"Hai manusia, beribadahlah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Al- Baqarah: 21)"
Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ramadan akan segera tiba. Masyarakat pun bersiap-siap menyambutnya. Mereka bergembira dengan datangnya bulan suci ini. Berbagai acara pun digelar. Ada yang mengadakan pawai, tablig, dan sebagainya.
Kegembiraan itu muncul karena momen ini hanya terjadi setahun sekali. Banyak keberkahan yang akan mereka peroleh dalam bulan mulia ini. Di bulan ini, setan-setan dibelenggu, pintu surga dibuka, dan pintu neraka ditutup. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah saw. melalui hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim,
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار وصفدت الشياطين
"Jika Ramadan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu."
Di samping itu, pada bulan ini pahala amal akan dilipatgandakan. Apalagi, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatulqadar. Karena itu, Ibnu Rajab menganggap wajar jika mereka yang berakal akan bergembira menyambut Ramadan. Sebab, tidak ada waktu yang menyamai keistimewaan bulan Ramadan.
Ramadan dan Ketakwaan
Saat Ramadan, masyarakat lebih bersemangat dalam beribadah. Masjid-masjid penuh dengan jemaah salat. Mereka juga semakin banyak berinfak.
Sayangnya, mereka masih fokus pada ibadah-ibadah sunah, seperti salat sunah, membaca Al-Qur'an, dan berinfak. Sementara itu, masih banyak kewajiban yang mereka tinggalkan. Begitu pula, banyak keharaman yang mereka kerjakan. Mereka menjalankan sebagian aturan dan meninggalkan sebagian lainnya.
Padahal, Allah Swt. memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa agar mereka menjadi orang yang bertakwa. Allah Swt. menyampaikan hal ini dalam surah Al-Baqarah [2]: 183,
يآايها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian puasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa."
Lafaz لعل menunjukkan adanya alasan atau harapan terhadap orang yang diajak berbicara. Dalam hal ini, Allah Swt. mengharapkan kaum muslimin akan bertakwa sebab puasa yang mereka jalankan. Dalam Tafsir Jalalain disebutkan, bahwa puasa dapat mengalahkan syahwat yang menjadi sumber maksiat. Hal yang senada disampaikan oleh Al-Baghawi. Ia mengatakan bahwa puasa merupakan wasilah menuju takwa. Sebab, puasa dapat menundukkan nafsu dan mengalahkan syahwat.
Saat berpuasa, seseorang akan menahan diri dari makan dan minum. Demikian pula, ia tidak akan melakukan hubungan suami istri. Bahkan, ia juga berusaha untuk meredam emosinya agar pahala puasanya tidak hilang. Di saat yang bersamaan, ia berusaha untuk melaksanakan berbagai kewajiban serta kesunahan. Karena puasa yang dilakukannya itulah, ia akan mendapatkan ketakwaan.
Hal itu karena menurut Imam An-Nawawi, takwa adalah اِمْتِثَالٌ لِأَوَامِرِاللهِ وَاِجْتِنَاب لِنَوَاهِيْهِ (melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya). Maka, untuk menjadi orang yang bertakwa, kita tidak hanya menjalankan kewajiban puasa Ramadan. Namun, kita juga harus menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya.
Hal ini tergambar dalam surah Al-Baqarah [2]: 21 yang berbunyi,
يايها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقون
"Hai manusia, beribadahlah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa."
Dalam ayat ini, Allah Swt. telah memerintahkan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah di sini bukan hanya salat atau puasa, tetapi juga mencakup yang lainnya.
Karena itu, frasa لعلكم تتقون juga disebut setelah perintah qishas. Dalam surah Al-Baqarah [2]: 179 Allah Swt. berfirman,
ولكم في القصاص حيوة يأولى الألباب لعلكم تتقون
Di ayat ini, Allah Swt. menyatakan bahwa jika qishas itu dijalankan, akan menjamin kehidupan manusia. Hal itu hanya akan dipahami oleh mereka yang menggunakan akalnya. Dengan menerapkan hukum qishas itu, kita pun akan menjadi orang yang bertakwa, karena telah menjalankan salah satu perintah Allah Swt.
Kemudian, dalam surah Al-An'am [6]: 153, Allah Swt. memberikan petunjuk agar kita menjadi manusia yang bertakwa. Dalam ayat yang juga diakhiri dengan frasa لعلكم تتقون ini, Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk mengikuti jalan-Nya, yaitu Islam. Allah Swt. juga melarang kita mengikuti jalan-jalan yang lain. Sebab, hal itu akan menyebabkan kita tercerai-berai.
Menuju Ketakwaan yang Hakiki
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa untuk menjadi orang yang bertakwa kita harus mengikuti jalan Islam. Kita harus memahami kewajiban-kewajiban serta larangan-larangan Allah Swt. Semua itu telah dihimpun dalam Al-Qur'an. Allah Swt. menyatakan hal itu dalam surah Al-Baqarah [2]: 21,
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu, serta sebagai pembeda (antara yang hak dan yang batil.)"
Melalui Al-Qur'an inilah, kita dapat mengetahui dan memahami apa saja yang harus kita lakukan, dan apa saja yang harus kita tinggalkan. Sebab, Al-Qur'an itu berisi khuthuuth 'ariidlah (garis-garis besar) yang harus kita ikuti.
Karena itu, sudah seharusnya jika kita mengikuti garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. atas diri kita. Sebagaimana dulu para sahabat telah melakukannya tanpa ragu-ragu. Saat Rasulullah saw. mengajak mereka berperang menghadapi kaum kafir Quraisy, mereka pun menerima ajakan tersebut. Padahal, mereka tengah menjalankan puasa Ramadan untuk yang pertama kalinya. Namun, tidak ada rasa berat atas perintah tersebut. Ketaatan mereka kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. merupakan bukti ketakwaan mereka.
Penutup
Bulan Ramadan memang bukan termasuk bulan-bulan haram. Namun, bulan ini diistimewakan oleh Allah Swt. karena di dalamnya diturunkan Al-Qur'an.
Karena itu, ibadah yang seharusnya kita lakukan pada bulan ini adalah ibadah yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Tidak hanya membacanya hingga khatam 30 juz. Namun, kita juga harus memahami dan merenungkan isinya. Yang lebih penting dari semua itu adalah mengamalkannya.
Sebaliknya, hal yang paling tercela di bulan ini adalah meninggalkan Al-Qur’an. Baik dengan tidak membaca dan mempelajarinya. Apalagi tidak mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari kita.
Wallaahu a'lam bishshawaab.[]