Evaluasi Perang Saudara di Antara Kaum Muslim, Siapa yang Diuntungkan?

"Bagai seekor ular piton dan kobra yang saling membunuh dengan senjata andalan masing-masing. Piton dengan kekuatan ototnya untuk membelit musuh, sedang kobra dengan racun bisa yang mematikan, saling serang hingga masing-masing terbunuh. Sang penonton diam melihat pertikaian mematikan dengan tenang, berharap pertarungan segera usai dan kedua ular bisa segera dibersihkan."

Oleh. Dia Dwi Arista
( Tim Redaksi NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Kesatuan kaum muslim, selalu menjadi momok tersendiri bagi para pembenci Islam. Apalagi ketika kesatuan tersebut termanifestasi pada sebuah institusi negara, yakni Khilafah. Maka, musuh-musuh Islam dipastikan lembur tidak tidur siang dan malam hanya untuk mencari formula guna menjegal kembali kebangkitan Khilafah.

Hal inilah yang terjadi saat ini. Sejak Khilafah terakhir di Turki berhasil ditumbangkan pada tahun 1924 M, para musuh Islam telah membagi-bagi wilayah kaum muslim bak kue ulang tahun. Masing-masing negara penjajah mendapat jatah. Faktor yang menjadi alasan adalah ketika kaum muslim masih bersatu baik dalam pemikiran, perasaan, dan peraturan, maka mereka -para musuh Islam- tidak akan mendapat celah untuk tumbuh memonopoli dunia.

Maka dari itu, Barat sebagai aktor yang selalu memosisikan diri menjadi pesaing Khilafah, selama ratusan tahun mencari faktor pemutus kesatuan kaum muslim. Mereka telah melakukan berbagai cara demi terkalahkannya Islam. Fitnah hingga perang fisik dilakukan, namun kaum muslim bagaikan tembok kokoh yang menjulang di depan ambisi musuh Islam.

Berlalunya waktu membuat Barat sadar, bahwa serangan fisik bukanlah tandingan kaum muslim, meski mereka mempersenjatai tentaranya dengan alutsista tercanggih sekalipun. Sebab, mereka paham bahwa kekuatan kaum muslim bukan berasal dari canggihnya alat perang, namun dari keimanannya kepada Allah Swt. Keimanan inilah yang menjadi faktor utama kesatuan yang solid dalam kaum muslimin.

Akhirnya, Barat mengurangi peperangan fisik yang tak hanya banyak memakan korban, namun juga harta yang terus terbuang. Perang pemikiran berakhir menjadi senjata selanjutnya dalam memerangi kaum muslim dan mencerai-beraikan barisan mereka. Dimulai dari mengembuskan paham nasionalisme.

Paham ini dengan cepat membangkitkan baqa’ dan menggerus kesadaran kaum muslim untuk menjadi umat yang satu. Bahasa Arab yang menjadi bahasa resmi pun mulai ditinggalkan atas nama nasionalisme. Satu negara dengan lainnya mulai terasa kecurigaan yang tak seharusnya. Inilah awal keretakan kesatuan kaum muslim, hingga akhirnya Barat berhasil menancapkan pemikiran-pemikiran rusak lainnya seperti sekularisme dan liberalisme ke dalam tubuh kaum muslim.

Penggerogotan tubuh daulah pun terjadi sedikit demi sedikit. Dipretelinya kekuasaan Khalifah oleh antek Barat, Mustafa Kemal At-Taturk menjadi pertanda terakhir kehancuran institusi ini. Dan akhirnya pada tahun 1924 M, pengumuman dihapusnya Khilafah membuat kaum muslim meradang. Sejak saat itu upaya penegakan kembali Khilafah terus dilakukan. Namun, penjegalan demi penjegalan terus dilakukan Barat dan para anteknya.

Saat ini, kaum muslim yang telah terkristalisasi dengan pemahaman-pemahaman Barat terus bersilang pendapat dengan saudaranya sendiri yang ingin menerapkan Islam kaffah. Pemahaman sekuler liberal yang mengakar di benak mereka, akan selalu menolak keberadaan syariat Islam untuk diterapkan sebagai aturan dasar negara.

Inilah realitas muslim zaman ini, kesatuan yang dulu sangat erat kini terkotak-kotak karena paham-paham Barat yang merusak. Bagai seekor ular piton dan kobra yang saling membunuh dengan senjata andalan masing-masing. Piton dengan kekuatan ototnya untuk membelit musuh, sedang kobra dengan racun bisa yang mematikan, saling serang hingga masing-masing terbunuh. Sang penonton diam melihat pertikaian mematikan dengan tenang, berharap pertarungan segera usai dan kedua ular bisa segera dibersihkan.

Kaum muslim pun mempunyai gambaran yang sama, sesama muslim telah diadu dengan pelabelan keislaman mereka. Islam dikotak-kotakkan dengan istilah buatan Barat. Dianggap sebagai Islam toleran jika mengadopsi dan menerima pemikiran Barat, namun dianggap ekstremis ketika syariat Islam menjadi tujuan. Padahal sejatinya mereka sama-sama muslim. Barat yang menggagas istilah ini, adalah pihak terakhir yang akan menuai kemenangan. Sebab, kehancuran kaum muslim sudah tak perlu diragukan. Sesama muslim sibuk dengan pertikaian internal dan melupakan musuh sebenarnya.

Musuh yang berjubah perdamaian pun akan sigap menyerbu mereka tanpa disadari. Ketika semua terjadi, hanyalah penyesalan tiada arti yang akan menemani. Oleh karena itu, kaum muslim haruslah mulai mengevaluasi dan introspeksi diri. Kembali berpikir hakikat kehidupan dan penciptaan. Mengembalikan pemikiran hanya dengan timbangan syariat agar dijauhkan dari adu domba dengan saudara seiman seakidah. Sebab, pertikaian kaum muslim hari ini tak membuahkan keuntungan bagi salah satu pihak. Yang beruntung tentu adalah musuh Islam, yakni Barat.

Jadi setop saling berprasangka terhadap sesama muslim, sadari bahwa musuh sebenarnya bukan sesama saudara, namun orang yang telah menanam benih perpecahan, merekalah yang paling diuntungkan. Tidak akan ada kesatuan selama kaum muslim saling bertikai, bahkan hal ini semakin memperlambat laju kemenangan Islam dengan berdirinya institusi Khilafah.
Allahu a’lam bis-showwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Mempertajam Analisis pada Tulisan Opini
Next
Istigfar, Jalan Terang Menantimu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram