Amalan yang Sia-sia

"Allah akan membalas amal ibadah kita dengan pahala dari-Nya. Namun, jika kita meniatkannya untuk sesuatu yang lain, amal yang kita lakukan akan sia-sia. Sebab, Allah tidak akan memberikan pahala atas ibadah kita. Bahkan, mungkin mendatangkan murka-Nya."

Oleh. Mariyah Zawawi

NarasiPost.Com-Dunia adalah ladang akhirat. Itulah pesan dari Rasulullah saw. kepada kita. Karena itu, saat di dunia, kita berusaha untuk menanam sebanyak-banyaknya amal saleh. Agar kelak kita bisa memanennya di akhirat kelak. Baik itu dengan melakukan yang wajib, seperti salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, membayar zakat, dan amalan-amalan wajib lainnya. Bisa juga dengan melakukan berbagai amalan sunah. Misalnya dengan salat sunah rawatib, salat tahajud, salat duha, bersedekah, dan sebagainya. Amalan-amalan ini akan menambah berat timbangan amal kita di akhirat.

Hanya saja, tidak mesti semua amal itu diterima oleh Allah Swt. Bisa jadi, amal itu tidak mendatangkan pahala bagi kita. Sebaliknya, justru mendatangkan siksa. Jika amal yang kita kerjakan kita niatkan untuk mendapatkan rida dari Allah Swt., maka itulah yang akan kita terima. Sebaliknya, jika kita niatkan untuk yang lain, maka itu pula yang kita dapatkan. Bahkan, jika kita beramal hanya agar kita terlihat baik di hadapan manusia, murka Allah Swt. yang akan kita dapatkan. Sebab, pada saat itu, kita telah menduakan Allah Swt. dengan yang lainnya.

Di dalam kitab Al-Ahaadits al-Mukhtaarah Fii al-Akhlaaq wa al-Aadaab, Abdullah Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumary al-Idrisy menyebutkan sebuah hadis. Dalam hadis tersebut, Rasulullah saw. bersabda,

أشد الناس عذابا يوم القيامة من يرى الناس أن فيه خيرا ولا خير فيه

"Orang yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah orang yang memperlihatkan kepada orang lain bahwa pada dirinya ada kebaikan. Padahal, tidak ada kebaikan dalam dirinya." (HR. Abu Abdurrahman as-Silmy).

Maksud dari hadis ini adalah orang yang menampakkan kebaikan kepada manusia, padahal ia tidak memiliki kebaikan itu, ia akan mendapatkan azab yang paling keras dari Allah Swt. Mengapa demikian? Sebab, ia memperlihatkan kebaikan tersebut agar manusia memandangnya sebagai seorang yang baik. Dia melakukannya bukan untuk mendapatkan rida dari Allah Swt.

Padahal, Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat [51]: 56,

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."

Maka, ibadah yang kita lakukan hendaknya kita tujukan untuk Allah Swt. semata. Salat kita, puasa kita, zakat kita, infak yang kita keluarkan, serta ibadah-ibadah lainnya, hanya untuk Allah Swt. Dengan demikian, Allah akan membalas amal ibadah kita dengan pahala dari-Nya.

Namun, jika kita meniatkannya untuk sesuatu yang lain, amal yang kita lakukan akan sia-sia. Sebab, Allah tidak akan memberikan pahala atas ibadah kita. Bahkan, mungkin mendatangkan murka-Nya. Dalam sebuah hadis sahih disebutkan,

عن محمود بْنِ لَبِيْدٍ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إنَّ أَخْوَفَ ما أخاف عليكم الشركُ الأصغر قالوا وما الشرك الأصغر يا رسول الله قال الرياء يقول الله عز وجل لهم يوم القيامة إذا جُزِىَ الناس ُ بأعمالهم اذهبوا إلى الذين كنتم تُراءون في الدنيا فانظروا هل تجدون عندهم جزاءً

"Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah saw. bersabda, 'Sesungguhnya yang paling aku takutkan yang akan menimpa kalian adalah syirik kecil.' Mereka bertanya, 'Apa yang dimaksud dengan syirik kecil, ya Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Riya'. Allah Ta'ala berkata kepada mereka pada hari kiamat saat manusia dibalas amalnya, 'Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian tujukan amal kalian saat di dunia. Lihatlah, apa kalian menemukan pada diri mereka balasan (pahala) dari mereka?" (HR. Ahmad).

