Persiapan Menuju Bulan Kompetisi

"Diperlukan persiapan yang matang dalam menyambut bulan perlombaan ini. Layaknya seorang atlet yang ingin menang dalam olimpiade, maka ia wajib melakukan persiapan dan pemanasan, "haram" baginya untuk bersantai dan bermalas-malasan, karena itu akan berdampak pada penurunan staminanya ketika pertandingan berlangsung kelak."

Oleh. Aya Ummu Najwa

NarasiPost.Com-Dalam hitungan hari, umat Islam bersiap menyambut datangnya bulan mulia, yakni bulan Ramadan. Dan salah satu nikmat yang harus disyukuri adalah Allah masih berkenan menunda ajal kita, karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan penuh berkah tersebut. Jika kita merenungkan dan menyadari betapa setahun ini kita telah melakukan banyak dosa, maka tentu kita sangat berharap dapat bertemu dan mereguk keberkahan dan keutamaan bulan Ramadan.

Ramadan adalah bulan kompetisi. Di mana setiap hamba yang beriman akan berlomba-lomba untuk dapat melakukan berbagai ketaatan dan terus meningkatkan intensitas serta kualitasnya selama sebulan penuh. Karena semakin menuju akhir, halangan, godaan, dan ujian kian berat. Tak jarang para kompetitor loyo di tengah jalan, sehingga tak mencapai garis finis dengan hasil maksimal. Padahal stamina dan ghirah haruslah semakin ditingkatkan, karena babak-babak terakhir mempunyai keutamaan yang luar biasa dan merupakan babak penentuan, apakah kita lulus sebagai muttaqin ataukah tidak.

Untuk itulah diperlukan persiapan yang matang dalam menyambut bulan perlombaan ini. Layaknya seorang atlet yang ingin menang dalam olimpiade, maka ia wajib melakukan persiapan dan pemanasan, "haram" baginya untuk bersantai dan bermalas-malasan, karena itu akan berdampak pada penurunan staminanya ketika pertandingan berlangsung kelak. Begitu pula bulan mulia ini, untuk mengisinya kita wajib melakukan persiapan dan pemanasan agar kita tetap dalam kondisi siap dan semangat bahkan seharusnya semakin meningkatkan intensitas dan kualitas ibadah kita selama Ramadan. Karena sesungguhnya ketidaksiapan akan berbuah kepahitan.

Di jelaskan oleh Imam Abu Bakr Az-Zur’i, dalam Badai’ul Fawaid 3/699 bahwa salah satu perkara yang harus diwaspadai oleh seorang muslim adalah ketidaksiapan menjalankan kewajiban yang telah datang. Bentuk dari ketidaksiapan itu adalah dengan meremehkannya. Sedang akibatnya pun begitu luar biasa, yaitu lemahnya kita dalam menjalankan kewajiban tersebut, serta terhalangnya rida Allah untuk kita, sebagai hukuman untuk kita karena tidak siap menjalankan kewajiban yang telah datang. Beliau menyitir firman Allah dalam surah At Taubah ayat 83, “Maka apabila Allah mengembalikanmu kepada golongan orang-orang munafik dari mereka, lalu mereka minta izin untuk keluar (pergi berperang bersamamu), Maka katakanlah: 'Kamu telah dilarang keluar bersamaku selamanya dan tidak diperbolehkan memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela untuk tidak pergi berperang kali yang pertama. Oleh karena itu, tinggallah bersama mereka yang tidak ikut berperang'."

Ayat di atas memberikan kita pelajaran bahwa Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, sehingga Allah melemahkan. Itu dikarenakan mereka tidak melakukan persiapan, sedang niat mereka pun sudah tak lurus lagi. Di sinilah pentingnya persiapan dan niat ikhlas karena Allah dalam melaksanakan ketaatan, sehingga Allah akan mengabulkan setiap permohonan kita.

Para ulama terdahulu telah memberi wejangan kepada kita dalam rangka mempersiapkan diri menyambut Ramadan, yaitu:

1. Perbanyak bekal ilmu.

Ilmu merupakan sebaik-baik bekal, agar ibadah kita berbuah berkah, manfaat, faedah, serta tidak asal dikerjakan tanpa makna. Umar bin ‘Abdul Aziz pernah berkata dalam Al-Amru bil Ma’ruf hal. 15 bahwa "Siapa saja yang beribadah kepada Allah dengan ketiadaan ilmu, niscaya dia akan menimbulkan banyak kerusakan daripada kebaikan."

Karena Ramadan adalah bulan dilipatgandakannya semua pahala kebaikan, maka untuk melaksanakan ibadah dan kebaikan itu harus kita lakukan dengan ilmu. Puasa kita lakukan tanpa ilmu, maka akan rusak dan sia-sia. Selain menjauhi hal-hal yang dapat membatalkan puasa, kita juga harus paham hal-hal yang dapat menghilangkan pahala puasa, dan itu membutuhkan ilmu. Jangan sampai puasa yang kita lakukan hanya menghasilkan lapar dan dahaga semata tanpa nilai pahala. Begitu pun dengan amalan-amalan yang lainnya.

2. Perhebat tobat.

Sebelum kita memasuki bulan Ramadan, para ulama telah menganjurkan untuk memperbanyak tobat dan istigfar. Berharap ketika memasuki Ramadan kita bisa menjadi hamba yang lebih baik. Segala kelalaian yang telah lalu hendaknya kita tinggalkan dan ganti dengan kebaikan. Ingatlah bahwa Ibnu Katsir rahimahullah telah menukil syarat tobat yang telah dijelaskan oleh para ulama adalah “Menyesali dosa di masa lalu, menjauhi dosa di masa sekarang, dan bertekad untuk tidak mengerjakannya lagi di masa depan."

Salah satu doa untuk meminta ampunan dari Allah adalah,

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى

“Ya Allah, ampunilah segala kesalahanku, kebodohanku, perilakuku yang melampaui batas dalam setiap urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu daripada diriku sendiri. Ya Allah, ampunilah diriku, kesalahan yang kuperbuat baik di kala serius maupun pada saat bergurau, dan ampunilah kesalahanku pada saat aku tak sengaja maupun sengaja, ampunilah segala kesalahanku." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari No. 6398 dan Muslim No. 2719).

Tobat nasuhah adalah tobat yang sebenar-benarnya. Dan tobat inilah yang kita butuhkan. Bukan sekadar mengucapkan "Ya Allah ampunilah aku." Akan tetapi, itu hanya penghias bibir semata, sedang hati kita masih terus dalam kelalaian. Bukan pula tobat musiman yang hanya dilakukan selama Ramadan, sedang ketika Ramadan telah berlalu kita pun kembali melakukan kemaksiatan. Namun, harusnya Ramadan benar-benar kita jadikan bulan latihan serta pendidikan untuk menjadi hamba yang lebih taat bahkan terus berlanjut di luar Ramadan.

3. Perbanyak doa, mohon kemudahan dari Allah.

Doa adalah senjata kaum muslim. Doa adalah inti ibadah. Doa adalah bentuk komunikasi kita sebagai hamba dengan Allah. Maka disunahkan berdoa di waktu-waktu yang mustajab. Bahkan di waktu-waktu mendekati Ramadan, kita seharusnya meminta kepada Allah kesempatan untuk dapat bertemu dengannya, dapat mengisinya dengan amalan terbaik, sehingga kita dapat menikmati indahnya bulan mulia tersebut.

Salah satu doa tersebut adalah doa yang diriwayatkan oleh Sahabat Anas bin Malik radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berdoa:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami pada Ramadhan."

Hadis tersebut dikeluarkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam kitab Syu'ab Al-Iman, Abu Nu'aim dalam kitab Al-Hilyah, Al-Bazzar dalam musnadnya, Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath. Meski para ulama menganggap hadis tersebut daif, namun Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ jilid 5 halaman 59 mengatakan, "Telah kami sampaikan pada beberapa tempat (dalam kitab ini) bahwa seluruh ahli ilmu sepakat untuk mengamalkan hadis daif pada hal di luar penetapan hukum serta ushul akidah."

Doa memohon kemudahan dari Allah dalam segala hal, yaitu:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pada-Mu kemudahan mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran." (Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi No. 3233, dan dishahih oleh Syaikh Al Albani).

Sebagian Sahabat memanjatkan doa berikut ketika bertemu Ramadan,

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, sampaikanlah aku hingga pada Ramadan, dan sampaikanlah Ramadan kepadaku, dan terimalah amalanku di bulan Ramadan.” (Lathaif Al-Ma’arif hlm. 264)

Doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika melihat hilal di awal bulan, terkhusus hilal Ramadan.

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ، وَالتَّوْفِيقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ

"Allahu akbar, ya Allah jadikanlah hilal itu membawa keamanan dan keimanan bagi kami, keselamatan juga Islam, serta membawa taufik yang membimbing kami kepada apa yang Engkau cintai dan Engkau ridai. (Wahai bulan) Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Allah.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 888, Ad-Darimi di dalam kitab sunannya No. 1729, dishahihkan oleh Syua’ib Al-Arnauth dalam kitab Ta’liq Musnad Ahmad, 3/171).

Mari senantiasa berdoa, semoga Allah menjadikan Ramadan kita tahun ini lebih baik dari Ramadan sebelumnya. Semoga kita dapat mengisinya dengan amalan terbaik kita hingga selepas Ramadan kita layak mendapatkan predikat muttaqin. Semoga Ramadaan tahun ini menjadi titik balik perjuangan kebangkitan Islam. Semoga Ramadaan tahun ini menjadi Ramadan terakhir kegelapan dunia tanpa khilafah.

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Debut Ms. Marvel: antara Sensasi dan Jati Diri Muslimah
Next
Beda Agama Menikah? Toleransi Merusak Akidah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram