Peristiwa Isra Mikraj menjadi ujian keimanan bagi umat Islam. Orang-orang yang beriman makin kukuh keimanannya.
Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Isra Mikraj merupakan peristiwa yang ajaib sehingga termasuk mukjizat Rasulullah saw. Begitu luar biasa peristiwa ini sehingga mayoritas manusia saat itu meragukan kebenarannya.
Allah Swt. menggambarkan peristiwa Isra Mikraj di dalam dua surah. QS Al-Isra ayat 1 menggambarkan tentang peristiwa Isra,
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Adapun peristiwa Mikraj Allah Swt. gambarkan dalam QS An-Najm ayat 13-14 yang artinya,
“Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratulmuntaha.”
Jarak Isra Mikraj
QS Al-Isra:1 menjelaskan tentang peristiwa Isra, yaitu perjalanan Rasulullah saw. dari Masjidilharam di Makkah ke Masjidilaqsa di Baitulmaqdis, Palestina. Jarak antara kedua masjid tersebut adalah sekitar 1.500 km. Jarak ini jika ditempuh dengan kendaraan unta dengan kondisi medan seperti pada masa Rasulullah saw. akan membutuhkan waktu sekitar 40 hari.
Adapun Mikraj, adalah perjalanan Rasulullah saw. dari Masjidilaqsa ke Sidratulmuntaha. Di manakah Sidratulmuntaha? Allah Swt. menjelaskan di dalam QS An-Najm ayat 15 yang artinya: “Di dekatnya ada surga tempat tinggal.”
Ayat ini menjelaskan bahwa Sidratulmuntaha berada di dekat surga. Tentang letak Sidratulmuntaha, Rasulullah saw. bersabda,
"Kemudian Jibril membawaku naik ke langit ketujuh, lalu Jibril meminta untuk dibukakan."
Kemudian hadis ini berlanjut dengan sabda Rasulullah, “Kemudian aku ditinggikan ke Sidratulmuntaha.”(HR Bukhari).
Berdasarkan hadis tersebut, jelaslah bahwa Sidratulmuntaha berada di langit ketujuh. Dengan demikian, bisa dibayangkan bahwa Rasulullah saw. melakukan perjalanan dari Makkah ke Baitumaqdis lalu ke Sidratulmuntaha dan Kembali lagi ke Makkah hanya dalam waktu satu malam. Ini merupakan peristiwa yang tidak mungkin terjadi jika dilihat menggunakan perspektif ilmu pengetahuan manusia pada masa Rasulullah saw.
Namun, jika peristiwa Isra Mikraj ini dipandang dari perspektif sains masa kini, kita bisa memahaminya sebagai hal yang bisa dibenarkan oleh akal. Prof. Thomas Djamaluddin, peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bahwa Isra Mikraj ada kaitannya dengan perjalanan antardimensi. Sejatinya, manusia hidup dalam dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ruang, jarak, dan waktu. Ketika mengendarai Buraq, Rasulullah sedang keluar dari dimensi tersebut. Adapun langit ketujuh adalah struktur besar alam semesta yang tidak terhingga. (CNNIndonesia.com, 18-2-2023).
Pergantian dimensi inilah yang diduga menjadikan Rasulullah mampu menempuh perjalanan yang sangat jauh dalam waktu singkat. Tentu ini adalah dugaan yang masih perlu diskusi untuk menguji kebenarannya. Namun demikian, tampak bahwa meski bisa dibenarkan secara sains, peristiwa Isra Mikraj tetaplah sebuah peristiwa yang menakjubkan dan tidak ada satu pun ahli sains zaman ini yang bisa menirunya.
Membenarkan Isra Mikraj
Pagi hari setelah Isra Mikraj, Rasulullah saw. menyampaikan peristiwa itu pada orang-orang Quraisy. Prof. Muh. Rawwas Qol'ahji di dalam kitabnya yang berjudul Sirah Nabawiyah menuliskan bahwa orang-orang Quraisy berkata, “Wah, demi Allah, apa yang kamu sampaikan ini benar-benar kedustaan yang nyata. Demi Allah, suatu rombongan yang pergi sebulan yang lalu dari Makkah ke Syam akan kembali lagi sebulan yang akan datang. Sedangkan kamu Muhammad mengaku melakukan perjalanan itu hanya semalam dan sudah kembali ke Makkah.”
Merespons kabar dari Rasulullah tersebut, banyak muslim yang lemah imannya menjadi murtad, yakni meninggalkan agama Islam. Sementara itu, para sahabat berkumpul di sekitar Abu Bakar ra. dan bertanya tentang kebenaraan peristiwa tersebut. Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, jika Muhammad benar-benar berkata demikian, aku sangat percaya. Sesungguhnya apa, sih, yang mengherankan kalian dari berita itu?”
https://narasipost.com/syiar/02/2022/bulan-rajab-keutamaannya-dan-sisi-politisnya/
Abu Bakar kemudian menanyakan kabar tersebut kepada Rasulullah dan meminta beliau menceritakan tentang rangkaian peristiwa yang beliau alami. Rasulullah saw. pun menceritakan berbagai hal yang beliau alami, pemandangan yang beliau saksikan, dan orang-orang yang beliau temui. Setelah mendengarnya, Abu Bakar ra. berkata,”Benar sekali Engkau, wahai Rasulullah saw. Aku bersaksi bahwa Engkau benar-benar Rasulullah saw.”
Rasulullah saw. pun berkata, “Sedangkan Engkau, wahai Abu Bakar Ash-Shidiq (orang yang membenarkan).”
Demikianlah, peristiwa Isra Mikraj menjadi ujian keimanan bagi umat Islam saat itu. Orang-orang yang beriman makin kukuh keimanannya, sedangkan orang yang berdusta pun mendustakannya.
Pertanda Kemenangan Sudah Dekat
Peristiwa Isra Mikraj terjadi setahun sebelum Rasulullah saw. hijrah ke Madinah. Sebelumnya terjadi "tahun kesedihan" yaitu wafatnya istri Rasulullah saw., yaitu Khadijah dan paman beliau, yaitu Abu Thalib. Di sisi lain, dakwah banyak mendapat tekanan yang berat. Ketika dada Rasulullah saw. terasa sempit, Allah Swt. menghibur beliau dengan peristiwa Isra Mikraj. Seolah-olah Allah Swt. mengangkat Rasulullah dari sempitnya penolakan di bumi menuju luasnya langit dan penerimaan para nabi dan malaikat.
Rasulullah saw. juga diperintahkan menjadi imam salat bagi para nabi. Hal ini adalah isyarat bahwa Allah akan memenangkan dakwah Islam dan kemenangan itu sungguh dekat sehingga Rasulullah saw. akan memimpin umat manusia. Benarlah, setahun kemudian dakwah Rasulullah saw. mendapatkan penerimaan di Madinah. Beliau beserta para sahabat pun hijrah dan menegakkan kehidupan Islam di Madinah. Beliau menjadi kepala negara yang menerapkan syariat Islam kaffah di Daulah Islam Madinah. Daulah Islam ini dijaga eksistensinya oleh para khalifah hingga Khilafah terakhir runtuh pada 3 Maret 1924 di Turki.
Refleksi Isra Mikraj
Hari ini, kita memang tidak pernah bertemu dengan Rasulullah saw. Namun, wajib bagi kita untuk mengimani kebenaran peristiwa Isra Mikraj karena telah dikabarkan di dalam Al-Qur’an dan hadis sahih. Ujian keimanan kita hari ini bukan lagi tentang membenarkan tentang Isra Mikraj, tetapi membenarkan seluruh risalah Rasulullah saw.
Saat ini kita hidup dalam tatanan dunia yang sangat sekuler sehingga ajaran Islam dijauhkan dari pengaturan kehidupan. Umat Islam meyakini kebenaran sebagian syariat, tetapi meragukan kebenaran syariat yang lain. Syariat terkait ibadah dibenarkan oleh umat, tetapi syariat terkait muamalah, kepemimpinan, ekonomi, sanksi, pendidikan, dll. dianggap tidak cocok untuk diterapkan saat ini sehingga ditinggalkan. Sedangkan seharusnya kita mengimani kebenaran seluruh risalah Rasulullah saw., baik terkait akidah, ibadah, maupun syariat lainnya.
Khatimah
Ujian keimanan kita hari ini adalah membenarkan Islam secara keseluruhan, bukan hanya sebagian. Selanjutnya adalah menerapkan syariat secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan pada level individu, masyarakat, dan negara. Hal ini sebagaimana yang Rasulullah contohkan di Madinah. Oleh karenanya, ketika saat ini kita menghadapi kontestasi pemimpin, hendaknya kita melihat komitmen para calon dalam menerapkan syariat Islam kaffah, bukan hanya pesona para calon secara pribadi.
Inilah refleksi peringatan Isra Mikraj yang hendaknya kita renungkan agar Isra Mikraj tidak berhenti sebatas seremonial tahunan, tetapi berdampak besar pada perbaikan kehidupan umat Islam pada masa depan. Wallahua’lam bishawab.[]
Isra mikraj bukan sekadar peristiwa biasa tapi ada pesan moral yg tersirat. Yakni jika benar mencintai Rasulullah maka ikuti seluruh syariat yang di bawanya secara kaffah, termasuk cara memimpin negeri ini.
Masyaallah, tulisan ini bukan hanya sejarah isra mikraj, tetapi ada refleksi yang membuka mata hati kaum muslim.
Barokallahu fiik, Mbak
Setiap tahun diperingati namun umumnya hanya sampai pada perintah salat. Padahal syariat Islam tidak hanya itu. Begitu banyak perkara lainnya yang sudah jauh dari ketentuan Allah SWT. Semoga umat ini segera memantaskan diri untuk mendapatkan pertolongan dari Allah, aamiiiin ya Allah
Bener Mbak Ragil, peristiwa Isramikraj adalah pertanda kemenangan semakin dekat. Semoga setelah isramikraj tahun ini pun Islam kembali berjaya. Aamiin
Masyaallah, betul mbak. Seharusnya momen Isra Mikraj tidak sekadar jadi seremonial tahunan yang tidak menghasilkan apa pun. Umat harus yakin dan mulai berjuang menegakkan Islam di bumi Allah, sebagaimana keyakinannya terhadap peristiwa Isra Mikraj.
Dengan isra' Mikraj saatnya bangkit bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan aturan-Nya wajib kita terapkan bersama
Setuju sekali, Bu Dewi.
Masyaallah, benar sekali. Seharusnya ketika muslim meyakini peristiwa isra mikraj, mereka juga meyakini semua hukum Islam. Sehingga tidak ada penolakan terhadap ajakan untuk menerapkan Islam kafah. Barakallahu fiik mbak Ragil.
Syukran, Mbak Firda. Sayang sekali, peringatan Isra Mikraj kerap hanya menjadi seremoni rutin tanpa ada semangat untuk mengikuti syariat yang Rasulullah bawa.