Dalam hadis yang lain Rasulullah saw. menyebutnya dengan syirik khafiy, yakni syirik yang tersembunyi. Di dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib, Imam al-Mundziri mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi. Dalam hadis tersebut, Rasulullah saw. bahkan menyatakan bahwa syirik khafiy lebih berbahaya daripada Dajjal. Beliau saw. bersabda,

ألا أخْبِرُكُمْ بِمَا هو أخْوَفُ عليكم عندي من المَسِيْحِ الدجال فقلنا بلى فقال الشرك الخفي أن يقوم الرجلُ يُصَليْ فَيُزَيِّنُ صلاته لما يرى من نظر رجلٍ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian dengan yang lebih tersembunyi atas kalian di sisiku daripada Al-Masih Dajjal?" Kemudian kami berkata, "Ya, Rasulullah." Lalu Rasulullah berkata, "Syirik yang tersembunyi. Yaitu, ketika seseorang salat kemudian memperindah salatnya karena sedang dilihat oleh orang lain."

Riya' ini disebut syirik kecil karena pelakunya tidak benar-benar menyekutukan Allah Swt. Ia masih menyembah kepada Allah Swt., tidak kepada batu, berhala, matahari, atau yang lainnya. Namun, ada yang dituju dari ibadah yang dilakukannya, selain Allah Swt. Seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam hadis di atas bahwa seseorang dianggap melakukan syirik kecil saat ia beribadah kepada Allah, tetapi ia juga ingin dipuji oleh manusia.

Syirik kecil tidak akan memutus semua pahala dari Allah Swt. Namun, ia hanya menghapus pahala dari amalan yang dilakukan karena ada riya' di dalamnya. Karena itu, Allah Swt. mengingatkan kita tentang hal ini dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi [18]: 110,

فَمَنْ كان يَرْجُو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربها أحَدًا

"Maka, siapa saja yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaknya ia beramal saleh dan janganlah ia menyekutukan ibadah kepada Tuhannya dengan sesuatu pun."

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan ayat ini dengan mengutip sebuah hadis dari Ibnu Abu Hatim melalui hadis Ma'mar. Hadis ini menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw. tentang amal yang dikerjakannya. Ia menginginkan pahala dari Allah, tetapi juga suka jika dipuji oleh manusia. Saat itu, Rasulullah saw. hanya diam. Kemudian, turunlah ayat ini.

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Ubadah Ibnu Shamit dan menanyakan pendapatnya tentang orang yang mengerjakan salat, puasa, dan bersedekah karena mengharapkan pahala dari Allah Swt., tetapi juga suka jika dipuji. Maka, Ubadah Ibnu Shamit pun menjawab bahwa orang itu tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebab, Allah Swt. telah berfirman, "Aku adalah sebaik-baik sekutu. Maka, siapa saja yang beramal dengan menyekutukan selain Aku di dalamnya, amalnya itu untuk sekutu-Ku. Aku tidak memerlukan amalnya."

Astaghfirullaah, betapa sangat halusnya riya' ini. Betapa hal ini sering kita lakukan tanpa kita sadari. Betapa kita masih sering merasa senang saat dipuji. Merasa tersanjung sehingga membuat kita lupa dengan tujuan kita beramal. Semoga setelah ini, kita dapat meluruskan amal kita agar hanya untuk Allah Swt. Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menjauhkan kita dari bisikan-bisikan halus riya' ini, agar amalan kita tidak sia-sia. Aamiin.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Rahim Sintetis: Solusi Pragmatis Keruntuhan Populasi ala Kapitalis
Next
Salju Terjang Kamp Pengungsi Suriah, Ke manakah Ummah Wahidah?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram