Menjadi Pemuda Agen Dakwah

Kita mampu menjadi agen dakwah yang memiliki semangat membumikan syariat Islam. Tunjukkan pada diri bahwa kita mampu dengan terus semangat belajar, membekali diri dengan tsaqofah Islam.

Oleh: Ulfa Ummu Fara

NarasiPost.com - "Biarkan saja mereka bermaksiat. Itu kan pilihan mereka. Penting tidak mengganggu kita kan?"

"Kenapa sih harus susah payah ngingetin dosa orang? Dosa diri sajalah dipikirin."

"Sok banget sih ceramahin orang, kayak diri udah bener ajah."

Pernahkah teman-teman mendapatkan ucapan demikian? Niat hati mengingatkan dalam ketaatan, tapi dicegah bahkan diremehkan? Laa tahzan. Begitulah jalan dakwah. Tidak mudah tapi yakinlah akan berbuah indah. Ingatkah sahabat, bagaimana dahulu Rasulullah berdakwah? Tidak pernah sepi dari coba dan uji. Cemooh dan siksa terus menghampiri. Tidak hanya hati yang terlukai, namun harus berdarah-darah demi menjalankan tugas dari Ilahi. Bayangkan, jika Rasulullah berputus asa dengan kesulitan yang terus mendera, akankah kemuliaan Islam sampai pada kita? Akankah indahnya syariat Allah dapat kita rasa?

Umat Terbaik

Dakwah tidaklah harus menunggu diri sempurna. Beramar ma'ruf dapat kita lakukan sembari terus membenahi diri. Nahi munkar pun menjadi ikhtiar kita membentengi diri dari perbuatan yang tidak Allah sukai. Ketika ghiroh dakwah melemah, ingatlah bahwa Allah memuji pengikut Nabi Muhammad sebagai umat terbaik. Tidak sekadar beriman kepada Allah, tapi juga mengambil peran dakwah Islam. Senantiasa mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mengajak manusia agar saleh bersama. Karena surga terlalu luas untuk kita diami sendirian.

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi mungkar dan mengimani Allah" (TQS Ali Imran [3]: 110).

Jika Allah sudah menyemangati sedemikian indahnya, akankah kita terus mengubur kepercayaan diri dengan mendengarkan komentar orang lain yang selalu melemahkan? Ingatlah pula dengan firman Allah ta'aala:

وَٱلمُؤمِنُونَ وَٱلمُؤمِنَٰتُ بَعضُهُم أَولِيَاءُ بَعض يَأمُرُونَ بِٱلمَعرُوفِ وَيَنهَونَ عَنِ ٱلمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَٰئِكَ سَيَرحَمُهُمُ ٱللَّهُ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم

"Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar makruf nahi mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat serta mentaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (TQS at-Taubah [9]: 71).

Amar ma'ruf nahi munkar tidak sekadar kewajiban yang harus kita emban, tapi juga menjadi ciri sebagai umat terbaik Nabi Muhammad. Namun jika kita meninggalkan kewajiban ini, tidak hanya perdikat sebagai umat terbaik yang akan hilang, namun kehancuran akan datang. Bahkan azab Allah akan menjadi balasan yang menakutkan. Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ لَا يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ

"Sungguh manusia itu, jika melihat kemungkaran, kemudian mereka tidak mengubah kemungkaran itu (menjadi kemakrufan), dikhawatirkan Allah akan meratakan azab-Nya kepada mereka semuanya" (HR Ibn Majah).

Tidakkah cukup peringatan Rasulullah menjadi renungan. Betapa pentingnya beramar ma'ruf nahi munkar. Ketika tidak ada yang menyeru pada kebaikan, dan mencegah kemungkaran sudah dapat kita bayangkan bagaimana keadaan umat nantinya. Hidup dalam ketidak teraturan dan jauh dari ketaatan. Kerusakan menjadi fenomena yang akan menghancurkan kehidupan. Kebebasan melahirkan kekerasan dan penindasan merajalela. Umat tidak lagi kenal dengan Penciptanya. Maksiat di mana-mana. Hak manusia tidak ada lagi yang menjaminnya. Naudzubillah min dzaalik.

Kita Punya Potensi Samar

Siapapun dapat melakukan kemungkaran. Berjemaah maupun sendirian. Rakyat biasa ataupun sekelas penguasa dengan tahta maupun harta yang sebenarnya hanyalah titipan. Ini adalah wilayah yang Allah berikan pada hamba-Nya. Bebas memilih melakukan apa saja. Tunduk dan patuh, atau durhaka. Tentu di baliknya ada konsekuensi yang harus ditanggung kelak sebagai balasan atas setiap amal perbuatan.

Begitupun dengan beramar ma'ruf nahi munkar. Semua orang punya kesempatan untuk melakukannya. Sendiri maupun berjemaah dengan orang yang lebih memiliki kemampuan. Ini juga wilayah kekuasaan kita sebagai manusia. Maukah kita mengoptimalkan segenap potensi yang Allah beri untuk dakwah Islam? Maukah kita mengambil peran melawan kemungkaran, Berjamaah dalam kemuliaan Islam?

Mengambil Peran Sebagai Agen Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Era digital, ladang dakwah amar ma'ruf nahi mungkar terbuka lebar. Dunia sosial media yang sering menampakkan kerusakan perlu hadirnya penyeru kebenaran. Berita hoax merajalela perlu adanya tandingan yang mencerahkan. Interaksi netizen dengan kata-kata kasarpun sering kita jumpai. Menunjukkan betapa akhlak kian terkuliti. Ditambah lagi dengan hadirnya idola yang jauh dari syariat Islam. Menularkan gaya hidup liberal dan hedonis. Bahkan ada pula ajakan pada sebuah ide yang bertentangan dengan Islam bebas bertebaran. Semua butuh tandingan, butuh agen dakwah amar ma'ruf nahi munkar bil qolam.

"Duh, aku tuh belum banyak ilmu. Malu mau megingatkan mereka yang tengah melakukan kemungkaran. Diripun masih sering lalai mengemban kewajiban." Adakah ini yang sahabat pikirkan? Itu adalah rasa was-was yang meghancurkan semangat kita menebar kebaikan. Sungguh takkan diam setan melihat kita pada jalan menujun ketaatan.

Yuk, kita bangkit. Mari buktikan pada mereka yang meragukan, bahwa kita mampu menjadi agen dakwah yang memiliki semangat membumikan syariat Islam. Tunjukkan pada diri bahwa kita mampu dengan terus semangat belajar, membekali diri dengan tsaqofah Islam. Sabar menempa diri dengan keteladan yang telah Rasulullah berikan. Mengambil peran amar ma'ruf nahi munkar dengan segenap kemampuan. Optimalkan potensi yang telah Allah berikan untuk memberikan amal terbaik yang kelak akan membanggakan.
Wallahua'lam

Picture Source by Google

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ulfa Ummu Fara Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Melepas Emosi Negatif
Next
Cara Islam Mengatasi Stunting
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram