Banyak kelebihan Sa'id yang dikenal di kalangan sahabat dan juga tabi'in. Selama 50 tahun, beliau tak pernah ketinggalan shalat berjemaah di mesjid. Selalu berada di shaf terdepan, jarang sekali melihat tengkuk jemaah yang lain karena selalu di barisan terdepan. Shalat subuh dari wudhu shalat Isya yang dilakukan, berarti sepanjang waktu dari Isya hingga subuh senantiasa melakukan ibadah.
Oleh: Sherly Agustina, M.Ag
(Kontributor media dan pemerhati kebijakan publik)
NarasiPost.com - Allah Swt berfirman: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (TQS Fathir [ 35] : 28).
Bagi yang gemar membaca sejarah terutama tentang para ulama, pasti tak asing dengan nama Sa'id bin Musayyab. Beliau ulama cendekia dan penghulu di kalangan tabi'in yang begitu terkenal. Nama lengkapnya adalah Sa’id bin Musayyab bin Hazn bin Abi Wahb bin ‘Amr bin ‘Aid bin Imran bin Makhzum al-Qurasyi al-Makhzumy. Lahir di Madinah dua tahun setelah sahabat Umar Radiyallahu 'Anhu menjadi khalifah.
Hidup semasa dengan beberapa sahabat Nabi, seperti Umar Ra, Utsman Ra, Ummul Mukminin Aisyah Ra. Maka tak heran, jika beliau memiliki ilmu yang sangat luar biasa. Walau ilmunya tinggi, beliau begitu bersahaja dan rendah hati. Guru dan murid beliau banyak sekali, disegani bahkan oleh khalifah sekalipun.
Sa'id merupakan satu dari beberapa poros hadits (madarul hadits) di Madinah. Kredibilitas dalam transmisi sunah Rasulullah menjadikannya disegani. Dalam berbagai literatur hadits namanya kerap tergabung dalam rantai sanad periwayatan. Namanya abadi di lembar-lembar kutubut-tis’ah ( kitab hadits sembilan ; Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Sunan Ad-Darimi, Musnad Ahmad, Muwattha’ Imam Malik),
Pernah suatu waktu, Amirul Mukminin Abdul Malik bin Marwan meminta penjaganya untuk mencari seorang guru atau ulama yang sedang berada di mesjid Nabawi. Karena ada yang ingin ditanyakan perihal hadits, lalu penjaga tersebut pergi ke mesjid Nabawi dan yang ditemukan adalah Sa'id bin Musayyab. Penjaga tersebut menunjuk dan memanggil Sa'id, Sa'id menjawab, "Anda memanggil saya?". Penjaga tersebut menjawab, "Ya".
Sa'id dengan tegas menjawab, "Ada keperluan apa, Anda memanggil saya?". Penjaga menjawab, "Sesungguhnya saya diperintahkan oleh Amirul Mukminin untuk memanggil siapa saja ulama yang sedang berada di mesjid Nabawi, karena ada yang ingin beliau tanyakan tentang hadits". Sa'id menjawab, "Hadits itu didatangi bukan mendatangi, sampaikan pada Amirul Mukminin".
Sang penjaga kembali ke Amirul Mukminin dan mengatakan apa yang dikatakan oleh Sa'id. Abdul Malik bin Marwan menjawab, "yang baru saja kau temui apakah Sa'id bin Musayyab? Penjaga menjawab, "Ya". Lalu, Abdul Malik menjawab, "Sungguh kau telah salah orang, jika kutahu yang kau temui adalah Sa'id maka Aku tidak akan memerintahkanmu padanya seperti yang kuminta".
Seorang Amirul Mukminin saja, sangat menghargai dan segan pada Sa'id. Hingga dia tahu, bahwa Sa'id tak suka jika datang ke istana untuk menjelaskan suatu ilmu. Karena guru dan ilmu itu didatangi bukan mendatangi. Jika dilihat pada kondisi saat ini, masih adakah ulama yang tegas pada seorang pemimpin negara? Kemudian, adakah pemimpin saat ini yang menghormati dan segan pada ulama?
Faktanya, pada sistem saat ini banyak terjadi kriminalisasi ulama. Ulama yang dekat dengan Penguasa seharusnya menjadi rujukan, tapi menjadi pendukung apapun kebijakan Penguasa. Sekalipun kebijakan itu zalim dan tidak adil bagi rakyat atau sebagian pihak. Ulama kehilangan jati dirinya sebagai pewaris para nabi dan pelita di tengah umat.
Sa'id bin Musayyab walau rakyat biasa, pernah berani menolak lamaran dari keluarga Amirul Mukminin. Dengan alasan, beliau ingin menjaga putrinya dari fitnah dunia. Sa'id lebih memilih menikahkan putrinya dengan pria biasa saja, tapi agamanya luar biasa yaitu murid kesayangannya yang saat itu baru saja ditinggal istrinya meninggal. Padahal, putrinya adalah wanita tercantik di Madinah, faqih fiddin dan banyak hafal hadits. Dambaan pria saleh pada umumnya, karena begitu salehah.
Kini, banyak ulama yang terjerat dengan dunia yang fana. Tergoda dengan harta dunia yang sifatnya sementara. Rela melakukan apa saja bahkan menghalalkan segala cara demi mendapatkan receh dunia. Miris, sungguh miris apa yang terjadi pada ulama saat ini. Mungkin, jika anaknya dilamar oleh keluarga Penguasa menjadi suatu kebanggaan.
Banyak kelebihan Sa'id yang dikenal di kalangan sahabat dan juga tabi'in. Selama 50 tahun, beliau tak pernah ketinggalan shalat berjemaah di mesjid. Selalu berada di shaf terdepan, jarang sekali melihat tengkuk jemaah yang lain karena selalu di barisan terdepan. Shalat subuh dari wudhu shalat Isya yang dilakukan, berarti sepanjang waktu dari Isya hingga subuh senantiasa melakukan ibadah.
Lihat saat ini, sebagian orang yang miliki ilmu atau mungkin ulama sibuk menjadi buzzer bayaran Penguasa. Dunia begitu melenakan dan menyilaukan, hingga tak mampu lagi melihat dengan hati dan kepala yang jernih. Mana yang seharusnya dibela dan diperjuangkan, semua serba terbalik saat ini. Sungguh memprihatinkan, karena dengan demikian umat tak ada yang melindungi dari kalangan ulama.
Adapun ulama yang lurus, 'dibunuh' eksistensinya melalui kriminalisasi yang dilakukan oleh penguasa zalim. Dicari delik, ditangkap dan ditahan di penjara jika kritis mengoreksi Penguasa. Tak peduli, benar ataupun salah. Jika melawan Penguasa maka pilihannya adalah penjara.
Sungguh, sangat merindukan sosok seperti Sa'id bin Musayyab. Merindukan juga sistem yang ada saat Sa'id bin Musayyab ada. Karena hanya ada di sistem yang seperti itu, ada sosok seperti Sa'id bin Musayyab dan Khalifah atau Amirul Mukminin yang begitu segan dan menghormati ulama. Sistem itu tak lain adalah Khilafah, sistem yang telah Allah janjikan. Insya Allah tak lama lagi akan segera tegak di muka bumi atas izin-Nya.
Allahu A'lam Bi Ash Shawab.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]