"Perumpamaan bulan Rajab adalah layaknya angin, sedang bulan Syakban laksana awan yang membawa hujan, sementara Ramadan diibaratkan hujan. Siapa saja yang tidak bercocok tanam di bulan Rajab serta tidak menyiraminya pada bulan Syakban, bagaimana mungkin dia akan menuai hasilnya pada bulan Ramadan? (Abu Bakar Al-Balkhi)"
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tak terasa bulan Syakban telah kita masuki. Bulan yang terletak antara dua bulan suci, yaitu setelah bulan Rajab dan sebelum bulan Ramadan ini mempunyai banyak keutamaan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun mencontohkan beberapa amalan yang bisa dilakukan pada bulan ini, dan memperbanyaknya sebagai persiapan menyambut bulan Ramadan. Nama Syakban diambil karena pada bulan ini banyak orang Arab yang berpencar untuk mencari air atau berpencar di gua-gua setelah bulan Rajab.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani berkata dalam Majmu’ Fatawa, 20/25-33 bahwa,
"Disebut Syakban karena mereka (Bangsa Arab) suka menyebar mencari air dan masuk ke dalam gua-gua selepas bulan Rajab Al-Haram. Sebab dari penamaan ini disebut lebih baik dari sebelumnya. Dan telah disebutkan beberapa penyebab lainnya dari yang telah disebutkan"
Tak sedikit orang yang meremehkan bulan Syakban ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebutkan hal tersebut di dalam hadis sahih riwayat Imam Al-Bukhâri, No. 1970 berikut ini,"Dikisahkan dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma, dia berkata, 'Wahai Rasulullah! Aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan dibanding bulan-bulan lain layaknya engkau berpuasa di bulan Syakban ini?' Beliau shalallahu alaihi wasallam menjawab, 'Bulan Syakban adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, ia berada di antara bulan Rajab dan Ramadan. Di dalamnya setiap amalan diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan aku menyukai jika amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa'"
Peristiwa Penting di Bulan Syakban
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki menyebutkan dalam kitab beliau Maadza fii Syakban? Terdapat tiga peristiwa penting bagi kehidupan seorang muslim yang terjadi pada bulan Syakban.
Pertama, pemindahan arah kiblat dari Masjidilaqsa ke Masjidilharam. Ketika menafsirkan Surah Al-Baqarah ayat 144 dalam kitab Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi mengatakan dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti bahwa Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa di bulan Syakban. Beliau shalallahu alaihi wassalam sangat menantikan momen penting tersebut. Beliau senantiasa menengadahkan wajah beliau ke langit, menunggu-nunggu wahyu dari Allah terkait pengalihan kiblat tersebut.
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
“Kami telah melihat wajahmu sering menengadah ke langit, maka Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang lebih kamu sukai. Hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.” (QS. Al-Baqarah ayat 144)
Kedua, penyerahan rekapitulasi amal ibadah selama setahun kepada Allah. Salah satu keutamaan bulan Syakban adalah diserahkannya seluruh amalan manusia kepada Allah. Meski menurut Sayyid Muhammad Al-Alawi pelaporan amal bisa kapan saja, baik siang atau pun malam setiap pekan, namun ketika bulan Syakban seluruh rekapitulasi amalan manusia diserahkan sepenuhnya kepada Allah subhanahu wata'ala. Disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam An-Nasa'i, dari Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah,“Ya Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa dalam satu bulan layaknya engkau berpuasa di bulan Syakban. Beliau shalallahu alaihi wassalam menjawab, Syakban adalah bulan yang terletak antara bulan Rajab dan Ramadan serta banyak orang melalaikannya. Di bulan inilah diangkat seluruh amal kepada Rabbil ‘alamin. Dan aku senang jika amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa"
Ketiga, turunnya ayat tentang perintah selawat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ibnu Abi Shai Al-Yamani menyebutkan, bahwa bulan Syakban merupakan bulan selawat. Karena pada bulan inilah ayat tentang anjuran selawat diturunkan, yaitu dalam surah Al-Ahzab ayat 56. Pendapat ini pun dikuatkan oleh pendapat Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dalam Al-Mawahib-nya, serta Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani yang berkata bahwa ayat tersebut turun pada bulan Syakban tahun ke-2 hijriah.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya mengirimkan selawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab ayat 56)
Ada beberapa amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah dan para ulama terdahulu pada bulan ini, yaitu:
1. Memperbanyak puasa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memperbanyak puasa pada bulan Syakban dibanding pada bulan-bulan yang lain. Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dalam sebuah hadis riwayat Bukhari No. 1969 dan Muslim No. 1156, bahwasanya dia berkata,"Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa sampai-sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah berbuka, dan beliau berbuka sampai-sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat beliau shalallahu alaihi wassalam menyempurnakan puasa dalam satu bulan kecuali pada bulan Ramadan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dibanding pada bulan Syakban"
Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, istri beliau yang lain pun mengatakan dalam hadis riwayat Imam Ahmad, 5/201 dan Imam Nasâ’i, 4/102: “Saya tidak pernah mendapati beliau shallallahu alaihi wasallam berpuasa dua bulan terus-menerus kecuali pada bulan Syakban dan Ramadan"
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah hampir sebulan penuh berpuasa Syakban. Para ulama menyebutkan bahwa berpuasa di bulan Syakban kendati hanya puasa sunah, namun mempunyai peran penting sebagai penutup kekurangan puasa wajib di Bulan Ramadan. Sebagaimana salat fardu yang memiliki salat sunah rawatib, qabliyah juga ba’diyah. Salat-salat tersebut berfungsi menutup kekurangan salat fardu yang dikerjakan. Begitu pula dengan puasa Ramadan, yang mempunyai puasa sunah di bulan Syakban serta puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Dan bagi yang memulai puasa dari bulan Syakban, tentu diharapkan ia tidak terlalu kepayahan dalam menghadapi bulan Ramadan.
2. Membaca Al-Qur’an
Semenjak memasuki bulan Syakban dianjurkan mulai memperbanyak tilawah Al-Qur'an, sehingga saat memasuki Ramadan seorang muslim dapat menambah intensitas bacaannya. Salamah bin Kuhail rahimahullah suatu waktu pernah berkata: "Dulu bulan Syakban disebut sebagai bulan para qurra’. (pembaca Al-Qur’an)" Begitu pula ‘Amr bin Qais rahimahullah pun ketika memasuki bulan Syakban beliau menutup tokonya dan menyibukkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an.
3. Mengerjakan berbagai amalan saleh
Sesungguhnya amalan-amalan saleh disunahkan dikerjakan di setiap saat. Begitu pun para ulama terdahulu mulai membiasakan memperbanyak amalan saleh ketika memasuki bulan Syakban, supaya mereka terlatih dan dapat meningkatkan amalan-amalan tersebut di bulan Ramadan. Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah berkata dalam Lathaiful-Ma’arif liibni Rajab Al-Hanbali hal. 130: “Bulan Rajab adalah bulan untuk bercocok tanam, bulan Syakban waktu untuk menyirami tanaman, dan bulan Ramadan adalah saat untuk memanen apa yang ditanam. Perumpamaan bulan Rajab adalah layaknya angin, sedang bulan Syakban laksana awan yang membawa hujan, sementara Ramadan diibaratkan hujan. Siapa saja yang tidak bercocok tanam di bulan Rajab serta tidak menyiraminya pada bulan Syakban, bagaimana mungkin dia akan menuai hasilnya pada bulan Ramadan?"
4. Menjauhi perbuatan syirik dan memperkuat persatuan kaum muslimin
Dalam Sunan Ibnu Majah No. 1390. Disahihkan oleh Syekh Al-Albany, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyatakan bahwa Allah akan mengampuni para hamba-Nya yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan yang tidak mempunyai permusuhan dengan saudara seagamanya. “Sesungguhnya Allah turun di malam pertengahan bulan Syakban dan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali para musyrikin dan musyahin yaitu orang yang berseteru dengan sesama muslim."
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun secara khusus bersabda mengenai orang yang bermusuhan dengan saudara muslimnya, dalam satu hadis riwayat Muslim No. 2565/6544 berikut,“Sungguh pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, dan seluruh hamba akan diampuni, kecuali mereka yang menyekutukan Allah, serta mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka kemudian dikatakan, ‘Tangguhkanlah keduanya sampai mereka berdamai. Tangguhkanlah keduanya sampai mereka berdamai. Tangguhkanlah keduanya sampai mereka berdamai.'"
Maka sudah sewajarnya, seorang muslim harus segera meninggalkan dan menjauhi segala bentuk kesyirikan baik syirik kecil maupun besar, serta menjauhi segala bentuk permusuhan dengan saudara sesama muslim, dan sebaliknya segera memperbaiki hubungan seakidah, menjalin silahukhuwah, dan mempererat persatuan umat, serta berkontribusi dalam perjuangan kebangkitan Islam.
Wallahu a'lam[]