"Kita jadi malas beribadah hanya karena tidak terbiasa melakukan persiapan yang sungguh-sungguh dalam menyambut Ramadan. Sungguh kita akan menjadi orang-orang yang sangat rugi. Untuk itu, ayo segera bangkit, lakukan persiapan, karena pertandingan akan segera dimulai!"
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tak terasa Syakban sudah di penghujung jalan. Ufuk Ramadan pun sudah mulai mengintai. Bulan suci datang lagi, itu adalah anugerah tiada tara untuk kita. Jika tahun kemarin kita sia-siakan, maka tahun ini harus kita maksimalkan amalan terbaik kita. Jika tahun kemarin sudah sukses menjalaninya, maka tahun ini harus lebih hebat lagi. Tak terasa, kompetisi ketaatan sudah dimulai. Apa yang sudah kita persiapkan untuk mengisinya?
Karena, bagi kaum muslimin wajib hukumnya untuk memohon kepada Allah agar bisa dipertemukan dengan bulan suci Ramadan, dan memohon diberi kemampuan untuk berpuasa serta mendirikan salat tarawih, dan juga bisa beramal saleh pada bulan suci ini. Bulan Ramadan adalah peluang kebaikan dalam kehidupan kita sebagai seorang muslim. Ingatlah sabda Rasulullah riwayat Imam Bukhari berikut,
"Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan sebab keimanan dan menginginkan pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
Bulan Ramadan juga merupakan bulan pertandingan. Sementara tidak mungkin bukan kita mau bertanding tanpa pemanasan dan latihan? Karena, para juara dalam meraih predikat terbaiknya, mereka harus bekerja keras mempersiapkan diri sebelum bertanding. Begitu pula kita, jika ingin sukses dan panen pahala di bulan Ramadan maka kita juga harus mempersiapkan diri kita, bahkan seharusnya jauh-jauh hari. Seperti yang kita ketahui, generasi terbaik umat ini yaitu para sahabat dan salaf saleh mereka mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadan itu dari enam bulan sebelumnya.
Persiapan Tilawah
Ramadan adalah bulan Al-Qur'an, karena di bulan ini pertama kalinya Al-Qur'an diturunkan dari lauhulmahfuz ke langit dunia secara keseluruhan, dan kemudian diturunkan kepada Baginda Rasulullah secara berangsur-angsur. Sebagaimana dalam firman Allah surah Al-Baqarah ayat 185, "Bulan Ramadan, adalah bulan yang di dalamnya (permulaan) Al-Qur'an diturunkan, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang benar dan yang salah).”
Itulah mengapa kita harus dapat meraih keutamaan dari Al-Qur'an di bulan suci ini dengan banyak membaca dan menadaburinya. Akan tetapi, bagaimana kita bisa istikamah tilawah dan mengkajinya selama Ramadan jika kita tidak latihan sebelumnya?
Imam Al-Habib bin Abi Tsabit menuturkan, bahwa Imam Salamah menyebut Syakban adalah Syahrulqurro', yaitu bulannya para pembaca Al-Qur'an. Karena di antara makna bulan Syakban adalah bulan di mana para pembaca Al-Qur'an melakukan pemanasan untuk menyambut Ramadan. Orang-orang yang ingin menjadi yang terbaik itu melakukan latihan, bukan hanya mengandalkan kemampuannya secara spontanitas. Dan para sahabat, ada yang 3 hari khatam Al-Qur'an, ada 4 hari khatam, bahkan Imam Syafi'i sehari dua kali khatam. Dan mereka itu melakukan latihan sebelumnya.
Mereka ada yang start latihan dari bulan Syakban. Sedangkan kita, sering kali hanya melihat hasilnya saja tanpa melihat usaha yang dilakukan, dan tanpa pemanasan terlebih dulu langsung membaca berjuz-juz di hari pertama Ramadan, padahal sejak tahun yang lalu kita belum pernah membuka mushaf, hasilnya hari kedua langsung resign, deh. Ada seorang ulama, Amr bin Qais Al-Mula'i, begitu masuk tanggal 1 Syakban, beliau langsung menutup tokonya, dan membukanya lagi setelah Syawal. Untuk apa? Untuk menyambut Ramadan. Beliau sibuk latihan, persiapan, dan ibadah menjelang bulan Ramadan. Jadi jangan hanya melihat ketika pertandingannya berlangsung. Karena yang terjadi pada pertandingan itu adalah hasil dari kerja keras sebelumnya. Hasil terbaik tak akan bisa dicapai kalau tidak dilatih.
Baca Al-Qur'an, tahajud, sedekah, juga harus dilatih. Jika kita mempunyai target membaca Al-Qur'an tiga hingga lima juz, ya harus latihan dari Syakban. Bahkan ini sudah termasuk terlambat. Ini sudah fase terakhir untuk latihan. Jadi kalau kita tidak mengambil kesempatan di akhir Syakban, sungguh akan terasa berat. Ramadan itu laksana lomba balap motor. Harus dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Mesin motor kita diminta untuk gaspol terus, dan kita diharuskan bermain di level terbaik. Begitu pun di bulan Ramadan, kita harus beribadah di level terbaik, dari 10 hari pertama, kedua, dan ketiga, grafik ibadah kita harus naik. Dan klimaksnya adalah di 10 hari terakhir. Tentu tak akan mudah, jika kita tidak pernah melakukan latihan.
Intinya, mereka para ahli ibadah saja melakukan pemanasan, yang ahli tahajud, ahlul Qur'an, ahli sedekah, dan sebagainya, mereka saja harus melakukan persiapan. Apalagi kita yang bukan ahli ibadah. Bagaimana kita akan sukses? Kita tahu tak ada jalan pintas menuju kesuksesan, bukan? Dan sekaranglah waktunya, jangan terlambat memulai.
Perbanyak Salat Malam
Ibadah di malam hari merupakan ibadah yang paling tepat untuk membangun kekuatan mental manusia. Di saat banyak godaan dan serangan pemikiran yang menyesatkan akidah seperti sekarang ini, salat malam merupakan charge yang sangat ampuh bagi kita. Allah berfirman dalam surah Al-Muzammil ayat 6,
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”
Untuk itulah, orang-orang saleh terdahulu mempunyai kebiasaan bermunajat kepada Allah di malam hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi yang dihasankan oleh Syekh Al-Albani,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ
“Lakukanlah qiyamullail, karena ini kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian.”
Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut salat tahajud sebagai salat yang paling afdal atau paling utama setelah salat wajib. Sebagaimana sabda beliau dalam hadis riwayat Imam Muslim berikut, "Salat yang paling afdal setelah salat wajib adalah salat malam (tahajud)."
Allah juga perintahkan Rasulullah untuk melaksanakan tahajud, sebagai tambahan kewajiban untuk beliau dalam surah Al-Isra ayat 79,
“Pada sebagian malam hari salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; semoga Tuhan-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
Semua ini menunjukkan bahwa salat tahajud dan salat malam lainnya adalah salat yang sangat istimewa, apalagi dilaksanakan pada waktu atau malam yang spesial pula yaitu malam-malam Ramadan. Sabda beliau shalallahu alaihi wasallam riwayat Imam Bukhari: ”Siapa saja yang salat malam pada bulan Ramadan sebab keimanan dan menginginkan pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu."
ㅤ
Sungguh ini adalah sebuah peluang kebaikan bukan? Dan peluang ini belum tentu bisa terulang untuk kedua kalinya dalam kehidupan kita kelak, karena tidak ada yang bisa menjamin tahun depan kita masih dipertemukan lagi dengan Ramadan atau tidak. Maka hendaknya kita bergembira dan merasa senang dan bersemangat mempersiapkan datangnya tamu istimewa ini. Ayo sambut dengan penuh kegembiraan, dengan antusias melakukan latihan agar kita tidak termasuk orang yang menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
ㅤ
Dan tentu kita tak ingin termasuk orang-orang yang menyambut bulan Ramadan dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang negatif dan melalaikan, seperti mendengarkan musik, menghabiskan waktu dengan nonton sinetron, acara -acara lawakan atau perlombaan kuis, dan semua yang melalaikan kita dari kompetisi ketaatan ini. Kita jadi malas beribadah hanya karena tidak terbiasa melakukan persiapan yang sungguh-sungguh dalam menyambut Ramadan. Sungguh kita akan menjadi orang-orang yang sangat rugi. Untuk itu, ayo segera bangkit, lakukan persiapan, karena pertandingan akan segera dimulai!
Wallahu a'lam[]