Bersemangatlah selalu para ibu. Sebab di pundakmulah tugas mulia sebagai pencetak generasi rabbani itu Allah percayakan.
Oleh: Wiji Untari
NarasiPost.com - Suara hati dari hampir semua ibu rumah tangga yang mempunyai anak usia sekolah saat ini mungkin hampir sama. Rasa geli bercampur prihatin memikirkan keadaan ini. Sudah hampir setahun sejak diterapkannya KBM berganti dengan daring online. Para Ibu Rumah Tangga ini masih saja belum terbiasa. Bahkan bisa dikatakan, belum bisa menerima kenyataan, bahwa pada teknisnya, saat ini gurulah yang membuat modul pembelajaran, sedangkan orang tua adalah tim pelaksana. Setiap hari, para ibu rumah tangga ini harus melaksanakan tugas pengajaran tersebut, dan menghadapi murid masing-masing yang notabene anak sendiri.
Dan tentu saja, tingkat kepatuhan mereka terhadap guru dadakan ini, terkadang memang tak seperti kepatuhan mereka terhadap guru mereka di sekolah. Para ibu dipaksa me-recall pelajaran sekolah yang pernah diperoleh di masa lalu. Berjuang keras memunculkan kembali memori tentang rumus luas dan keliling persegi panjang yang sudah terlanjur tertimbun bumbu dapur dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Ditambah lagi seolah berbanding terbalik dengan bertambahnya jabatan tersebut tadi, gaji dan tunjangan dari para kepala keluarga malah justru cenderung menurun sebagai imbas pandemi yang tak pun dialami para pejuang nafkah. Ya salaam. Lengkap sudah ujian kesabaran.
Padahal kalau dipikir lebih dalam, ini semua bermula dari belum lurusnya pemahaman para ibu akan peran penting tersebut. Jauh sebelum adanya daring, di dalam Islam jabatan sebagai guru atau pendidik bagi anak memang ada di pundak seorang ibu. Telah disebutkan "Al ummu madrasah al 'uula" Ibu adalah madrasah pertama. Dan sesungguhnya, jika para ibu mau meluruskan niat agar memperoleh banyak kemuliaan, dari tugas penting menyiapkan generasi terbaik tersebut telah tertanam dengan baik, maka yang akan terjadi adalah terciptanya lahan subur tempat menanam benih berkualitas, yang diharapkan akan menumbuhkan tanaman yang berkualitas pula.
Bahkan bukan tak mungkin pula, akan ada bonus-bonus dari proyek mulia tersebut. Sebagai contoh, kita akan lebih banyak beristighfar, di saat kengeyelan sang murid mulai mengusik usaha keras kita untuk tetap menjaga kesabaran. Perjuangan berat kita untuk menahan diri agar tidak sampai meletupkan emosi, di saat kita yang sudah meluangkan waktu mendampinginya belajar, malah ditinggalkannya, yang malah lebih asyik dengan mainannya. Yang sudah pasti lebih menarik ketimbang fokus pada pelajaran yang menjemukan. Dan hal ini, sungguh Insya Allah adalah seperti koin-koin emas pahala yang menunggu untuk kita punguti.
Selain itu ada reward yang lebih menguntungkan lagi, yaitu terbukanya kesempatan bagi kita untuk memasukkan nilai-nilai Islam sebanyak yang kita mau. Karena selama ini ibarat menu makan, pendidikan agama di sekolah porsinya sangat jauh dari mengenyangkan. Yang bahkan sekarang malah dihilangkan dari peta pendidikan kita. Ini juga akan membuat kita punya lebih banyak waktu untuk membangun dasar ideologi mereka agar kokoh sejak dini.
Jadi untukmu, untukku dan semua para ibu, ayo kita ambil kembali amanah sebagai madrasah utama yang selama ini sempat kita titipkan. Dan ketika nanti daring berakhir, cukuplah mereka para guru di sekolah membantu anak-anak kita dalam ilmu dunia saja. Kesempatan mensuplai ilmu akhirat sudah seharusnya jangan sampai kita lewatkan. Karena prestasi yang ingin kita raih adalah dari Dzat yang Maha Tinggi.
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya" Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas yang dipimpin." (HR. Muslim).
Jadikan hadits ini sebagai pengokoh ghirah kita dalam meluruskan niat. Bukankah kehebatan dan keagungan Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, hingga melahirkan banyak tokoh Islam salah satunya karena keberhasilan Ibundanya Ummu Sulaim radhiallahu 'anha dalam memerankan "sekolah pertama dan utama" bagi putra kesayangannya tersebut?
Jadi, bersemangatlah selalu para ibu. Sebab di pundakmulah tugas mulia sebagai pencetak generasi rabbani itu Allah percayakan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)
Maka yakinlah, setiap lelah akan Allah catat sebagai pahala yang akan menjadi tiket ke jannah. Setiap kesabaran yang kau usahakan, akan menjadi tiket menuju terbukanya pintu-pintu surga. Aamiin ya Rabbal Aalamiin.
Wallahu a'lam
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]