Puasa dan "Metamorfosa yang Sempurna"

"Mengambil ibrah dari metamorfosis pada hewan tersebut. Perubahan masyarakat juga bisa dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu perubahan parsial (pragmatis) dan perubahan ideologis (sistematis)."

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Ayat berikut ini sangat akrab karena sering disampaikan dalam beragam tema menyangkut kewajiban berpuasa di bulan Ramadan. Allah Swt. berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 183:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa."

Dalam kitab Bada'i Al Ma'aani : Aayat Al Shiyam Taddabur wa Tahlil karya Dr. Abdul Muhsin bin Abdul Aziz Al Azhar mengatakan bahwa salah satu manfaat perintah puasa di awali dengan seruan bagi orang-orang yang beriman tidak lain untuk menunjukkan bahwa puasa merupakan konsekuensi keimanan.
Pengertian iman itu sendiri dalam Lisan Al Arab, Ibnu Manzhur mengatakan bahwa imam Al Zajaj menjelaskan dengan ungkapan, bahwa iman adalah menampakkan ketundukan dan penerimaan pada syariat Allah dan segala yang dibawa oleh Rasulullah saw. disertai dengan meyakini dan membenarkan dengan hati.

Orang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman adalah orang yang mau menyelesaikan segala masalah dalam hidupnya dengan merujuk kepada hukum Allah dan Rasul-Nya.

Mereka yang berpuasa karena dorongan keimanan seperti dikatakan KH. Yasin Muthahar dalam buku Muhadharah Ramadhaniyah, sesungguhnya merupakan orang yang rida dihukumi dengan hukum Allah, di dalam hatinya tidak ada rasa berat sedikit pun menerima ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Mereka adalah orang yang akan meraih pahala dan ampunan atas segala dosa-dosanya di masa lalu sebagaimana hadis dari Abu Hurairah RA, Nabi saw. bersabda, yang artinya, "Barangsiapa berpuasa Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Metamorfosa Sosial

Selain membentuk kesalehan pribadi, ibadah puasa yang didasari dengan motivasi keimanan yang tinggi akan membentuk kesalehan umat menuju perubahan atau metamorfosa sosial.

Sebagaimana diketahui dalam cabang ilmu biologi, metamorfosa atau metamorfosis adalah perubahan bentuk dan struktur tubuh makhluk hidup dari tahap satu ke tahap yang lain, biasanya terjadi pada hewan. Metamorfosis terjadi karena adanya perubahan hormonal yang memicu perubahan fisik dan fisiologis pada tubuh hewan.

Proses metamorfosis terjadi dalam beberapa tahap, tergantung pada jenis hewan yang mengalaminya. Umumnya, ada dua jenis metamorfosis yaitu metamorfosis sempurna dan tidak sempurna. Berikut adalah sedikit Secara singkat dapat dijelaskan tentang kedua jenis metamorfosis:

Pertama, metamorfosis sempurna. Metamorfosis sempurna terjadi pada serangga seperti kupu-kupu dan lalat. Proses ini melibatkan empat tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Setelah telur menetas, serangga mengalami tahap larva di mana tubuhnya memiliki struktur yang berbeda dengan bentuk dewasa. Larva kemudian menjalani tahap pupa, di mana tubuhnya berubah menjadi bentuk baru yang disebut imago atau dewasa.

Kedua, metamorfosis tidak sempurna. Yaitu metamorfosis yang terjadi pada serangga seperti belalang dan kecoa. Proses ini melibatkan tiga tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago. Setelah telur menetas, serangga berubah menjadi nimfa yang mirip dengan lava namun tidak sempurna karena langsung menjadi imago.

Mengambil ibrah dari metamorfosis pada hewan tersebut. Perubahan masyarakat juga bisa dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu perubahan parsial (pragmatis) dan perubahan ideologis (sistematis).

Pertama, perubahan parsial (pragmatis). Model perubahan ini sebenarnya hanyalah tambah sulam sekadar perbaikan (ishlah) bukan perubahan hakiki (taghyir). Perubahan masyarakat yang pragmatis adalah masyarakat yang menghendaki adanya perubahan, namun tidak menyentuh pada akar persoalan atau masalah yang dihadapinya.

Mereka masih merasa nyaman dengan sistem kehidupan yang dipakainya selama ini, semisal demokrasi yang menjadikan kedaulatan berada di tangan rakyat. Mereka masih meyakini , bahwa aturan yang dibuatnya melalui parlemen adalah solusi untuk perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Proses pelaksanaan demokrasi dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat masih menjadi jargon yang menurutnya ampuh mengatasi berbagai persoalan kehidupan, meskipun faktanya tidak sesuai harapan. Metamorfosis yang tidak sempurna dalam tataran sosial selalu ditutupi dengan pembelajaran demokrasi yang selalu saja dinilai masih lebih baik, sekali pun yang diuntungkan adalah para pemilik modal kekuasaan, bukan rakyat itu sendiri.

Masyarakat harus sering diedukasi dengan pemahaman politik yang benar agar terhindar dari bujuk rayu demokrasi yang seolah memberikan harapan perubahan, padahal sejatinya hanya pengulangan kekuasaan pada sosok pemimpin yang berbeda bukan pada aturan atau sistemnya. Puasa sejatinya mengajarkan kita tentang hakikat perubahan sosial yang sebenarnya.

Perubahan yang Hakiki

Kedua, model perubahan atau metamorfosa sosial yang sempurna. Hal ini berupa perubahan yang sistematis berdasarkan sudut pandang akidah atau ideologi yang benar, yaitu akidah Islam yang tidak hanya menjadikan manusia bertakwa secara individu, melainkan ketakwaan negara kepada Allah Swt

Model metamorfosis kedua ini yang dinamakan perubahan (taghyir) yang sesungguhnya yang melihat masyarakat bukan sekadar kumpulan individu dengan berbagai kepentingannya, melainkan adanya aturan yang memahami pemikiran dan perasaaan masyarakat berdasarkan aturan atau hukum Allah Swt. yang diterapkan dalam realitas kehidupan masyarakat bukan hanya pada ranah kesalehan individual, melainkan kesalehan sosial.

Masyarakat akan berubah jika memiliki kesadaran bahwa fakta kehidupan yang buruk akar masalahnya karena syariat Islam tidak ditetapkan secara utuh dan menyeluruh. Ibadah puasa mengajarkan kita untuk memiliki nilai ketakwaan yang sempurna menuju perubahan masyarakat yang sebenarnya.

Wallahu a'lam bish Shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Maman El Hakiem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Rumah bagi Penulis Ideologis
Next
Jokowi Teken Inpres PPHAM, Solusikah?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram