 dan Imam Muslim No. 2719,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى
“Ya Allah, ampunilah dosa dan kebodohanku, perilakuku yang melebihi batas dalam hal urusanku dan dalam segala hal yang Engkau lebih mengetahuinya dariku. Ya Allah, ampunilah kesalahan yang kulakukan ketika keadaan serius maupun saat aku bercanda, dan ampunilah aku saat aku sengaja maupun tidak."
- Perhebat doa
Doa adalah senjata seorang muslim. Doa adalah bukti penghambaannya kepada Rabb-nya. Doa pun merupakan bentuk pengakuan bahwa manusia itu lemah dan butuh pertolongan Allah. Sehingga seorang muslim yang mengaku beriman harus senantiasa berdoa dan berharap hanya kepada Allah.
Berdoalah meminta untuk bisa bertemu dengan Ramadan. Mengisinya dengan amalan salih, tetap istikamah dalam kebajikan, dan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa.
Al-Hafidz Ibnu Rajab dalam Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264, menyebutkan salah satu contoh doa yang dilantunkan oleh para sahabat yang diriwayatkan oleh seorang ulama tabi’in, Yahya bin Abi Katsir,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, bawalalah aku kepada Ramadan, dan bawalah Ramadan kepadaku, serta terimalah amal-amal kebaikanku di bulan mulia itu.”
Serta doa meminta kemudahan dalam melakukan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi No. 3233, yang disahihkan oleh Syaikh Al-Albani
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ
”Ya Allah, aku memohon kepada-Mu mudahkanlah aku dalam mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran."
Ramadan yang dirindu, menggebu dalam kalbu tak sabar ingin bertemu. Akan tetapi, diri ini pun tertunduk malu jika teringat akan dosaku. Bilakah Allah berkenan izinkanku bertemu dan mengisi Ramadan sesuai tuntunan yang Ia mau. Wallahu a'lam bishshawab.[]
Alhamdulillah masih bisa dipertemukan dengan bulan Ramadan. Semoga tahun ini menjadi Ramadan terakhir tanpa perisai umat. Perhebat doa dan ikhtiar untuk mengetuk pikiran dan hati umat.
Barakallah Mbak Aya. Tulisannya mengandung banyak Ilmu. Semoga Ramadan kali ini, kita tidak menjadi orang-orang yang bangkrut ketika dia telah berlalu. Aamiin