"Setiap aktivis Islam harus menyadari bahwa kekhusyukan dan ketundukannya kepada Allah pada malam hari akan membuka pintu kesuksesannya di jalan dakwah. Salat malam akan memberi kita spirit baru untuk beramal demi Islam dan bekal agung, yaitu tawakal kepada-Nya; juga memberi kita keberanian melawan musuh-musuh Islam."
Oleh. Arief B. Iskandar
NarasiPost.Com-Salat malam (salat tarawih) adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh kaum muslim di samping saum, membaca Al-Qur’an, berzikir, dsb. Sejatinya, di luar Ramadan, salat malam (salat tahajud) juga biasa dilakukan oleh setiap muslim, apalagi aktivis dakwah. Betapa pentingnya salat malam bagi seorang muslim dan aktivis dakwah hingga Allah secara langsung memerintahkannya dalam Al-Qur’an (QS Al-Isra’ [17]: 79 dan QS Al-Muzammil [73]: 1-4).
Mengapa ada perintah seperti ini? Allah menjawabnya secara langsung, “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (QS Al-Muzammil [73]: 5)
Artinya, Allah akan memberikan amanah yang sulit, beban yang berat, serta perintah-perintah yang membutuhkan tekad kuat dan semangat tinggi. Itulah amanah yang ditolak langit dan bumi karena keduanya tidak mampu mengembannya. Lalu amanah itu dibebankan pada pundak manusia. Amanah itu adalah dakwah, amar makruf nahi mungkar, dan jihad fi sabilillah.
Dalam pandangan Dr. Najih Ibrahim, salat malam adalah “madrasah” paling agung, tempat seorang muslim men-tarbiyah dirinya, berkenalan dengan Tuhannya, serta memahami seluruh makna nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Salat malam adalah “madrasah” untuk belajar khusyuk, tunduk, merendahkan diri, serta bertobat kepada Allah.
Menurut beliau, ketundukan kita pada malam hari adalah kunci kebesaran kita pada siang hari; sujud kita pada malam hari adalah jalan kemuliaan kita pada siang hari; kekhusyukan kita pada malam hari adalah senjata kemenangan kita atas musuh serta rahasia kesuksesan kita di jalan dakwah, amar makruf nahi mungkar, dan jihad fi sabilillah.
Sulaiman al-Halbi mengerjakan salat malam sebulan penuh di Masjid al-Azhar sebelum membunuh Cliber. Ketika mengerjakan salat, ia berdoa kepada Allah dengan khusuk agar Allah memberinya kemudahan dalam membunuh musuh-Nya. Ketika itu Sulaiman al-Halbi hanya memiliki satu pisau, tidak lebih. Allah Swt. memberinya kemudahan. Ia berhasil membunuh Cliber, Komandan Perang Prancis terkenal, yang kedudukannya sedikit di bawah Napoleon.
Shalahuddin al-Ayyubi, karena pemahamannya yang mendalam tentang Islam, menyadari bahwa salat malam adalah salah satu kunci kemenangan kaum muslim atas musuh. Karena itu, jika beliau berjalan melewati kemah anak buahnya pada malam hari dan tidak menjumpai seorang pun yang mengerjakan salat malam, beliau segera membangunkan mereka dan memarahi mereka seraya berkata, "Saya khawatir, kita diserang musuh malam ini, dari kemah ini.”
Demikianlah Shalahuddin al-Ayyubi. Beliau menganggap tidak adanya salat malam sebagai celah yang lebih berbahaya daripada celah pada benteng hingga musuh bisa menyerang dari celah tersebut.
Sejak permulaan jihad hingga berjumpa dengan Allah Swt., Khalid bin Walid dan kawan-kawannya mengerjakan salat malam berjam-jam dan membaca banyak ayat Al-Qur’an di dalamnya. Ia menangis sehingga membuat yang lain juga menangis. Siapa pun yang pernah berinteraksi dengan mereka saat itu berkomentar, "Khalid dan rekan-rekannya seperti para malaikat dalam wujud manusia.” Barangkali inilah, di samping sebab-sebab lain, salah satu kunci sukses jihad Khalid bin Walid.
Ada seorang ulama aktivis Islam yang tidak pernah meninggalkan salat malam barang satu malam pun. Setiap malam ia mengerjakan salat malam sebanyak sebelas rakaat dan mengkhatamkan Al-Qur’an. Ia meningkatkan frekuensi ibadahnya ini selama bulan Ramadan. Meskipun ia telah lanjut usia serta menderita diabetes dan beberapa penyakit lain, tetapi kaum muda tampak kelelahan jika salat di belakangnya. Bahkan ada di antara mereka yang tidak mau lagi salat di belakangnya. Itulah yang terjadi.
Seorang generasi salaf berkata, “Aku senang jika malam datang. Hidupku terasa nikmat karenanya dan mataku terhibur dengannya, karena aku dapat bermunajat kepada Zat yang aku sangat suka mengabdi dan tunduk di hadapan-Nya.”
Setiap aktivis Islam harus menyadari bahwa kekhusyukan dan ketundukannya kepada Allah pada malam hari akan membuka pintu kesuksesannya di jalan dakwah. Salat malam akan memberi kita spirit baru untuk beramal demi Islam dan bekal agung, yaitu tawakal kepada-Nya; juga memberi kita keberanian melawan musuh-musuh Islam. Salat malam akan membuat hati kita kuat dan iman kita subur.
Sebagian orang mungkin berkata, "Saya sibuk menangani banyak agenda dakwah dan tidak ada waktu lagi untuk salat malam.”
Untuk mereka, Dr. Najih Ibrahim memberikan nasihat, "Salat malam adalah salah satu amal demi Islam. Ia adalah salah satu sarana efektif dalam mewujudkan kesuksesan gerakan dakwah dan tegaknya Daulah Islam.”
Jika seluruh kader dakwah mengerjakan salat malam secara rutin dalam seluruh keadaan—saat senang maupun susah; saat lapang maupun sibuk—insyaallah gerakan dakwah akan meraih sukses besar.
Setiap aktivis Islam hendaknya selalu mengingat perkataan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra., "Jika aku banyak tidur pada malam hari, berarti aku menyia-nyiakan diriku. Jika aku tidur pada siang hari, berarti aku menelantarkan rakyatku.”
Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. memang dikenal rajin mengerjakan salat malam, padahal sebagai pemimpin negara, kesibukannya sangat luar biasa. Begitu besarnya perhatian beliau terhadap salat malam, banyak Sahabat ingin menirunya
Penerusnya, Khalifah Utsman bin Affan ra., biasa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tempo satu malam. Itu beliau lakukan dalam salat malamnya! Ini betul-betul terjadi sebagaimana disebutkan dalam banyak hadis sahih.
Rasulullah saw. sendiri, yang super sibuk mengurusi umat, berdakwah dan berjihad melawan musuh-musuh Islam sepanjang hidupnya, serta mendidik para Sahabat dan umat Islam, tetap mengerjakan salat malam sebelas rakaat setiap malam. Wajarlah jika Beliau, para Sahabat, dan generasi salaf ash-shalih setelah mereka meraih kedudukan terpuji di dunia, juga tentu di akhirat kelak. Itu memang sudah menjadi janji Allah kepada mereka yang rajin menunaikan salat malam (QS al-Isra’ [17]: 79).
Wamâ tawfîqi illâ billâh.[]