Pemimpin yang Salah Harus Dibela, Benarkah?

Perintah untuk taat kepada Allah menggunakan lafaz athii'uu yang artinya tunduk. Maknanya, Allah Swt. wajib ditaati secara mutlak karena Al-Qur'an berasal dari Allah Swt. Demikian pula, ketaatan terhadap Rasul juga menggunakan lafaz athii'uu, karena Rasulullah saw. menyampaikan hadis. Sedangkan ketaatan kepada ulil amri tidak menyertakan lafaz athii'uu. Hal ini menunjukkan bahwa ada syarat yang harus dipenuhi oleh ulil amri agar mereka ditaati oleh kaum muslimin, yakni mereka bertahkim kepada hukum Allah Swt.

Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor Tetap Narasipost.Com)

NarasiPost.Com-Beberapa waktu yang lalu, seorang habib menyampaikan sebuah pernyataan yang viral di dunia maya. Saat itu, ia mengatakan bahwa ia akan membela pemerintah, benar maupun salah. Ia kemudian menyampaikan alasan atas sikapnya itu. Menurutnya, Nabi saw. pernah menyampaikan bahwa jika pemerintah datang membawa cambuk dan mencambuk kita, kita harus tetap taat kepada pemerintah. Tentu, hal ini menimbulkan satu pertanyaan. Benarkah konsep ketaatan kepada pemimpin itu seperti yang dijelaskan oleh habib tersebut?

Kedudukan Hadis

Hadis yang disampaikan oleh habib itu merupakan potongan dari sebuah hadis yang panjang. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Hudzaifah bin Al-Yaman. Teks hadis itu sebagai berikut,

قال قلت يا رسول الله إنا كنا بشر فجاء الله بخير فنحن فيه فهل من وراء هذا الخير شر؟ قال نعم قلت هل من وراء ذلك الشر خير؟ قال نعم قلت فهل من وراء ذلك الخير شر؟ قال نعم قلت كيف؟ قال يكون بعدي أىٔمة لا يهتدون بهداى ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين فى جثمان إنس قال قلت كيف أصنع يا رسول الله إن أدركت ذلك قال تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع

"Dia (Hudzaifah) berkata, 'Aku berkata, 'Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu bersama keburukan. Maka, Allah datang dengan kebaikan. Kami pun berada dalam kebaikan. Apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?' Rasulullah berkata, 'Ya.' Aku berkata, 'Apakah setelah keburukan ini akan ada kebaikan?' Rasulullah berkata, 'Ya.' Aku berkata, 'Apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?' Rasulullah berkata, 'Ya.' Aku berkata, 'Bagaimana?' Rasulullah berkata, 'Kelak, akan muncul setelahku, para pemimpin yang tidak mendapat petunjukku dan tidak melaksanakan sunahku. Dan akan ada di antara mereka, orang-orang yang hatinya seperti hati setan, tetapi jasadnya adalah manusia.' Aku berkata, 'Apa yang harus aku perbuat jika aku menjumpai hal itu, wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Dengarkan dan taatilah amir! Meskipun punggungmu dipukul, dan hartamu diambil'."

Hadis yang terdapat dalam Sahih Muslim ini diriwayatkan melalui jalur Abu Sallam Mamthur. Namun, ada beberapa catatan di dalamnya, terkait kesahihannya.

Ada hadis yang senada isinya, tetapi dengan matan yang berbeda. Hadis yang diriwayatkan melalui jalur Abu Idris Al-Khaulani ini disahihkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dalam hadis ini, tidak terdapat frasa وإن ضرب ظهرك وأخذ ومالك فاسمع وأطع

Imam Ad-Daraquthni dalam kitabnya Al-Ilzamaat wat Tatabbu' menyebutkan bahwa hadis ini mursal. Sebab, Abu Sallam Mamthur tidak mendengarnya langsung dari Hudzaifah bin Al-Yaman.

Hadis yang diriwayatkan melalui jalur Abu Sallam Mamthur, memang bukan hadis utama. Hadis ini merupakan penguat (mutabi') bagi hadis yang utama. Sedangkan hadis yang utama, yang disahihkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, yakni hadis yang diriwayatkan melalui jalur Abu Idris Al-Khaulani. Karena dalam hadis yang utama tidak terdapat frasa وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع, maka Syekh Muqbil bin Wadi'iy menyatakan bahwa tambahan di akhir hadis itu lemah kedudukannya.

Kesalahan dalam Memahami Nas Hadis

Hal yang lebih penting dari itu adalah pemahaman terhadap konteks hadis tersebut. Jika pemahaman terhadap konteks hadis itu benar, akan benar penerapannya. Sebaliknya, jika salah, akan salah pula penerapannya. Kesalahan dalam pemahaman merupakan satu hal yang berbahaya. Terlebih, jika hal itu dilakukan oleh orang yang disebut ulama. Sebab, kesalahannya itu akan diikuti oleh para pengikutnya. Maka, akan berakibat pada terjadinya maksiat berjemaah.

Terkait dengan hadis di atas, Imam Ibnu Hazm, dalam kitabnya Al-Fishal menjelaskan sebagai berikut,

"Adapun perintah Nabi saw. untuk bersabar saat harta dirampas dan dicambuk, jelas bahwa hal ini berlaku dalam konteks ketika ada imam (khalifah) yang memimpin di jalan yang benar. Dalam hal ini, kita wajib bersabar. Bahkan, jika ada orang yang enggan untuk dipukul, sedangkan ia layak untuk dipukul, maka ia adalah orang yang fasik dan bermaksiat kepada Allah Swt. …."

Dari sini, dapat kita pahami bahwa hadis ini berbicara tentang ketaatan kepada seorang pemimpin dalam koridor Islam, bukan yang lain.

Konsep Ketaatan kepada Pemimpin dalam Islam

Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan itu terwujud dalam berbagai pengaturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah pengaturan dalam urusan pemerintahan.

Dalam masalah ini, Islam telah menetapkan bentuk, struktur pemerintahan, dan sebagainya. Islam juga mengatur siapa saja yang berhak diangkat sebagai pemimpin beserta syarat-syaratnya. Begitu pula, Islam telah menetapkan apa saja yang harus dilakukan oleh kaum muslimin terhadap pemimpinnya. Salah satunya adalah taat kepada pemimpin.
Berkaitan dengan ketaatan kepada pemimpin ini, Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Qur'an surah An-Nisa[4]: 59 yang berbunyi,

أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولى الأمر منكم

"Taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta ulil Amri di antara kalian."

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat ini turun berkaitan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin 'Adi, saat diperintahkan oleh Rasulullah saw. untuk memimpin sebuah sariyyah (perang). Saat itu, Abdullah bin Hudzafah hendak menguji ketaatan pasukan yang dipimpinnya. Untuk itu, ia memerintahkan pasukannya mengumpulkan kayu dan membakarnya, serta masuk ke dalamnya.

Pasukannya tidak serta merta mematuhi perintahnya. Mereka menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. Saat itu, Rasulullah menyatakan bahwa ketaatan hanya dalam kebaikan.

Perintah untuk taat kepada Allah menggunakan lafaz athii'uu yang artinya tunduk. Maknanya, Allah Swt. wajib ditaati secara mutlak karena Al-Qur'an berasal dari Allah Swt. Demikian pula, ketaatan terhadap Rasul juga menggunakan lafaz athii'uu, karena Rasulullah saw. menyampaikan hadis. Sedangkan ketaatan kepada ulil amri tidak menyertakan lafaz athii'uu. Hal ini menunjukkan bahwa ada syarat yang harus dipenuhi oleh ulil amri agar mereka ditaati oleh kaum muslimin, yakni mereka bertahkim kepada hukum Allah Swt.

Hal ini sesuai dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad, bahwa Rasulullah saw. bersabda,

السمع والطاعة على المرء المسلم فيما أحب وكره ما لم يؤمر بمعصية فإذا أمر بمعصية فلا سمع ولا طاعة

"Mendengar dan taat kepada pemimpin, dalam hal yang disukai dan dibenci, selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Maka, jika diperintahkan untuk bermaksiat, tidak boleh mendengar dan taat."

Karena itu, ketaatan kepada pemimpin dibatasi dengan syarat, bukan dalam perkara yang maksiat kepada Allah Swt. Justru, pemimpin yang memerintahkan kepada kemaksiatan atau berbuat zalim harus dinasihati. Ada banyak nas yang memerintahkan kepada kita untuk melakukan hal ini. Salah satunya adalah hadis riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ad-Dailami dari Abu Sa'id Al-Khudri. Rasulullah saw. bersabda,

أفضل الجهاد كلمة عدل عند سلطان جاىٔر

"Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kalima yang adil kepada penguasa yang lalim."

Maka, satu hal yang kurang tepat, jika kita membiarkan penguasa yang berlaku salah apalagimembelanya. Wallaahu a'lam bishshawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Larangan Mengundang Penceramah Radikal, Inikah Usaha Membungkam Kebenaran?
Next
Pelecehan Seksual Kian Marak, Bukti Demokrasi Gagal dan Rusak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram