Keajaiban Istigfar

"Istigfar merupakan aktivitas memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan kalimat: Astaghfirullaah al'adzhiim atau dengan kalimat lain yang serupa maknanya. Permohonan ampun ini harus dilakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas, serta diiringi dengan penyesalan atas kesalahan dan dosa yang telah dilakukan, juga disertai tekad yang sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya di masa depan."

Oleh. Aya Ummu Najwa

NarasiPost.Com-Setiap anak Adam pasti menyukai harta dan menginginkan mempunyai penghidupan yang layak. Mereka berusaha untuk mencarinya dengan segala cara. Apalagi di tengah masa pandemi seperti sekarang ini, dorongan mencari rezeki sering kali semakin meningkat demi memenuhi kebutuhan. Namun tak sedikit membuat orang gelap mata dan tergelincir dari jalan yang lurus. Padahal sebagai agama yang sempurna, Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan memberikan solusi yang begitu terang termasuk dalam masalah rezeki.

Di antara tuntunan yang diberikan Islam demi menggapai tujuan itu adalah memperhebat istigfar. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wata’ala:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً

"Aku (Nabi Nuh) mengatakan (pada kaumku), “Beristigfarlah kalian kepada Rabb kalian, sungguh Dia Yang Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit untuk kalian. Dan Dia akan memperbanyak harta juga anak keturunanmu, serta menjadikan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu." (TQS Nuh: 10-12).

Dengan begitu jelas ayat di atas menerangkan bahwa istigfar menghasilkan buah berupa turunnya hujan, melancarkan rezeki, memperbanyak keturunan, serta suburnya kebun dan mengalirnya sungai-sungai.

Pada masa sahabat yang mulia, mereka telah memberikan teladan pengamalan ayat yang mulia ini. Disebutkan oleh Imam al-Qurthubi dan Imam Ibnu Katsir dalam tafsir mereka bahwa Mutharrif telah meriwayatkan dari asy-Sya’biy bahwa khalifah kedua, Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu pernah memimpin kaum muslimin melakukan istisqa atau salat meminta hujan. Yang beliau lakukan tidaklah banyak meminta hal yang lain, kecuali memperbanyak istigfar hingga beliau pulang. Kemudian datanglah seseorang yang bertanya kepadanya, ”Kami tidak mendengar Anda meminta hujan kepada Allah?!” Beliau pun menjawab: "Aku telah meminta hujan kepada Allah dengan menggunakan kunci-kunci pengendali langit, yang dengannya hujan akan diturunkan." Kemudian beliau membaca firman Allah surah Nuh ayat 10-12 di atas.

Dalam Tafsir al-Qurthubi pun mengisahkan teladan pada masa tabiin bahwa suatu saat ada orang yang mengadu kepada Imam al-Hasan al-Bashri tentang lamanya masa paceklik, maka sang Imam pun berkata, "Beristigfarlah kepada Allah." Kemudian datang seorang lagi yang mengadu tentang kemiskinan yang menderanya, beliau pun memberi jalan keluar, “Beristigfarlah kepada Allah." Dan terakhir ada yang meminta supaya didoakan segera mempunyai anak, maka Imam al-Hasan pun menimpali, “Beristigfarlah kepada Allah."

Ar-Rabi’ bin Shabih yang juga hadir dalam majelis tersebut pun bertanya, “Mengapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristigfar dalam setiap permasalahan mereka masing-masing?”

Mendengar hal itu al-Hasan al-Bashri pun menjawab, "Aku tidak menyampaikan hal itu berdasarkan dari diriku sendiri. Akan tetapi, sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh: “Aku (Nabi Nuh) mengajak mereka (kaumku), “Minta ampunlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit untuk kalian. Dan Dia akan memperbanyak harta juga anak keturunanmu, serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu."

Dalam hadis riwayat Imam Ahmad yang dinilai sahih oleh Al-Hakim dan Ahmad Syakir., Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menunjukkan bahwa memperbanyak istigfar adalah salah satu kunci rezeki, "Siapa saja yang memperbanyak istigfar, niscaya Allah akan memberikan solusi bagi setiap kesusahannya, kelapangan dalam setiap kesempitannya dan rezeki dari arah yang tidak terduga."

Istigfar merupakan aktivitas memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan kalimat: Astaghfirullaah al'adzhiim atau dengan kalimat lain yang serupa maknanya. Permohonan ampun ini harus dilakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas, serta diiringi dengan penyesalan atas kesalahan dan dosa yang telah dilakukan, juga disertai tekad yang sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya di masa depan.

Istigfar, selain dapat mendatangkan ampunan dari Allah seperti yang disampaikan oleh ayat 10 surah Nuh di atas, juga dapat mendatangkan banyak sekali kebaikan untuk manusia, di antaranya:

1. Mengatasi kesulitan dan terbukanya pintu rezeki

Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis riwayat Imam Abu Dawud,"Siapa saja yang beristighfar secara rutin, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dalam setiap kesempitan dan memberi rezeki yang tiada terhingga padanya."

2. Menambah kekuatan

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Hud ayat 52, "Dan dia Hud berkata kepada kaumnya: Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Rabb-mu dan bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dan Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatan kalian."

3. Memperoleh banyak kenikmatan

Dalam ayat lain di awal surah Hud yaitu ayat 3, Allah berfirman: "Dan hendaklah kamu memohon ampunan Rabb-mu dengan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan mencurahkan kenikmatan yang baik kepadamu hingga waktu yang telah di tetapkan."

4. Turunnya rahmat

Dalam surah An-Naml ayat 46, Allah telah menyampaikan, "Hendaklah kalian memohon ampunan kepada Allah, supaya kalian mendapat rahmat."

5. Sebagai kafaratul/tebusan mejelis

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh beberapa imam hadis yaitu Imam Ath-Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban, Abu Daud dan Al-Hakim, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Siapa saja yang duduk dalam satu majelis, lalu di dalamnya terdapat banyak perkataan sia-sia atau perdebatan, kemudian ia membaca istigfar sebelum ia bangkit; Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta Astaghfiruka wa atuubu ilaih (Maha suci Engkau ya Allah, dan aku memuji-Mu, serta aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu), niscaya kesalahan-kesalahannya selama di dalam majelis tersebut akan diampuni."

6. Terhindar dari azab Allah

Sebagaimana yang disampaikan oleh Allah dalam surah al-Anfal ayat 33 bahwa, "Dan tidaklah Allah akan menurunkan azab kepada mereka, sementara mereka masih memohon ampun kepada Allah."

Beberapa redaksi istigfar yang dapat dibaca yang ada tuntunannya di dalam Al-Qur’an ataupun hadis mulia Nabi saw.:

  1. Dalam hadis riwayat Imam Muslim.

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ

  1. Dalam hadis riwayat Imam At-Tirmidzi yang disahihkan oleh Syekh al-Albani.

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْه

  1. Dalam hadis sahih riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wassalam dalam rukuk dan sujud beliau selalu membaca istigfar ini selama beberapa tahun menjelang wafatnya.

سُبْحَانَكَ اللهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

  1. Sayuidul istigfar atau induknya istigfar, dalam hadis riwayat Imam Bukhari dari Syaddad bin Aus, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa mengucapkannya (sayuidul istigfar) siang hari dengan penuh keyakinan, kemudian ia meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk golongan penghuni surga. Dan barangsiapa yang membacanya di malam hari dengan penuh keyakinan, kemudian ia meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk para ahli surga."

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْت

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Suara yang Selalu Dirindukan
Next
Kapitalisme Melahirkan Homo Homini Lupus
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

indahnya istigfar itu..

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram