Hanya Satu yang Setia

"Sungguh, amal kebaikan atau amal saleh mempunyai kedudukan tertinggi dalam Islam. Amal saleh adalah amalan yang mendatangkan pahala. Namun, tidak semua amal saleh bisa mendatangkan pahala, kecuali dengan dua kriteria, yaitu dikerjakan dengan niat ikhlas semata-mata mengharapkan rida Allah, dan juga tata cara pelaksanaannya pun harus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah."

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Setiap manusia akan merasakan kematian. Kematian akan mendatangi yang hidup dengan segala cara, baik ketika berdiri, duduk, rebahan. Kematian pun akan tetap datang kepada yang bayi, remaja, maupun renta. Kematian tak memandang kita kaya, ataupun miskin, berkendara maupun berjalan. Semua akan merasakan kematian, hari ini, esok, ataupun lusa. Siap ataupun tidak, rela maupun terpaksa. Jangan pernah merasa aman dari kematian, karena kematian mempunyai 99 cara mengintai kita. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 57, "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami-lah kalian dikembalikan."

Setelah mati, manusia akan memasuki alam barzakh atau alam kubur, yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai alam persinggahan manusia sebelum menuju negeri akhirat. Alam kubur juga merupakan pintu gerbang menuju alam akhirat. Dalam akidah Islam setiap manusia yang bernyawa yang mengalami kematian akan menjalani rangkaian kejadian dan peristiwa di alam kubur berupa pertanyaan, yang akan memberinya kesempatan merasakan azab ataukah nikmat di alam kubur. Dan untuk menjawab semua pertanyaan di dalam kubur akan tergantung pada amal perbuatannya selama hidup di dunia.

Dalam keadaan sepi tanpa sanak saudara, tempat yang sangat gelap, kalut juga gelisah melanda ketika malaikat Munkar Nakir mulai menunaikan tugasnya, sungguh begitu menegangkannya suasana tersebut. Mulailah penyesalan-penyesalan menyelimuti diri. Maka benarlah Khalifah ketiga, Usman bin Affan selalu menangis jika melintasi kuburan. Dikisahkan bahwa ketika melewati pemakaman Baqi’, Khalifah Utsman tak kuasa menahan air matanya. Sahaya Utsman yang bernama Hani', sangat paham bahwa tidak kali ini saja menantu Rasulullah tersebut selalu menangis ketika melintasi kuburan hingga janggutnya basah. Bahkan ketika hanya disebutkan terkait kubur pun, mata Sang Khalifah langsung sembab.

Hani' memberanikan diri bertanya kepada Khalifah Utsman, “Ketika disebut surga dan neraka engkau tak menangis, sedangkan jika disebut kubur engkau langsung menangis?”

Lalu Sang Khalifah menjawab: “Aku pernah mendengar Baginda Rasulullah bersabda, ‘kuburan merupakan persinggahan pertama dari tempat-tempat di akhirat. Jika kita selamat darinya, maka mudahlah urusan kita selanjutnya. Namun jika tidak, maka akan lebih mengerikan azab selanjutnya.’ Dan aku tidak melihat suatu pemandangan yang lebih mengerikan dibandingkan kuburan”

Demikianlah dengan ketakwaannya Khalifah Utsman memaknai kuburan. Kendati beliau termasuk sahabat yang dijamin masuk surga, beliau tak serta merta merasa aman dari kengerian alam barzakh. Bagaimana dengan kita? Kita malah selalu lalai terhadap kabar terkait alam kubur, seolah-olah kita aman dan tidak akan dikubur selama-lamanya. Seolah-olah kita tidak akan pernah mengalaminya, terbaring dalam sendirian, dalam kegelapan yang begitu pekat di dalam perut bumi. Seakan-akan dua malaikat tidak akan pernah mendatangi kita yang akan menanyakan siapa Rabb kita? Dapatkah kita menjawabnya? Karena jika tidak, maka malaikat tersebut akan menyiksa kita.

Seakan-akan kita tidak akan pernah singgah dan hidup di alam kubur itu kecuali sebentar saja. Bagaimana dengan orang yang telah berabad-abad bahkan ribuan tahun berada di sana, namun kiamat belum juga tiba? Bukankah itu artinya nikmat ataupun azab kubur yang diterima mereka begitu panjang dan lama? Dan seperti kabar Baginda di atas, jikalau kita selamat di alam barzakh, maka selamatlah kita di akhirat, itulah yang kita harapkan. Akan tetapi, jika kita diazab di alam kubur, maka sudah pasti azab yang jauh lebih berat dan lebih pedih telah menanti kita di neraka. Na’udzubillah.

Sungguh, amal kebaikan atau amal saleh mempunyai kedudukan tertinggi dalam Islam. Amal saleh adalah amalan yang mendatangkan pahala. Namun, tidak semua amal saleh bisa mendatangkan pahala, kecuali dengan dua kriteria, yaitu dikerjakan dengan niat ikhlas semata-mata mengharapkan rida Allah, dan juga tata cara pelaksanaannya pun harus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah. Tanpa dua syarat ini, meski setiap saat amalan saleh kita lakukan, namun meninggalkan salah satu faktornya, contoh salat, niatnya ikhlas karena Allah namun tata caranya atau waktunya tidak sesuai ketentuan syariat maka akan tertolak dan tentu tidak akan mendatangkan pahala.

Contoh lain adalah berkurban, niatnya ikhlas karena Allah dan dibagikan kepada kaum muslim untuk menghibur mereka, namun dilakukan sebelum hari tasyrik atau sesudahnya, maka akan tertolak. Atau melakukan puasa dengan tata cara benar sebagaimana yang diajarkan Rasulullah, namun niatnya hanya agar dia anggap saleh oleh orang lain, maka amalan ini pun akan tertolak, dan bahkan termasuk syirik. Apalagi jika kedua syarat amal saleh tersebut yaitu ikhlas dan caranya sesuai dengan syariat tidak dipenuhi maka amalannya jelas tidak akan diterima apalagi mendapatkan pahala, bahkan mengundang murka Allah.

Sebagaimana sabda Rasulullah riwayat Muslim, dalam Kitabul Imarah, VI/47 atau III/1513-1514 no.1905. Dari Abi Hurairah r.a, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat manusia pertama yang diadili adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Akan dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang diberikan di dunia, kemudian ia pun mengenalinya. Allah pun bertanya padanya: ‘Amal apakah yang engkau kerjakan dengan nikmat-nikmat itu?’ ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid. Jawabnya’. Kemudian "Allah berfirman : ‘Kau berdusta! Kau berperang agar disebut sebagai seorang yang gagah berani. Demikianlah yang telah disebutkan (tentangmu).’ Lalu diperintahkan pada malaikat agar menyeret orang itu atas wajahnya atau telungkup, dan dia dilemparkan ke dalam neraka."

"Berikutnya adalah orang adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain serta membaca Al-Qur`an. Dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya selama di dunia, maka ia pun mengakuinya. Maka Allah bertanya: ‘Amal apakah yang telah kau kerjakan dengan nikmat-nikmat itu?' Jawabnya: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, serta aku membaca Al-Qur`an hanyalah karena-Mu.’ Allah berkata : ‘Kau berdusta! Kau menuntut ilmu agar disebut sebagai seorang yang berilmu, dan kau membaca A-Qur`an agar dikenal sebagai seorang pembaca Al-Qur`an yang baik. Begitulah yang disebutkan tentangmu.’ Lalu malaikat diperintahkan agar menyeretnya dengan telungkup dan melemparkannya ke neraka."

"Selanjutnya adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan harta benda yang banyak. Dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya di dunia, maka ia pun mengakuinya. Allah pun bertanya: ‘Apa yang telah kau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?’ Dia pun menjawab: ‘Aku tak pernah meninggalkan sedekah dan infak di jalan yang Engkau cintai, dan aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman: ‘Kau berdusta! Kau lakukan hal itu supaya kau dikenal sebagai seorang dermawan, dan begitulah yang dikatakan tentangmu.’ lalu malaikat diperintahkan agar menyeretnya di atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka."

Betapa banyak orang yang rela meninggalkan ketaatan hanya karena teman, keluarga juga harta. Mereka rela membangkang kepada Allah dan salah dalam memilih teman setia mereka. Padahal hanya amal saleh yang kita kerjakan selama di dunia yang akan menjadi teman setia kita di dalam kubur yang mencekam, saat tidak ada seorangpun yang mau menemani kita. Hanya amal saleh yang akan tetap setia di sisi kita, ketika sendirian dalam pekatnya alam barzakh. Begitulah kabar dari Baginda Rasulullah dalam hadis Bukhari no. 6033, berikut:

عن أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Dari Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Mayit itu diiringi tiga perkara, dua hal akan kembali sedang yang satu akan terus menyertainya, tiga hal itu adalah keluarganya, hartanya, dan juga amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sementara amalnya akan tetap tinggal untuk membersamainya."

Begitulah, Islam sangat menganjurkan kepada umat Islam untuk memperbanyak amal saleh selagi masih hidup di dunia. Karena dunia ini adalah tempat bercocok tanam. Sedang akhirat adalah tempat kita menuai hasilnya. Maka alangkah indahnya jika apa yang kita panen kelak adalah buah manis dari amalan-amalan saleh yang kita kerjakan selama hidup di dunia ini. Karena tempat kembali kita kelak di akhirat hanya ada dua yaitu surga dan neraka. Tentu jika kita menginginkan surga, pastinya hanya amalan berpahala yang akan mengantarkan kita ke sana. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan berbuat kebaikan dan membangkang kepada aturan Allah maka sudah pasti neraka tempat kembalinya.

الدنيا مزرعة الآخرة فكل ما خلق في الدنيا فيمكن أن يتزود منه للآخرة.

"Dunia adalah ladang akhirat. Maka setiap yang diciptakan Allah di dunia, bisa untuk dijadikan bekal menuju akhirat." (Ihya 'Ulumuddin 6/293)

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Menelisik Keseruan Bincang Mesra Duo Sahabat
Next
Pajak Sumber Pendapatan dalam Sistem Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram