"Karena itu, adalah sebuah penghinaan besar jika ada yang meminta agar beberapa ayat Al-Qur'an dihapus. Hal itu sama artinya dengan meminta umat Islam untuk tidak menjadikan ayat-ayat itu sebagai pedoman. Padahal, kita tidak boleh mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya."
Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Al-Qur'an adalah firman Allah Swt. yang disampaikan oleh malaikat Jibril as. kepada Nabi Muhammad saw.. Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Ia diriwayatkan secara mutawatir oleh para sahabat, tabiin, dan tabi'ut tabi'in yang jumlahnya tidak memungkinkan bagi mereka untuk berdusta.
Al-Qur'an menjadi mukjizat bagi Nabi saw. untuk membuktikan kelemahan orang-orang Quraisy. Mereka adalah orang-orang yang sangat piawai dalam membuat syair. Mereka biasa berlomba membuat syair. Dalam lomba tersebut, mereka saling menonjolkan kefasihan (fashahah) dan kejelasan (balaghah) syairnya. Syair yang menang akan ditulis dengan tinta emas dan digantungkan di Ka'bah, sehingga menjadi bahan pembicaraan, serta kebanggaan kabilahnya.
Karena itulah, untuk membuktikan kelemahan mereka, Allah Swt. menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab. Keindahan bahasanya tak tertandingi. Tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang mampu menirunya. Bahkan, seandainya mereka bekerja sama untuk melakukan hal itu, mereka tetap tidak mampu. Allah Swt. telah menyatakan hal itu dalam beberapa ayat. Salah satunya dalam surah Al-Baqarah[2]: 23
وان كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهداءكم من دون الله ان كنتم صدقين
"Dan jika kalian dalam keraguan terhadap apa yang ami turunkan (Al-Qur'an) kepada hamba Kami (Muhammad), maka datangkanlah satu surah yang semisal dengannya. Dan ajaklah para penolong kalian selain Allah, jika kalian orang yang benar."
Al-Qur'an, Mukjizat yang Dijaga Oleh Allah Swt.
Jika mukjizat-mukjizat lainnya tidak dapat lagi disaksikan, tidak demikian dengan Al-Qur'an. Ia akan tetap terjaga karena Allah telah menjanjikan hal itu. Dalam Al-Qur'an surah Al-Hijr [15]: 9, Allah Swt. berfirman,
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحفظون
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami yang akan menjaganya."
Imam Al-Mawardi dalam An-Nukaat wa Al-'Uyuun menyebutkan bahwa ada tiga pendapat terkait penjagaan Al-Qur'an ini. Menurut Ibnu Jarir, Al-Qur'an akan dijaga hingga hari kiamat. Sedangkan menurut Qatadah, Al-Qur'an dijaga dari setan yang hendak menambah hal-hal yang batil atau menghilangkan kebenaran. Sementara itu, Al-Ajibah menyatakan bahwa Al-Qur'an akan dijaga dengan adanya para penghafal Al-Qur'an.
Penjagaan Al-Qur'an dari kebatilan ini juga disebutkan dalam surah Abasa[80]: 13-14. Allah Swt. berfirman,
في صحف مكرمة
مرفوعة مطهرة
"Di dalam lembar-lembar yang dimuliakan. Yang ditinggikan lagi disucikan."
Yakni, disucikan dari hal-hal yang kotor, baik berupa penambahan maupun pengurangan.
Ibn Al-Jauzi dalam kitab Zaad Al-Masiir menyebutkan bahwa lafaz نحن dalam ayat ini menunjukkan bahwa Allah melibatkan makhluk-Nya. Dalam hal ini adalah keterlibatan Nabi saw. dan umat Islam melalui hafalan mereka.
Ada sebuah kisah yang menarik yang disampaikan oleh Imam Al-Qurtubi dalam Al-Jami' Li Ahkaam Al-Qur'an. Kisah ini terjadi pada masa Khalifah Al-Makmun. Pada waktu itu, Khalifah Al-Makmun tengah berada di sebuah majelis diskusi, ketika ada seorang laki-laki Yahudi datang. Sebelum laki-laki itu pergi, Khalifah Al-Makmun mengajaknya untuk masuk Islam. Namun, laki-laki tampan itu menolaknya.
Setahun setelah peristiwa itu, laki-laki itu datang kembali. Namun, kali ini sebagai seorang muslim yang hendak menyampaikan suatu kajian fikih. Setelah majelis itu selesai, Khalifah Al-Makmun mendatangi laki-laki tadi dan menanyakan faktor yang menyebabkan ia masuk Islam.
Laki-laki itu kemudian menceritakan bahwa setelah bertemu khalifah, ia menulis Taurat. Ada bagian yang ia tambahkan dan ia kurangi pada kitab itu. Kemudian ia menjualnya. Hal yang sama pun dilakukannya pada kitab Injil. Ternyata kitab yang telah ia ubah isinya itu juga laku terjual, sama seperti Taurat.
Namun, saat ia melakukan hal itu pada Al-Qur'an, orang yang hendak membelinya meneliti isinya terlebih dahulu. Ketika calon pembeli itu mengetahui ada yang diubah, ia pun menolak untuk membelinya. Dari situlah ia memahami bahwa Al-Qur'an itu kitab suci yang senantiasa terjaga isinya.
Menjaga Al-Qur'an dengan Mengamalkan Isinya
Menjaga Al-Qur'an dapat dilakukan oleh setiap muslim. Ada empat hal yang dapat kita lakukan untuk itu. Pertama, dengan membacanya. Membaca Al-Qur'an bernilai ibadah. Pahalanya sangat besar. Rasulullah saw. bersabda melalui hadis riwayat At-Tirmidzi,
من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول الم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف
"Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa 'Alif lam mim' itu satu huruf. Tetapi, alif itu satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf."
Di samping mendatangkan pahala, Al-Qur'an juga akan menjadi syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat. Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Imam Muslim yang memerintahkan kepada kita untuk membaca Al-Qur'an karena ia akan datang untuk memberi syafaat.
Kedua, dengan menelaahnya melalui karya-karya para mufasir yang muktabar. Misalnya tafsir Ibnu Katsir, tafsir Jalalain, dan sebagainya. Hal ini kita lakukan agar terhindar dari pemahaman yang salah.
Banyak sekali perintah bagi kita untuk menelaah atau menadaburi ayat-ayat Al-Qur'an. Salah satunya di dalam Al-Qur'an surah Shad[38]: 29,
كتاب أنزلناه إليك مبارك ليدبروا ايته وليتذكر أولو الألباب
"Ini adalah Kitab yang telah Kami turunkan kepadamu yang penuh berkah agar mereka menadaburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mendapat pelajaran."
Ketiga, mengamalkannya. Setelah menelaahnya, yang harus kita lakukan adalah mengamalkannya. Sebab, Al-Qur'an adalah pedoman hidup. Maka, harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, adalah sebuah penghinaan besar jika ada yang meminta agar beberapa ayat Al-Qur'an dihapus. Hal itu sama artinya dengan meminta umat Islam untuk tidak menjadikan ayat-ayat itu sebagai pedoman. Padahal, kita tidak boleh mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya. Sebab, Allah Swt. telah berfirman dalam surah Al-Baqarah[2]: 208,
يا أيها الذين أمنوا ادخلوا في السلم كافة
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kafah."
Maka, yang harus kita lakukan adalah mengambil seluruh hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. tanpa kecuali.
Keempat, mendakwahkannya. Mendakwahkan Al-Qur'an termasuk kewajiban kita. Dengan mendakwahkannya, akan semakin banyak yang tercerahkan dengan Islam. Perintah untuk berdakwah ada di dalam Al-Qur'an maupun hadis. Untuk mendakwahkannya, kita tidak perlu menunggu hingga kita mempunyai banyak ilmu. Rasulullah saw. bersabda melalui hadis riwayat Imam Bukhari,
بلغوا عني ولو آية
"Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat."
Demikianlah, Al-Qur'an akan senantiasa terjaga hingga kelak datang masanya Allah menghapus huruf-huruf dalam mushaf. Saat itu, tanpa diminta oleh siapa pun, ayat-ayat Al-Qur'an itu tidak akan ada lagi. Saat itu pula, manusia hanya mampu menyesali diri. Semoga kita bukan termasuk bagian dari mereka. Wallaahu a'lam bishshawaab.[]