Sadar Musibah Terbesar Masih Menjalar

Musibah terbesar adalah yang menimpa agama karena dosa-dosa kita, mencampakkan syariat Allah.


Oleh: Farida Fathmah (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

NarasiPost.com - Bencana yang bertubi-tubi menghampiri Indonesia di awal tahun 2021 adalah sesuatu yang tidak lazim. BMKG mengungkap adanya peningkatan aktivitas gempa adalah hal yang tidak lazim. Sebab dalam 20 hari saja dibulan Januari 2021 terjadi aktivitas gempa sebanyak lebih dari 50 kali. Namun, fenomena ini belum dapat diketahui sebabnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 197 bencana terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejak tanggal 1 hingga 23 Januari 2021. Bencana banjir paling mendominasi (134 kejadian), tanah longsor (31 kejadian), dan puting beliung (24 kejadian). Selain itu juga 1 bencana non alam yakni pandemi covid yang belum kelar hingga hari ini. (liputan6.com)

Dalam acara kajian subuh dengan tema “Meraih Berkah dibalik Musibah” yang ditayangkan kanal youtube NSTv hari ahad 24 Januari 2021, Ustadz Arief B.Iskandar memaparkan bahwa musibah yang menimpa manusia ada 2 macam. Pertama, musibah yang terjadi semata-mata karena Qada (ketetapan) Allah tidak ada peran manusia seperti gempa bumi dan gunung meletus. Dalam kondisi musibah ini, sikap yang harus kita ambil adalah yakin ini adalah Qada Allah, maka hendaklah kita Rida (Ikhlas) dan sabar terhadap Qada Allah.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. ( QS. Al-Baqarah:155-157)

Kedua, musibah yang terjadi karena peran manusia, yang melanggar aturan Allah dan melakukan kemaksiatan. Sebagaimana dalam firman Allah,

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.Ar-Rum: 41)

Banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan contohnya, terjadi bukan semata karena tingginya curah hujan. Namun banjir ini terjadi karena peran manusia. Kalimantan dulu merupakan salah satu paru-paru dunia karena luas hutannya yang mencapai hingga 40,8 juta hektar. Namun dengan adanya tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit yang dituding menjadi penyebab kerusakan alam, membuat Kalimantan Selatan menjadi rawan bencana. (Banjarmasinpost)

Tidak hanya di alam, bencana akibat peran manusia juga bisa terjadi pada aspek kehidupan yang lain, bidang ekonomi seperti kemiskinan yang sistemis. Ironis di tengah melimpahnya kekayaan alam negeri ini, namun angka kemiskinan sangat tinggi. Hal ini terjadi karena pengelolaan kekayaan alam yang tidak sesuai perintah Allah. Kekayaan alam seharusnya dikelola negara dan diberikan secara gratis untuk rakyat. Sehingga tidak akan ada rakyat yang menderita kemiskinan. Bukan seperti saat ini dalam sistem kapitalis, kekayaan alam dikelola oleh para kapital (pengusaha), sehingga keuntungannya hanya untuk segelintir rakyat yakni para pemilik modal.

Rusaknya peradaban manusia, aurat diumbar, penyimpangan seksual (L6BT), aborsi, rusaknya nasab merupakan bencana moral yang tengah terjadi saat ini. Bencana ini terjadi akibat tidak diterapkannya aturan Allah secara sempurna. Masyarakat dibiarkan liberal dalam kebebasan berperilaku, dengan dalih hak asasi manusia. Inilah akibat diterapkannya sekularisme yang memisahkan aturan agama dari kehidupan.

Inilah musibah terbesar yang masih menjalar harus segera kita sadari. Bukan banjir, longsor, gempa bumi atau bencana alam lainnya, tetapi musibah yang menimpa agama. Musibah akibat mencampakkan syariat Allah. Musibah terbesar yang telah terjadi sejak aturan Allah (Sistem Islam) tidak lagi diterapkan secara sempurna di muka bumi ini.

Dalam sebuah doa yang panjang, Rasulullah shallallahu 'Alaihi Wasallam memberitahukan bahwa musibah terbesar adalah musibah yang menimpa Din dan iman, karenanya beliau berlindung dari tertimpa musibah ini.
. . . . وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا . . .
". . . Jangan Engkau jadikan musibah kami adalah musibah yang menimpa Din kami . . ." (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim. Syaikh Al-Albani menghasankan hadits ini dalam Shahih al-Jaami')

Banyaknya ulama yang wafat di awal tahun 2021 ini juga menunjukkan musibah yang menimpa agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :
مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ

“Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).

Subhanallah, hendaknya musibah-musibah ini menjadi wasilah untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Segera menyadari bahwa musibah terbesar adalah yang menimpa agama karena dosa-dosa kita, mencampakkan syariat Allah. Maka marilah bertobat memohon ampun kepada Allah. Agar musibah terbesar tak terus melebar kita perlu menggunakan tuntunan Akidah Islam dalam menyikapi musibah.
Dalam buku berjudul “InnaLlaha ma’ana” karya Ustadz Irvan Abu Naveed, M.Pd. dipaparkan Tuntunan Akidah Islam menyikapi musibah dengan tiga aktivitas yang bisa kita lakukan.

  1. Mengingat kembali tujuan hidup di dunia. Ketika menghadapi musibah, hal mendasar yang harus segera kita ingat adalah tujuan hidup di dunia. Islam telah menggariskan hakikat tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah, taat dan tunduk kepada Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS.AdzZariyat:56)

Banyak terjadinya musibah saat ini, sebagian besar karena manusia yang melakukan penyimpangan syariat-Nya, melenceng dari tujuan hidup dan menjadikan kenikmatan duniawi sebagai tujuan hidupnya inilah penyakit yang harus kita hindari. “Cinta dunia dan takut mati” (HR.Abu Dawud, Abu Nuaim)

  1. Meneguhkan keyakinan dan ketawakalan kepada Allah dan takdir-Nya.

Tawakal merupakan buah keimanan. Suatu keyakinan hati bahwa Allah satu-satunya Zat Yang Maha Kuasa atas segala-galanya. Islam telah mewajibkan kita untuk bertawakal kepada Allah, dengan perintah mutlak, tanpa syarat tanpa kecuali, tak boleh dipalingkan kepada selain Allah. Telah banyak dalil di dalam Alquran dan As Sunah yang memerintahkan manusia untuk bertawakal di antaranya firman Allah,

خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلْمَصِيرُ

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu)." (QS.AtThagabun 13)

  1. Tidak berputus asa dari Rahmat Allah.

Sungguh Allah Maha Luas Rahmat-Nya, seperti dalam firman Allah yang setiap hari kita baca dalam Shalat (Surat AlFatihah)

Yakinlah bahwa rahmat dan berkah akan kita dapatkan jika kita bersabar dalam musibah dan terus mengharap kasih sayang Allah.

Semoga Allah segera turunkan pertolongan-Nya. Menjadikan kita manusia-manusia yang taat kepada aturan Allah. Teruslah berdakwah menyampaikan kebenaran, agar umat sadar pentingnya menerapkan Aturan Allah secara Kaffah (sempurna) dalam naungan Daulah Khilafah yang sesuai dengan metode kenabian.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Banjir, Salah Hujan Atau Tata Kelola?
Next
Ke Mana Arah Hidup Generasi Z?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram