“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka perbuat.
( "QS. Al A’raf ayat 96 )
Oleh. Heni Rohmawati S.E.I
NarasiPost.Com-Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya raya, baik lautnya maupun daratnya. Ribuan pulau mengitari negeri zamrud khatulistiwa ini. Kekayaannya dan keindahan alamnya bak surga dunia. Kesuburan tanahnya pun sungguh istimewa, hingga kayu dilempar bisa tumbuh jadi tanaman.
Sejak masa kerajaan pun Indonesia memiliki berbagai kebanggaan yang dibanggakan oleh para raja bangsawan. Aroma aneka rempah-rempah ternyata tercium hingga ke hidung penjajah. Jadilah Belanda tertarik dan terpikat untuk menguasai nusantara. Sebelum penjajahan, tak banyak cerita rakyat mati kelaparan. Atau stres saat mencari uang. Karena hakikatnya alam Indonesia dilimpahi Allah dengan segenap kekayaan yang tak akan habis untuk sekadar kenyang hingga mencapai taraf hidup makmur dan aman.
Rakyat Indonesia pernah bahagia, karena suatu masa terbebas dari penjajah. Namun rasa bahagia itu tak lama setelah Indonesia terjebak kembali terjebak ke dalam lubang yang sama dan lebih dalam. Melalui aneka perjanjian dan pengesahan yang diteken oleh penguasa di negeri ini, Indonesia pada akhirnya terpaksa berada dalam kendali negara asing. Godaan kian masif manakala negeri ini terlihat makin menggiurkan. Ibaratnya, seorang gadis yang penuh daya tarik, siapa pun pria yang melihatnya pasti melirik hingga tertarik bahkan takkan bisa dilepas lagi. Itulah sedikit analogi yang menggambarkan betapa moleknya Indonesia di mata para penguasa. Hingga akhirnya negeri ini terus dipinang dari satu tangan ke tangan yang lain. Di eksploitasi habis-habisan. Menyedihkan.
Begitulah ketika manusia di negeri ini setuju atau dipaksa setuju memilih sebuah sistem bernegara yang tak mampu menjaga dirinya. Hingga mengendalikan sedikit saja tak bisa. Entah bagaimana caranya nanti negeri ini benar-benar kembali kepada pemiliknya sendiri, yaitu rakyat.
Indonesia Memilih Kapitalisme
Kemerdekaan semu yang terus digelorakan saat ini makin ambles tak bersisa. Sistem buruk dan korup ini telah merenggut kepercayaan begitu besar terhadap penguasa dan para pejabat yang memegang kendali negeri ini. Rakyat sudah mulai jengah dan putus asa. Betapa sistem ini tak bisa diandalkan dalam berbagai hal.
Gagal dalam menangani pandemi, ekonomi, kemiskinan, pengangguran, dan seabrek permasalahan yang entah sampai kapan terus berada dalam daftar tunggu. Sistem kapitalisme memang tidak disetting untuk memajukan negara berkembang. Kalaupun maju itu juga semu. Karena sistem kapitalisme ini hanya mengandalkan aturannya dari sudut pandang manusia yang lemah lagi penuh kekurangan.
Lemahnya kepemimpinan juga menambah sederet masalah panjang distrust. Pengabaian terhadap hak-hak publik terus dikemukakan. Akhirnya, rakyat sendirilah yang harus berjibaku berjuang hidup dan berlomba menghadapi pasar global yang selalu tak memihak rakyat jelata. Tanpa ring. Berjuang bertahan hidup bukanlah hal yang mudah saat negara acuh dalam memberikan hak rakyat yang menjadi kewajibannya.
Hingga hari ini rakyat terus menyampaikan rasa tak percaya kepada pengelolaan di negeri ini. Hidup dalam suasana karut-marut dengan penguasa yang kian membatu. Membuat hidup rakyat semakin pilu.
Anehnya, di alam demokrasi yang katanya bebas berpendapat ini, banyak suara rakyat tak digubris. Tak sedikit yang berakhir tragis. Bukankah itu pemasungan hak untuk menyampaikan pendapat? Atau mungkin kebebasan berpendapat dalam mengkritisi kebijakan penguasa sudah tak relevan lagi. Maka, sungguh demokrasi ini hanya membual saja. membual hingga menyebabkan penghuni mayoritas di negeri ini menderita.
Tinggalkan Penyebab Penyakit
Rakyat nusantara kini harus banyak belajar dari kenyataaan pahit bahwa alam demokrasi ini telah menimbulkan kerusakan sistemis. Tidak hanya habisnya kekayaan alam, tetapi juga hilangnya hak-hak manusia beragama, bersuara, berpendapat bahkan bertingkah laku.
Minumlah Obat Mujarab
Kesejahteraan yang merata, keadilan hukum atas semua manusia, pendidikan berkualitas dengan harga murah apalagi gratis, kini masih angan kosong. Ingin negeri ini terbebas dari korupsi yang menggurita, pemimpinnya amanah dan kafa'ah atau profesioanal juga masih menjadi mimpi di siang bolong. Kemiskinan yang merata dan penanganan pandemi setengah hati, meyakinkan bahwa negeri ini sedang sakit kronis.
Hendaklah orang sakit meminum obat sebagai sarana mendapatkan kesembuhan. Karena penyakit diciptakan beserta obatnya. Tidak ada penyakit yang tak ada obatnya kecuali kematian. Ya kematian. Adapun negeri ini hendaknya ia segera sadar bahwa ia kini dalam keadaan sakit parah. Banyak manusia yang diuji dengan ujian tiada terperi. Luka akibat meneguk racun kapitalisme seolah negeri ini diambang kematian.
Islamlah Obatnya
Islam datang membawa rahmat. Islam hadir membawa harapan. Islam agama yang membawa kesembuhan duka lara manusia. Aturan Islam adalah wujud cinta Ilahi pada manusia. Diutusnya seorang Rasul untuk memberi pelajaran. Karena hakikatnya manusia adalah makhluk yang lemah lagi terbatas akalnya. Manalah mungkin sanggup ciptakan aturan yang membahagiakan semua manusia. Manusia hidup diciptakan dengan kadar tertentu. Ingatkah pada ungkapan ini? “Al insanu mahalul khata’ wa nisyan”. Artinya manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Jika manusia memahami kekurangannya hendaklah ia jujur mengakuinya. Manusia membutuhkan aturan. Dan aturan itu haruslah berasal dari Sang Pencipta manusia. Karena hanya Dia saja satu-satunya Zat yang Maha Mengetahui apa yang paling dibutuhkan manusia.
Jika manusia menerjang apa yang telah ditetapkan oleh-Nya, maka ia akan rusak dan hancur. Cepat atau lambat. Namun, jika ia taat, maka ia bisa selamat. Sungguh betapa rapuhnya manusia. Betapa sedikitnya ilmu manusia, hingga manusia yang paling cerdas sekalipun, mereka tetaplah manusia yang lemah dan terbatas. Sungguh Mahabenar Allah dengan segala kalam-Nya, QS. Al A’raf ayat 96, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka perbuat."
Jika kita menginginkan negeri ini sembuh dari berbagai penyakit kronisnya, maka sudah saatnya kita tinggalkan sistem atau aturan buatan manusia yang terbukti membawa celaka. Dan marilah kita kembali menerapkan syariat agung yang mulia, yakni syariat Allah yang membawa rahmat dan rida-Nya. Wallahu a’lam[]