Manusia hakikatnya selalu berada dalam kesibukan. Jika ia tidak disibukkan dengan perkara akhirat, maka sangat mungkin disibukkan dengan dunia. Kita senantiasa berpacu dengan waktu, mengejar kesempatan yang masih Allah berikan untuk beramal saleh. Sayang tak semua manusia menyadari adanya time limit dari Allah.
Oleh. Ummu Hanan
NarasiPost.Com-Siapa yang pernah mengikuti perlombaan? Mungkin sebagian dari kita pernah mengikutinya atu bahkan menjadi salah satu juaranya. Bagaimana perasaan kita saat mengikuti perlombaan? Tentu ada sebuah kesungguhan demi asa yang ingin diraih, apakah itu door prize atau sekadar tanda tangan dari seorang publik figur. Perlombaan juga meniscayakan rasa lelah karena tuntutan demi meraih suatu capaian. Namun itu semua menjadi terbayarkan ketika apa yang diimpikan telah terwujud, yakni menjadi juara.
Terdapat sebuah teladan yang sangat indah tentang bagaimana kita berlomba. Inilah kisah tentang salah seorang Sahabat Nabi Saw, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Abu Bakar ra. dikenal sebagai pribadi yang terhormat dari kalangan Quraisy. Memiliki akhlak yang mulia sejak sebelum mengenal Islam menjadikan Abu Bakar ra. sangat dicintai kaumnya. Usia Abu Bakar ra. tidak terlalu terpaut jauh dengan Nabi Saw. Keduanya telah bersahabat dalam rentang waktu lama hingga kemudian Allah Swt menurunkan risalah Islam kepada Nabi Saw.
Abu Bakar termasuk dalam golongan orang yang pertama kali memeluk Islam. Mendapati hidayah Islam langsung melalui Rasulullah Saw, Abu Bakar tak lantas mencukupkan pada keislaman dirinya saja. Melainkan Abu Bakar ra. ikut serta mendakwahkan Islam kepada kerabat terdekatnya. Tak sedikit para Sahabat yang kemudian masuk ke dalam Islam melalui perantara Abu Bakar ra. Diantara mereka terdapat nama Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah dan Abdurrahman bin Auf. Nama-nama ini kemudian kita ketahui sebagai bagian dari 10 orang yang dijamin surga oleh Allah.
Abu Bakar ra. senantiasa setia dalam mengiringi dan mengokohkan dakwah Rasulullah Saw. Dalam salah satu peristiwa besar yang mengguncang nalar masyarakat Makkah kala itu tak menyurutkan dukungan Abu Bakar atas kabar yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Itulah peristiwa Isra’ Mi’raj yang telah menjadikan “kredibilitas” Muhammad Saw dipertanyakan banyak orang. Namun Abu Bakar ra. dengan lantang meyakinkan masyarakat bahwa segala apa yang dikisahkan oleh Muhammad Saw pasti benar. Sebab itu Rasulullah Saw memberikan gelar “Ash-Shiddiq” yang berarti yang membenarkan.
Abu Bakar ra. selalu terdepan dalam beramal salih. Tatkala datang seruan untuk berjihad dan berinfaq, Abu Bakar bersegera dalam menunaikannya. Tidak dalam porsi seadanya, tetapi dengan kesungguhan yang nyata. Hingga dikatakan Abu Bakar ra. menyerahkan seluruh harta yang dimiliki demi kepentingan jihad fi sabilillah. Abu Bakar ra. juga merupakan muslim pertama yang membebaskan budak, Khalifah yang pertama setelah Rasulullah Saw wafat, sangat menyibukkan diri beliau dengan ragam amal salih.
Umar bin Khattab ra. sangat ”iri” dengan bersegeranya Abu Bakar dalam beramal salih. Umar ra. pernah berujar “Aku tidak pernah mendahului Abu Bakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia yang selalu mendahuluiku.” Ali bin Abi Thalib ra. pun mengakui adanya “kompetisi” para Sahabat dalam beramal salih, dengan berkata “Itulah perlombaan. Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, tiada kita bersegera dalam amal kebajikan kecuali Abu Bakar yang selalu mendahului kita” (‘Aasyur,1991:31-32).
Para Sahabat Nabi Saw dikenal dengan keutamaan mereka dalam amal salih, dan Abu Bakar ra. menjadi yang terdepan dalam perkara ini, Masyaa Allah.
Manusia hakikatnya selalu berada dalam kesibukan. Jika ia tidak disibukkan dengan perkara akhirat, maka sangat mungkin disibukkan dengan dunia. Kita senantiasa berpacu dengan waktu, mengejar kesempatan yang masih Allah berikan untuk beramal salih. Sayang tak semua manusia menyadari adanya time limit dari Allah. Sehingga kecenderungan untuk menunda amal salih masih menjadi pola. Mari kita belajar pada contoh kesalihan seorang Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Seluruh potensi yang Abu Bakar kerahkan demi memenangkan ”perlombaan”.
Abu Bakar ra. sangat layak disebut sebagai juara. Ia selalu berpacu lebih awal, lebih gesit dan lebih tangkas dalam berlomba amal salih. Selayaknya kita sebagai kaum muslimin pun mengikuti kesalihan Abu Bakar ra. dalam hal bersegera beramal salih. Sebagaimana Allah Swt “mengajak” kita untuk berlomba dalam kebaikan, fastabiqul khairat. Bagaimana,apakah Anda sudah bersiap mengikuti perlombaan? “Bersedia, siap..ya..!!”
Picture Source by Google