Sawang Sinawang

Sawang Sinawang

Hidup hanyalah sawang sinawang, maka arahkan pandangan kita pada mereka yang berada di bawah kita dalam hal dunia, agar hati kita dipenuhi rasa syukur.

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kehidupan ini tak selalu berjalan manis dan bahagia, pun tak melulu berderai pilu dan air mata. Takarannya tak selalu sama, kadang duka lebih mewarnai, atau bahagia yang banyak mengambil peran. Akan tetapi, apa pun yang dirasa, ternyata cara pandang manusialah yang selalu menentukan rasa itu. Di sinilah muncul istilah sawang sinawang yang merupakan penggalan dari filosofi Jawa, "Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang."

Istilah sawang sinawang bermakna bahwa hakikat hidup hanyalah masalah pandang memandang, melihat dan dilihat. Meski hidup penuh kenikmatan, jika dihiasi keluhan dan rasa tak puas, tentu bukan kebahagiaan yang akan didapat. Hal ini terjadi karena sifat manusia yang suka membanding-bandingkan, seolah-olah hidupnya lebih tragis, lebih miskin, lebih buruk, lebih jelek, dan lainnya dari orang lain. Begitulah manusia, selalu tak puas dan kurang bersyukur. 

Sawang Sinawang, Sebuah Nasihat 

Sawang sinawang mempunyai maksud untuk menjadi pakem dan nasihat bagi manusia yang kadang terlalu fokus dengan kehidupan, pencapaian, serta kesuksesan orang lain. Manusia kerap menganggap orang lain lebih beruntung dari dirinya. Hal ini mengakibatkan manusia lupa dengan hal-hal yang ia miliki, senantiasa mengeluh, lupa bersyukur, merasa kurang, dan tak punya arti. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan iri dan insecure dalam diri. 

Manusia kadang lupa, hal yang dipandangnya berkilau pada orang lain, bisa jadi sebaliknya, orang lain pun memandang dirinya lebih berkilau dari sudut pandang mereka. Betapa banyak orang yang terpukau dan silau dengan kemilau milik orang lain. Ia tidak pernah merasa cukup dengan hal yang ia miliki. Jika telah mendapatkan capaian materi dunia, dia ingin terus menginginkan yang lebih. Jika baru mempunyai sepeda, dia ingin mendapatkan motor, kemudian dia pun menginginkan mobil, dan seterusnya. Begitulah manusia, tak ada puasnya.

Sawang Sinawang dalam Islam

Seorang mukmin telah diajarkan, hendaknya ia selalu melihat orang di bawahnya dalam masalah harta dan dunia. Betapa banyak orang yang perekonomiannya masih berada di bawahnya, bahkan untuk makan sehari-hari saja harus utang sana-sini, mengais tempat-tempat sampah, dan mengemis.

Seharusnya seorang mukmin memperhatikan nasihat Rasulullah yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar Al-Ghifari ra. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Dari Abu Dzar berkata, “Kekasih hatiku sallallahu alaihi wasallam memerintahkan tujuh hal kepadaku, di antaranya: mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, melihat orang yang berada di bawahku dalam masalah harta dan dunia, dan supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku ... "

Selain karunia Allah berupa harta, bahkan sawang sinawang pun bisa terjadi pada ketetapan Allah pada bentuk fisik orang lain, seperti lebih cantik, lebih putih, lebih mancung, anaknya lebih banyak, dll. Rasulullah pun telah mengingatkan kita akan hal itu. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, Rasulullah telah  bersabda,

“Jika seseorang di antara kalian melihat orang yang berkelebihan harta serta bentuk jasmaninya (al-khalq), hendaklah ia melihat kepada orang yang lebih rendah dari dirinya dalam hal itu.”

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari 11/32, mengatakan, “Maksud dari al-khalq adalah bentuk tubuh, anak-anak, follower, dan segala hal yang berhubungan dengan kenikmatan duniawi.”

Sawang Sinawang pada Era Digital

Pada era digital ini, pesatnya perkembangan teknologi memungkinkan manusia berinteraksi secara bebas dan mudah dari berbagai penjuru dunia. Internet, termasuk di dalamnya media sosial, laksana buku harian yang terpampang jelas tanpa batas terkait apa yang terlihat dan siapa yang melihat. 

Kehidupan sehari-hari dengan berbagai detailnya seakan lumrah menjadi konsumsi publik, padahal dengan begitu manusia malah seakan lebih mudah untuk sawang sinawang dan gampang membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain melalui media sosial. Sejatinya, setiap kita sangat memahami bahwa yang terlihat indah di media sosial belum tentu indah pada faktanya. Namun, tak urung, banyak yang membuat hati murung karena merasa kurang beruntung.

Ada yang melihat rumah mewah orang lain, ia sedih dan merasa kurang sukses. Melihat wajah rupawan pasangan orang lain, mulailah ia merasa pasangannya tak setampan atau secantik mereka. Melihat orang lain penuh prestasi, mulailah ia merasa tak mempunyai arti dan frustrasi. Melihat orang lain sukses dengan capaiannya, mulailah ia merasa laksana remahan semesta. Jika sudah demikian, ketenangan hati mulai hilang, kebahagiaan mulai sirna, digantikan kesempitan yang kian meresahkan.

Sungguh Allah telah mengingatkan kita dalam firman-Nya surah Thaha ayat 131,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan hendaklah kalian tidak silau pada apa yang telah Kami berikan kepada mereka, sebagai bunga kehidupan dunia sebagai ujian Kami untuk mereka. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik untukmu, sedangkan pahala yang disiapkan kelak di akhirat adalah lebih kekal.” 

Segala sesuatu sudah Allah tetapkan bahkan jauh sebelum manusia diciptakan. Hidup mati, suka duka, kaya miskin, tampan cantik, semua sudah Allah atur. Tinggal cara manusia menyikapinya, apakah akan bersyukur atau terus memenuhi hatinya dengan keluhan dan kesedihan, iri dan dengki hingga lupa bersyukur dan kufur nikmat. Bahkan tak jarang manusia mulai mengatur urusan Allah dan merasa lebih tahu siapa yang lebih berhak mendapatkan karunia-Nya. 

Hal ini sebagaimana telah Allah firmankan dalam surah Az-Zukhruf ayat 32, “Apakah mereka yang lebih berhak membagi-bagi rahmat Tuhan kalian? Sungguh Kami telah menetapkan masing-masing mereka penghidupan dalam kehidupan dunia. Dan kami telah mengangkat sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, supaya mereka dapat saling memberi manfaat bagi sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu adalah lebih baik dari apa yang mereka usahakan.”

Bersyukur adalah Obat

Sibuknya manusia saling sawang sinawang membuat mereka lupa bahwa sesungguhnya kehidupan ini hanyalah rangkaian dari ujian kehidupan. Bahwa kehidupan orang lain yang dilihatnya pun merupakan ujian, apakah akan membuatnya bersyukur ataukah kufur. Juga segala hal yang ada dalam kehidupannya apakah akan membuatnya bersabar ataukah ingkar. Allah sekali lagi telah mengingatkan manusia dalam surah Al-Furqan ayat 20, “Dan sungguh telah kami jadikan sebagian dari kalian menjadi ujian bagi sebagian yang lain. Apakah  kalian mau bersabar? Dan Tuhanmu adalah Maha Melihat.” 

Sejatinya sawang sinawang mengajarkan manusia untuk mengingat kembali bahwa bersyukur adalah obat dari segala kesusahan. Mensyukuri apa yang Allah berikan adalah kunci hidup bahagia. Tak perlu menjadikan hidup orang lain sebagai standar. Cukup syukuri apa yang ada, jangan banyak melihat yang tak terjangkau alias orang yang berada di atas untuk urusan dunia. Karena hal itu pasti akan membuat sengsara. 

Bahkan Rasulullah tercinta mengajarkan untuk melihat pada yang lebih rendah dari dirinya untuk urusan harta dan dunia, agar manusia tidak mudah meremehkan nikmat Allah dan mengajari manusia untuk senantiasa bersyukur. Beliau bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

“Pandanglah mereka yang berada di bawahmu, dan jangan memandang mereka yang berada di atas kamu dalam urusan dunia. Dengan demikian, kamu tidak akan mudah meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya untukmu.”

Kata para Ulama 

Imam Al-Munawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang melihat orang di atasnya untuk urusan harta dan dunia, dia akan mengecilkan nikmat Allah kepadanya, dan dia akan selalu menginginkan yang lebih dari itu. Untuk mengobati jenis penyakit ini, hendaklah seseorang melihat orang yang berada di bawahnya dalam perkara harta dan dunia. Dengan begini, seseorang akan lebih rida dan bersyukur, serta rasa tamaknya terhadap dunia akan berkurang. Jika seseorang selalu melihat orang yang berada di atasnya, dia akan mudah mengingkari dan merasa tidak puas terhadap nikmat Allah padanya. Untuk itu, dia harus mengalihkan pandangannya kepada orang yang di bawahnya, hal ini akan membuatnya lebih rida dan bersyukur atas nikmat Allah padanya.”

Sedangkan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali rahimahullah mengatakan, “Setan selamanya akan mengarahkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam perkara harta dan dunia. Setan akan membisikkan, ‘Kenapa kamu menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta, bukankah itu agar kamu dapat bergaya hidup mewah?' Akan tetapi, untuk perkara agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya atau orang yang jauh dari agama. Setan akan membisikkan, ‘Kenapa kamu merasa rendah dan hina di hadapan Allah?’ Itu karena si fulan itu masih lebih berilmu dari kamu.’” (Faidul Qadir Syarh Al-Jaami’ Ash-Shagir, 1/573)

Aun ibnu Abdillah rahimahullah pernah berkisah, "Dulu aku bergaul dengan golongan orang-orang kaya saja. Pada saat itu, aku merasa susah hati dan tidak tenang. Setiap aku bersama mereka, ternyata kendaraan mereka lebih bagus dari kendaraanku, baju mereka pun lebih bagus dan lebih indah dari bajuku. Kemudian aku pun bergaul dengan golongan orang-orang miskin. Akhirnya, aku pun merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam hidup.”

Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim Dawud dalam kitabnya Al-Qanaah menjelaskan, "Jika kamu menerima dan rida dengan sedikit atau banyaknya pemberian Allah kepadamu dalam kehidupan ini, kamu menyegerakan urusanmu kepada-Nya. Kamu memahami bahwa Allah lebih tahu dan lebih menyayangimu daripada dirimu sendiri.”

Khatimah 

Sungguh, hidup hanyalah sawang sinawang, maka arahkan pandangan kita pada mereka yang berada di bawah kita dalam hal dunia. Hal inilah yang akan membuat hati kita dipenuhi rasa syukur dan mencegahnya dari kufur nikmat. Ingatlah, kehidupan hanyalah ujian, jika ujian suka, maka bersyukurlah. Jika ujian duka, ingatlah masih banyak orang yang ditimpa musibah lebih dahsyat dari kita, maka bersabarlah. Wallahua'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Dengarkanlah Pendapat Adik
Next
Rumah Sakit (Jiwa) untuk Caleg Gagal
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
9 months ago

Masyaallah, nasihat buat diri yang fakir ini
Jazakillah khoyron katsiron wa barokallahu fiik, Mbak

Sartinah
Sartinah
9 months ago

Masyaallah, betul mbak, hanya dengan bersyukur hidup akan menjadi tenang ya. Iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain, malah membuat penyakit hati.

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
9 months ago

Masyaallah barakallah, naskah mb Aya selalu ngademin ati...jazakillah khairan mba Aya.

Betul banget ya hanya 2 terus dimiliki, syukur yg ditinggikan sabar yg diluaskan. Insyaallah semua ada pahalanya. Indahnya Islam mengatur hati dan hidup hamba-Nya.

Siti komariah
Siti komariah
9 months ago

Bener Mbak hidup itu hanya sawang sinawang. Dilihat kehidupan orang lain seperti enak banget, padahal kadang mereka memiliki sekudang keluhan juga. Maka jurusnya memang harus pandai bersyukur, jangan melihat ke atas terus pada kehidupan orang lain, tetapi wajib melihat ke bawah

Bedoon Essem
Bedoon Essem
9 months ago

Jalani hidup dengan syukur InsyaAllah hidup jadi lebih indah

Firda Umayah
Firda Umayah
9 months ago

Memang benar, semua kembali dari cara pandang kita tentang kehidupan. Barakallahu fiik untuk penulis

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram