"Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah al-ghurabah (orang-orang yang terasing). Dikatakan kepada beliau, 'Siapa al-ghurabah itu?' Rasulullah saw. bersabda, 'Mereka adalah orang-orang yang terpisah dari kabilah-kabilah." (HR At-Thabrani).
Oleh. Dian Afianti Ilyas
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hidup di zaman penuh fitnah memanglah menjadi tantangan, sebab kemaksiatan kini tak tanggung-tanggung dipertontonkan kepada khalayak. Bagi mereka yang sedang berusaha melawan kondisi demikian, nampaknya harus mendekap keimanan dengan erat. Tak dimungkiri, melawan hawa nafsu agar tidak ikut terjerembab dalam kemaksiatan bukanlah hal yang gampang.
Ketika berada di ruang publik, para lelaki acap kali mendapatkan tontonan aurat secara gratis. Syariat untuk menjaga pandangan pun kian hari semakin diuji. Tak hanya itu, sepasang muda mudi bermesraan layaknya suami istri pun sering kali menghiasi tempat-tempat umum, jiwa muda bergelora membuatnya tak segan menampakkannya, seolah rasa malu telah pupus.
Di ruang maya pun tak ada beda. Dengan munculnya beragam platform media sosial, justru memperbesar peluang akan dijumpainya hal-hal yang berbau kemaksiatan, wanita-wanita yang berjoget ria menampakkan lekuk tubuhnya, pun tayangan-tayangan yang membangkitkan syahwat marak berseliweran. Kini, Kemaksiatan dengan beragam jenisnya dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja.
Demikianlah kondisi negeri yang memisahkan agama dari kehidupan, yang menimbulkan tatanan rusak dengan paham kebebasannya. Banyak kita temukan umat Islam yang menempatkan syariat hanya pada aspek ritual belaka, padahal syariat Islam mengatur seluruh aktivitas manusia.
Jika kita menilik ke masa silam, masa di mana Islam bermula, akan kita jumpai banyaknya kemaksiatan yang terjadi di sana. Penyembahan berhala, berjudi, mengambil riba, perzinahan, hingga membunuh bayi-bayi perempuan menjadi hal yang lumrah dilakukan oleh masyarakat Arab jahiliah. Kondisi semacam ini tidak jauh beda dengan apa yang kita alami sekarang.
Dari Sahal bin Saad As-Saidi, Rasulullah saw. bersabda:
بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا فطوبى للغرباء • قيل ومن الغرباء • قال النزاع من القبائل
"Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah al-ghurabah (orang-orang yang terasing). Dikatakan kepada beliau, 'Siapa Al-Ghurabah itu?' Rasulullah saw. bersabda, 'Mereka adalah orang-orang yang terpisah dari kabilah-kabilah." (HR At-Thabrani).
Seseorang yang berusaha menjadi muslim yang berpegang teguh pada syariat akan dianggap aneh, bahkan diberi julukan sebagai orang yang radikal, intoleran, dan ekstrem. Mereka yang taat pada seruan Rabb-nya justru dilabeli kuno dan sok suci. Tak jarang, mereka harus mendapatkan cercaan hingga terasingkan dari masyarakat di lingkungannya berada.
Ketika seorang muslimah memilih menggunakan jilbab dan kerudung secara syar'i misalnya, meluncur nyinyiran pedas yang mengata-ngatainya seperti ibu-ibu pengajian. Begitu pula ketika seseorang menyeru agar masyarakat menjauhi riba, mereka yang menolak akan mengatakan jangan mencampuri urusan orang lain. Memang benar, memperbaiki kerusakaan yang dilakukan oleh manusia lain tidak selalu berjalan mulus.
Terpaan cobaan yang menghadang jangan sampai menggoyahkan kita untuk istikamah menggenggam kebenaran. Hadis Rasulullah saw. di atas seyogianya menjadi penguat bagi Sang Al-Ghurabah. Rasulullah menyeru untuk berbahagia atas keasingan tersebut sebab kemuliaan yang dimilikinya di sisi Allah Swt., di hari kiamat kelak kedudukannya dekat dari-Nya, hingga para nabi dan syuhada pun tergiur dengan keistimewaan yang Allah berikan pada Al-Ghurabah.
Bersabarlah, menjadi Al-Ghurabah jangan sampai membuat kita berkecil hati. Walaupun jumlah orang yang menentang lebih banyak daripada yang menaati, bukan berarti kita salah dalam memilih, sebab kebenaran bukan ditentukan dari banyaknya jumlah pengikutnya, melainkan apa yang menjadi rida Allah Swt.
Tetaplah kuat dalam menghadapi segala rintangan, sebab nyala Sang Al-Ghurabah tetap dinantikan, demi menerangi manusia lain yang sedang berada dalam kegelapan. Manusia-manusia yang membutuhkan cahaya yang berpendar dari nyala Sang Al-Ghurabah, hingga jelas di mata dan hatinya mana kesesatan mana ketaatan, juga dapat ia pahami kepada siapa seharusnya ia kembali. Semoga Allah mengistikamahkan kita hingga diwafatkan dalam keadaan taat pada-Nya.
Wallahu a'alam bish showab[]