Sebagai sebuah negara yang menjadikan ideologi kapitalisme sebagai arah pembangunan negaranya, maka dapat diprediksi Biden akan melanjutkan roadmap pemerintahan sebagaimana rejim sebelumnya. Imperialisme akan tetap menjadi thariqoh (metode) untuk menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia, terlebih ke negeri-negeri Muslim.
By: Aniyatul Ain, S.Pd (Tangerang)
NarasiPost.Com-Kemenangan Joe Biden dalam kontestasi pemilu di AS, menyedot perhatian dunia. Pasalnya, Biden berjanji akan memperlakukan Islam sebagaimana mestinya. Hal ini bertolak belakang dengan Trump ketika menjabat sebagai presiden AS. Trump saat menjabat mengeluarkan kebijakan travel banned kepada umat Islam. Biden justru sebaliknya berjanji akan “ramah” kepada umat Islam. Sampai-sampai, Biden “mendakwahkan” ke khalayak dunia dengan mengutip hadis Nabi terkait amar makruf nahi mungkar. Tentu, hal ini bukan semata-mata ingin menegakkan yang makruf dan mencegah kemungkaran. Ini hanya soal strategi agar negerinya mendapat tempat di hati masyarakat dunia.
Wajah “ramah” partai Demokrat sebagai pengusung Biden yang ditampakkan ke masyarakat dunia, sesungguhnya bukan hanya kepada Islam. Tetapi juga seluruh elemen. Tak terkecuali kepada komunitas penyandang disorientasi seksual (LGBTQ) pun diperhatikan juga. Oleh karenanya, sebagai seorang Muslim kita tidak perlu terlalu euforia terhadap pidato Biden. Bagaimana pun dia adalah seorang nakhoda dari “kapal besar” bernama AS. Sebuah negara adidaya, yang mencengkram negeri-negeri Muslim dengan ideologi kapitalisme-liberalisme.
Sebagai sebuah negara yang menjadikan ideologi kapitalisme sebagai arah pembangunan negaranya, maka dapat diprediksi Biden akan melanjutkan roadmap pemerintahan sebagaimana rejim sebelumnya. Imperialisme akan tetap menjadi thariqoh (metode) untuk menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia, terlebih ke negeri-negeri Muslim.
Pengerukan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah di negeri-negeri Muslim akan tetap dipertahankan dengan dalih investasi asing, akan tetap menjadi “lintah darat” dunia yang akan memberi pinjaman atau suntikan finansial bagi negara-negara dunia dan mengontrol (mendikte) negara lewat hutang luar negeri, diduga akan selalu bermesraan dengan Israel dengan membiarkannya melakukan agresi terus-menerus ke bumi Palestina. Hal ini sebagaimana kita lihat pada rejim-rejim sebelumnya.
Memang demikianlah berbagai prediksi terkait kebijakan Biden ketika menjabat nanti. Hal ini dikarenakan hanya orangnya saja yang berubah, adapun “panggungnya” politiknya masih sama, yaitu berideologikan kapitalisme liberalisme sekuler.
Sudah seharusnya, kaum Muslim tidak perlu berharap banyak pada AS, siapapun presidennya. Sebaliknya, kita seharusnya membangun keyakinan dan kepercayaan diri akan kejayaan umat Islam dengan memegang teguh ideologi Islam. Hanya dengan ideologi Islamlah perubahan yang hakiki akan terwujud baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Wallahua’lam.[]
Photo: Google Source
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]