Bulan Rajab, Keutamaannya dan Sisi Politisnya

"Marilah kita mengisi bulan Rajab ini dengan berbagai amal saleh, terutama amalan wajib. Salah satunya adalah berdakwah, menyerukan kepada umat Islam agar mereka kembali kepada aturan Allah Swt.. Agar keberkahan diturunkan oleh Allah Swt. dari langit dan bumi."

Oleh. Mariyatul Qibtiyah, S.Pd.

NarasiPost.Com-Bulan Rajab adalah bulan yang istimewa. Bulan Rajab juga termasuk salah satu bulan haram, selain bulan Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. Bulan-bulan ini disebut bulan haram, yaitu bulan yang dimuliakan oleh Allah Swt. Melalui firman-Nya dalam surah At-Taubah [9]: 36, Allah Swt. menyatakan,

إن عِدَّة الشُّهُوْر عند الله اثْنا عَشَر شَهْرا في كِتٰب الله يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ والأرضَ مِنْهآ أربعةٌ حُرُم ذلك الدِّيْنُ القَيِّمُِ فلا تَظْلموا فيهن أنفسكم

"Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, sebagaimana ketetapan Allah saat Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara bulan-bulan itu ada empat bulan haram. Itulah agama yang lurus. Maka, janganlah kalian berbuat zalim pada diri kalian di bulan-bulan itu."

Yang dimaksud dengan menzalimi diri sendiri adalah melakukan kemaksiatan. Jika menzalimi diri sendiri saja dosanya dilipatgandakan, apalagi menzalimi orang lain. Terkait dengan hal ini, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa dalam bulan haram, sanksi bagi orang yang berbuat aniaya akan dilipatgandakan sebagaimana sanksi berbuat aniaya di kota Makkah. Sebab, kota Makkah merupakan kota haram. Allah Swt. telah berfirman dalam surah Al-Hajj [22]: 25,

وَمَنْ يُرد فيه بإلحادٍ بظلمٍ نذقه من عذاب أليم

"Dan siapa yang di dalamnya bermaksud melakukan kejahatan dengan kezaliman, akan Kami timpakan kepadanya azab yang pedih."

Berdasarkan hal itu, mazhab Syafi'i menetapkan bahwa hukuman diyat diperberat pada bulan haram, sebagaimana hukuman diyat di kota Makkah.

Jika perbuatan aniaya dilipatgandakan sanksinya, sebaliknya perbuatan yang baik pun akan dilipatgandakan pahalanya. Mengenai hal ini, Ibnu Abbas berkata, "… Empat bulan tersebut telah dijadikan sebagai bulan haram yang dianggap sebagai bulan yang suci. Maka, berbuat maksiat pada bulan itu akan diperbesar dosanya. Sedangkan beramal saleh pada bulan itu akan diperbesar pula pahalanya."

Karena itu, sudah sepatutnya kita memperbanyak amal saleh di bulan ini. Baik itu amalan sunah seperti salat sunah, puasa sunah, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan sebagainya. Tentu saja, memperbanyak amalan sunah ini jangan sampai membuat kita melupakan amalan yang wajib. Salah satunya adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Selain itu, keistimewaan bulan Rajab dibandingkan bulan lainnya adalah sisi politisnya. Ada beberapa peristiwa penting bagi kaum muslimin yang terjadi pada bulan Rajab. Pertama adalah peristiwa Isra Mikraj. Yaitu, peristiwa diperjalankannya Nabi Muhammad saw. dari Masjidilharam ke Masjidilaqsha (Isra). Kemudian dari Masjidilaqsha menuju Sidratulmuntaha (Mikraj).

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-10 kenabian (621 M). Isra Mikraj ini merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw.. Sebab, mustahil bagi manusia biasa untuk menempuh perjalanan sejauh itu hanya dalam satu malam. Padahal, jarak Masjidilharam ke Masjidilaqsha adalah 1.500 km. Jika ditempuh dengan unta akan memakan waktu sekitar 40 hari. Itulah sebabnya, orang-orang Quraisy tidak ada yang memercayai hal itu. Satu-satunya yang percaya dengan kisah Nabi saw. adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Kisah perjalanan Rasulullah saw. dalam Isra Mikraj ini disebutkan di dalam Al-Qur'an surah al-Isra [17]: 1,

سبحٰن الذي اَسْرٰى بِعبده ليلا من المسجد الحرامِ إلى المسجد الأقصا الذي بٰركنا حوله لِنُريَه مِن ءايٰتنا إنه هو السميعُ البصيرُ

"Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya di suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Saat Isra, Rasulullah saw. menjadi imam bagi nabi-nabi lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa kepemimpinan Rasulullah saw. bersifat global, tidak terbatas pada orang Arab. Namun juga untuk seluruh umat manusia. Saat Isra, Malaikat Jibril menawarkan khamr dan susu. Rasulullah saw. kemudian memilih susu. Malaikat Jibril pun memuji pilihan Beliau dan menyatakan bahwa itu adalah pilihan yang tepat. Sebab, susu memang baik untuk tubuh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. sesuai dengan fitrah manusia.

Sementara itu, pada saat Mikraj, Rasulullah saw. menerima perintah dari Allah Swt. untuk melaksanakan salat lima waktu. Perintah ini menunjukkan bahwa ibadah harus dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Saat Mikraj, surga dan neraka juga diperlihatkan kepada Beliau saw. Dengan diperlihatkannya surga dan neraka menunjukkan bahwa surga dan neraka itu nyata adanya.

Kedua, perang Tabuk. Perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab tahun 9 Hijriah (630 M). Perang Tabuk ini dilaksanakan pada musim panas yang sangat terik. Jarak antara kota Madinah dengan Tabuk adalah 788 km. Rute menuju ke sana merupakan daerah yang terjal dan gersang. Karena itu, pasukan yang ikut dalam perang Tabuk ini disebut jaysyul usrah karena besarnya kesulitan yang harus mereka hadapi.

Inilah perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah saw. secara langsung. Perang ini sangat penting karena berkaitan dengan pertahanan negara. Saat itu, pasukan Bizantium (Romawi Timur) berencana untuk melakukan penyerangan ke wilayah kaum muslimin. Pasukan Bizantium berjumlah antara 40.000-100.000 orang. Untuk menghadapi pasukan Bizantium, Rasulullah saw. menyerukan kepada seluruh laki-laki yang tidak memiliki uzur untuk ikut berperang. Beliau pun berhasil menyiapkan pasukan sebesar 30.000 orang.

Karena besarnya pasukan dan jauhnya jarak yang ditempuh, dana yang dibutuhkan pun sangat besar. Karena itu, Rasulullah saw. menghimpun dana dari kaum muslimin yang mampu. Mereka pun dengan sukarela menginfakkan harta mereka untuk biaya perang. Saat itu, Utsman bin Affan memberikan hartanya untuk membiayai sepertiga (10.000 orang) pasukan. Di samping itu, ia juga menyumbang 300 ekor unta lengkap dengan pelana dan kantong muatannya. Di samping itu, ia juga menginfakkan 1000 dinar emas (setara dengan Rp4,25 miliar).

Keberhasilan pasukan kaum muslimin dalam melewati rute yang sulit untuk mencapai Tabuk membuat Bizantium gentar. Ditambah lagi dengan besarnya pasukan yang dibawa oleh Rasulullah saw.. Karena itu, mereka pun memilih mundur, sehingga tidak terjadi peperangan.

Meskipun tidak terjadi pertempuran, ekspedisi ini memperkuat posisi kaum muslimin di Jazirah Arab. Banyak kabilah di sekitar Tabuk yang menyatakan dukungan mereka kepada Rasulullah saw. dan kaum muslimin.

Ketiga, direbutnya kembali Al-Quds oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Kota Al-Quds atau Palestina, masuk ke dalam naungan Islam pada tahun 16 H (636 M). Saat itu, kunci pintu gerbangnya diserahkan secara langsung oleh pendeta Sophronius kepada Khalifah Umar bin Khaththab. Sayangnya, pada tahun 1099 M, Al-Quds kembali dikuasai oleh kaum Nasrani setelah kekalahan kaum muslimin dalam Perang Salib. Atas pertolongan Allah Swt. Al-Quds berhasil direbut kembali oleh Shalahuddin Al-Ayyubi pada bulan Rajab tahun 583 H (1187 M).

Keempat, runtuhnya kekuasaan Turki Utsmani. Hilangnya pelindung umat Islam seluruh dunia ini terjadi pada bulan Rajab tahun 1342 H (1924 M) melalui tangan Mustafa Kemal, seorang Yahudi Dunamah. Wilayahnya kemudian dikerat-kerat menjadi 50 negara kecil. Maka, hilanglah kekuatannya. Musnahlah persatuan dan kesatuan umatnya. Mereka pun tercerai-berai dan menjadi santapan musuh-musuhnya. Kehidupan mereka penuh dengan ketakutan bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Kemuliaan mereka telah hilang, berganti dengan kehinaan.

Maka, untuk mengembalikan kemuliaan itu, umat Islam harus kembali membangun perisai yang kokoh. Perisai yang akan melindungi mereka sekaligus memudahkan mereka dalam menerapkan aturan Allah Swt. di muka bumi. Agar rahmat Allah Swt. menyebar ke seluruh alam semesta.

Demikianlah, beberapa keutamaan dan dimensi politik bulan Rajab. Karena itu, marilah kita mengisi bulan Rajab ini dengan berbagai amal saleh, terutama amalan wajib. Salah satunya adalah berdakwah, menyerukan kepada umat Islam agar mereka kembali kepada aturan Allah Swt.. Agar keberkahan diturunkan oleh Allah Swt. dari langit dan bumi. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf [7]: 96,

"Sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, Kami pasti akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan. Maka, Kami siksa mereka karena apa yang mereka perbuat."

Wallaahu a'lam bishshawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Rebutan Kursi di Tengah Krisis Multidimensi
Next
Sunyi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram