"Mereka menyerukan kebangkitan dengan memperkuat salat tahajud, puasa sunah, atau menghapal Al-Qur'an, dan amalan-amalan individual semata, tanpa ada upaya menerapkan hukum Islam secara menyeluruh dalam tatanan kehidupan."
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sebagaimana telah dimaklumi, kebangkitan Islam adalah benar, karena telah dijanjikan oleh Allah. Sebagai seorang muslim, merupakan kewajiban untuk meyakini janji itu. Maka umat Islam pun mulai berbondong-bondong melakukan upaya-upaya demi mewujudkan perubahan menuju kebangkitan itu. Dari fenomena hijrah dari berbagai kalangan, banyaknya rumah-rumah tahfiz, menjamurnya sekolah Islam terpadu, hingga dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai negara Khilafah.
Mengapa Islam harus bangkit? Bukankah umat Islam baik-baik saja? Mereka masih bisa berislam, masih bisa beribadah? Masih bisa salat, puasa di bulan Ramadan, masih bisa naik haji, masih bisa nikah secara Islam, dan lain-lain. Bukankah hanya Palestina saja yang terjajah dan belum mempunyai kedaulatannya sendiri? Selebihnya baik-baik saja. Adakah kaum muslim yang berpikiran demikian? Jika ada, maka sudah dipastikan dia adalah orang awam, atau mungkin telah teracuni pemikiran sekuler, atau mungkin juga seorang apatis yang tak peduli dengan agamanya.
Islam hari ini adalah Islam dengan segala keterpurukan di segala dimensi. Keindahan Islam tak tercermin dalam segala hal. Umat Islam sendiri bahkan tidak menampakkan identitas Islam itu sendiri. Meski menjadi umat terbesar kedua di dunia, kaum muslimin seakan hanya menjadi penggembira dan objek siasat keji kaum kuffar. Umat Islam seakan kehilangan profilnya dan menjadi wayang, sesuai apa yang ada di skenario musuh-musuhnya. Tanpa berkutik, tanpa ada inisiatif untuk berani menyuarakan kebenaran Islam, dan akhirnya hanya menjadi pembebek, tunduk pada apa yang orang kafir agendakan, meskipun itu menginjak-injak kemuliaan Islam. Miris.
Salah satu agenda Barat yang malah diamini oleh umat adalah saling berselisih, berpecah belah hanya karena perbedaan masalah cabang, mazhab, pemahaman fikih, dan mengesampingkan persatuan. Sibuk saling menghujat, saling serang, narasi intoleran, hingga saling menuduh sesat saudaranya. Di sisi lain, umat Islam tak peduli ketika hukum-hukum Allah diabaikan, saudara muslim dibantai dan dibunuhi, tanah kaum muslim dirampas, generasinya diliberalkan dan dirusak dengan gaya hidup sekuler, kekayaan alamnya dieksploitasi dan dirampok oleh kaum kafir.
Memang ada sebagian kaum muslim yang menyadari Islam sedang terpuruk, namun hanya karena ingin mencari aman, serta kurangnya memahami Islam, mereka hanya menyuarakan solusi praktis dan perbaikan individu. Terkadang bahkan solusi yang mereka berikan tanpa mereka sadari malah mengerdilkan Islam, menghilangkan keagungannya, dan membuat Islam seakan hanya sebagai agama ritual saja bukan way of life. Mereka menyerukan kebangkitan dengan memperkuat salat tahajud, puasa sunah, atau menghapal Al-Qur'an, dan amalan-amalan individual semata, tanpa ada upaya menerapkan hukum Islam secara menyeluruh dalam tatanan kehidupan.
Mereka meyakini bahwa dengan meningkatkan ibadah ritual dan amal-amal individual, maka akan dapat mewujudkan kebangkitan Islam di negeri-negeri Islam. Padahal, itu bertentangan dengan sunah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Faktanya, Rasulullah tidak hanya membina para sahabat serta umat Islam lainnya untuk memiliki keimanan yang kokoh, akan tetapi beliau juga mengajarkan para sahabat untuk mengemban dakwah Islam demi mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat islami, dengan cara menentang ide-ide, praktik, serta hukum yang tidak islami.
Di sisi lain, mereka diam ketika Islam dihina, Rasulullah dinista, Al-Qur'an dibakar. Mereka beralasan Islam tak akan hina hanya dengan dicaci, Al-Qur'an akan tetap mulia meski dibakar. Mereka pun bungkam ketika undang-undang zina suka sama suka dilegalkan, mereka masih membisu ketika miras meraja lela hanya karena aturan yang longgar. Dan lebih parahnya lagi, ketika ada sebagian saudaranya yang menyerukan kebangkitan Islam dengan solusi tuntas, yakni dengan menerapkan seluruh aturan Allah dalam sebuah sistem Islam, mereka tak hanya menentang, namun mencaci, dan memfitnah dengan keji.
Padahal umat Islam adalah umat terbaik yang diciptakan oleh Allah di tengah manusia. Umat Islam telah dipilih Allah sebagai pewaris bumi, pemimpin dunia dengan menerapkan aturan Allah. Fakta umat ini telah terpampang jelas dalam kilau sejarah yang tak akan pernah bisa terbantahkan oleh kegelapan Barat maupun siasat-siasat busuk musuh Islam yang ingin menghancurkan kegemilangan sejarah Islam dengan propaganda buruk dan keji.
Janji Allah bahwa umat Islam adalah umat terbaik, terpatri abadi dalam Al-Qur'an surah Ali-Imran ayat 110,
{ كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ }
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."
Ayat ini adalah jaminan Allah atas umat Islam, bahwa mereka telah dan akan tetap menjadi umat terbaik, ketika syarat umat terbaik itu dilaksanakan. Syaratnya adalah senantiasa beramar makruf nahi mungkar sebagai syarat ketika mereka mengaku beriman kepada Allah. Amar makruf nahi mungkar adalah dakwah, menyeru kepada kebaikan yaitu Islam, untuk menjalankan syariat Allah secara menyeluruh dan menjauhi semua perbuatan yang menyelisihi aturan-Nya di segala aspek, baik ramah individu, masyarakat, bahkan sekala negara.
Betapa hari ini kehidupan umat Islam jauh dari aturan Islam. Mereka hidup dalam tatanan demokrasi sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan mereka. Mereka beribadah dengan cara Islam, tapi mereka menjalani kehidupan ini dengan aturan buatan manusia. Mereka berekonomi dengan sistem riba ala kapitalis. Mereka berinteraksi secara bebas ala masyarakat liberal. Mereka berhukum dengan hukum dengan hukum buatan manusia. Mereka berpolitik ala demokrasi yang menjadikan kedaulatan di tangan manusia, bukan di tangan syarak.
Hukum Islam seakan dijadikan prasmanan, hanya yang disuka dan sesuai demokrasi yang diambil. Salat, puasa, sedekah, haji, dianggap masih ramah dengan alam demokrasi. Namun di sisi lain, mereka memusuhi sebagian hukum Islam, seperti jihad, Khilafah, qishash, ekonomi antiriba, mereka menyingkirkannya dengan berbagai narasi keji. Islam adalah sebuah ideologi, ia tak hanya sekadar agama ritual, untuk itu Islam harus diterapkan dalam tatanan sistem negara, sehingga keagungan syariatnya dapat dirasakan oleh seluruh alam.
Betapa tanpa Khilafah, syariat Islam hari ini banyak yang tak tertunaikan? Hukum rajam bagi pezina diabaikan, akibatnya zina merajalela bahkan terakhir ratusan pelajar mengajukan dispensasi nikah karena telah hamil lebih dahulu. Riba sudah disistemkan. Jihad tak dilaksanakan. Hukum qishash disingkirkan, menyebabkan nyawa manusia tak lagi berharga dengan maraknya pembunuhan tak terbalaskan, sumber daya alam yang diprivatisasi dan dikuasai asing padahal itu milik rakyat, dan banyak lagi. Sedangkan hukum-hukum tersebut harusnya dilaksanakan oleh penguasa atau negara, tak bisa dilakukan oleh komunitas, individu, apalagi hanya diwiridkan, didoakan, atau ditahajudkan, harus ada kebijakan penguasa yang mengaturnya sesuai dengan Islam.
Akan tetapi, alih-alih memperjuangkan agar hukum Islam secara kaffah bisa diterapkan, sebagian umat Islam sendiri malah sibuk menyerukan perbaikan keimanan dengan meningkatkan ibadah mahda. Bagaimana keimanan kita akan meningkat jika kita hanya mengambil sebagian dari hukum Allah dan mengabaikan sebagian hukum syariat yang lain? Mengeklaim bahwa memperbaiki keadaan umat dengan memperbaiki kualitas amal-amal individualnya, sembari mengisolasi diri dari urusan masyarakat adalah sebuah kesalahan fatal. Hal ini justru malah membantu pihak musuh yang ingin membuat umat Islam tetap tunduk, lemah, dan terus menjadi boneka mereka.
Jadi, kesalehan individual tak akan merubah keadaan, apalagi membawa kebangkitan. Laksana jauh panggang dari api. Terlebih di alam demokrasi, suatu saat pun ibadah mahda ini pun akan diusik dan dipersekusi, karena memang demokrasi bukan lingkungan sehat bagi Islam. Khilafahlah sistemnya. Jadi tunggu apa lagi, perubahan komunal dan globallah yang seharusnya kita gaungkan, bukan semata perubahan individual yang semu.
Wallahu a'lam[]