"Sesungguhnya keras dan matinya hati, serta sulitnya mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah dan peringatan-Nya merupakan akibat dari dosa, kezaliman, lalai terhadap hak Sang Pencipta, lupa akan kematian serta azab kubur, sibuk mengejar dunia hingga menjadikan manusia berpaling dari Allah."
Oleh. Aya Ummu Najwa
NarasiPost.Com-Manusia tak bisa lepas dari perbuatan maksiat. Setiap orang pasti pernah melakukan kemaksiatan dalam hidupnya. Kemaksiatan tak hanya berbahaya bagi hati dan jasad manusia, namun juga dapat membahayakan kehidupan dunia dan akhiratnya. Selain berbuah dosa, maksiat pun mempunyai "efek domino" yang membuat pelakunya sulit dalam menjalani hidup. Tak sedikit manusia yang terjerumus dalam lembah kemaksiatan. Lebih berbahaya lagi, bahwa maksiat serta perbuatan dosa tak hanya memengaruhi hidup individu si pelaku saja, namun juga membawa efek berbahaya bagi masyarakat.
Ummu Salamah radhiyallahu'anha pernah menyampaikan kisah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5231 dan Sahih Sunan Abu Dawud no. 4347, lihat juga dalam Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ hal. 51, beliau radhiallahu'anha berkata bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam pernah bersabda, "Apabila perbuatan maksiat telah merajalela di antara umatku, maka sungguh Allah akan meratakan azab kepada mereka semua dari sisi-Nya."
Allah pun telah berkali-kali mengingatkan manusia terkait bahaya berbuat maksiat. Karena sesungguhnya keras dan matinya hati, serta sulitnya mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah dan peringatan-Nya merupakan akibat dari dosa, kezaliman, lalai terhadap hak Sang Pencipta, lupa akan kematian serta azab kubur, sibuk mengejar dunia hingga menjadikan manusia berpaling dari Allah. Dengan kata lain, kemaksiatan telah menutup setiap cahaya hidayah yang datang, sehingga hatinya keras dan semakin keras jauh dari jalan taat.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam Al Fawa’id hal. 35-36 bahwa, "Sedikitnya taufik yaitu pertolongan Allah, rusaknya pemikiran, ketidakjelasan kebenaran, rusaknya isi hati, tidak membekasnya bacaan zikir, perjalanan waktu yang tersia-siakan, ketidaksukaan dan perginya teman, perasaan hampa dan sempit pada diri seorang hamba di hadapan Rabb-nya, ditangguhkannya doa, kerasnya hati, tercabutnya keberkahan dalam urusan rezeki dan umur, terhalang dari ilmu, diselimuti dengan kehinaan dan kerendahan karena tekanan musuh, dada yang terasa sempit, ditimpa musibah berupa dikelilingi oleh teman-teman dekat yang buruk hingga merusak isi hati dan membuang-buang waktu, kesedihan dan gundah gulana yang berkepanjangan, penghidupan yang sempit dan tertutupnya kemampuan untuk memperbaiki keadaan diri, itu semua lahir dari kemaksiatan dan kelalaian dalam mengingat Allah. Sebagaimana tanaman yang tumbuh dalam genangan air, atau seperti panas yang membakar dari nyala api. Sedangkan perkara-perkara yang bertentangan dengan semua itu akan muncul dari ketaatan."
Perbuatan maksiat pertama kali dilakukan oleh "Bapak Manusia" yaitu Nabi Adam 'alaihi sallam, beliau melanggar aturan Allah untuk tidak mendekati sebuah pohon di dalam surga. Dengan rayuan iblis yang terus-menerus menyebut bahwa pohon tersebut adalah pohon keabadian, walaupun beliau sempat berhasil menepis godaan itu, pada akhirnya beliau luluh takluk, hingga terjerembab dalam dosa dan diturunkan oleh Allah ke dunia.
Maksiat dalam maknanya secara bahasa berarti pembangkangan, dosa, atau pelanggaran. Ia lawan dari ketaatan dan kepatuhan. Jika seorang hamba melakukan kemaksiatan kepada Allah, maka artinya ia telah membangkang terhadap-Nya. Kemaksiatan terjadi ketika manusia tak sabar dalam menghadapi ujian keimanan, serta ketidaksabaran dalam menjauhi apa yang Allah larang, saat itulah setan akan mudah menghancurkan pertahanan imannya.
Maksiat hamba kepada penciptanya dibagi dalam dua kelompok, yaitu kemaksiatan besar dan kecil. Contoh kemaksiatan besar adalah perbuatan syirik, zina, mencuri, dan lain sebagainya. Perbuatan maksiat besar ini selain dapat merusak hati dan jasad, tapi juga diancam dengan siksa, baik di dunia maupun di akhirat. Sementara maksiat kecil adalah pelanggaran yang tidak sampai diancam dengan siksa di dunia juga di akhirat. Sungguh, begitu dahsyatnya akibat dari kemaksiatan ini, dan Allah pun telah menyampaikan laknat-Nya bagi siapa saja yang melakukan kemaksiatan, sebagaimana laknat-Nya kepada Bani Israil dalam surah Al-Maidah ayat 78, "Telah dilaknat kaum kafir dari kalangan Bani Israil dengan perantara lisan Daud dan ‘Isa bin Maryam, hal itu disebabkan kemaksiatan yang mereka perbuat sedang mereka senantiasa melampaui batas. Mereka tidak saling melarang dari perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh buruk apa yang telah mereka lakukan itu."
Syekh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan mengenai laknat Allah atas Bani Israil dalam ayat di atas dalam Taisir Al-Karim Ar-Rahman hal. 241 bahwa, "Makna (mereka dilaknat) karena kemaksiatan mereka kepada Allah, juga perbuatan zalim mereka terhadap hamba Allah. Itulah yang menjadi sebab kekafiran mereka hingga mereka jauh dari rahmat Allah. Karena sesungguhnya perbuatan dosa dan kezaliman itu pasti membuahkan azab."
Kembali Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pun menjelaskan dalam Al-Fawa’id hal. 46 bahwa, "Tidaklah seorang hamba melanggar apa yang diharamkan oleh Allah, kecuali dikarenakan salah satu di antara dua kemungkinan; Pertama, karena buruknya prasangka kepada Rabb-nya. Manusia mengira bahwa jika ia tetap taat kepada Allah dan lebih mengutamakan kehendak-Nya, maka Allah tidak akan memberinya ganti dengan yang lebih baik darinya. Ini biasanya terjadi karena lemahnya ilmu. Kedua, walaupun manusia telah sadar akan hal itu, bahkan ia pun tahu bahwa ketika manusia meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberinya ganti dengan yang lebih baik darinya. Namun sayang, hawa nafsunya telah menguasainya, hingga dia tidak mau lagi bersabar dan memilih mencampakkan logikanya. Dan ini biasanya terjadi karena lemahnya akal serta kejernihan mata hatinya."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadis sahih Riwayat Bukhari no. 6416, beliau menasihati kita bahwa, "Jadilah kalian di dunia ini layaknya orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan.” Abdullah bin Umar mengatakan, "Jika kau berada di waktu sore, jangan kau tunggu datangnya pagi. Dan bila kau berada di waktu pagi jangan menunggu datangnya sore. Gunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, dan gunakan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu."
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pun menyampaikan nasihatnya yang sangat menyentuh dalam Durrah Salafiyah hal. 280, "Sesungguhnya dunia ini pasti akan lenyap dan pergi dalam keadaan kacau. Sementara akhirat pasti akan datang dan menjelang. Dan setiap keduanya mempunyai anak-anak yang mengejar mereka. Maka jadikan diri kalian sebagai ‘anak-anak akhirat’. Dan janganlah kalian menjadi ‘anak-anak dunia’. Karena sejatinya masa ini (kehidupan dunia) adalah masa untuk melakukan amal serta belum ada perhitungan. Sedangkan esok hari akhirat, adalah perhitungan setiap amal yang dikerjakan hari ini dan tidak ada lagi kesempatan untuk beramal."
Maka, jangan pernah meremehkan kemaksiatan, karena dampaknya sangat dahsyat bagi pelakunya. Akibat yang ditimbulkan kemaksiatan bukan hanya kerugian di dunia, namun yang lebih berat adalah kecelakaan di akhirat kelak, karena tak akan ada penebus maupun tobat, sedang hanya penyesalan yang akan dirasa selamanya. Semoga Allah melindungi kita semua dari perbuatan maksiat dan dimudahkan melakukan ketaatan kepada Allah subhanahu wata'ala.
Wallahu a'lam.[]
Subhanallah semoga Allah terus melimpahkan hidayah, taufiq dan inayah-Nya agar hati terus tertunjuki dan dijauhkan dari kemaksiatan. serta kerasnya hati. Aamiin