Bucin Akut Membuat Jiwa Kalut

Tsaqofah Islam yang sejak dini ditanamkan kepada anak diharapkan mampu menjadi langkah efektif untuk membentuk individu berkepribadian Islam. Senantiasa memberikan pemahaman terkait cinta yang hakiki ketika mulai menginjak usia pra baligh sangatlah penting. Karena di usia ini mulai tumbuh bibit-bibit virus merah jambu. Jika dibiarkan tanpa mengenali fitrah yang sebenarnya, maka jangan salahkan jika terjerumus dalam cinta yang salah.


By: Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)

NarasiPost.Com-Bunuh diri remaja kembali terjadi. Kali ini seorang siswi SMA 17 tahun di Tana Toraja berinisial FM nekad mengambil jalan pintas tersebut akibat baru putus cinta dari sang kekasih.

FM ditemukan tewas tergantung menggunakan dasi sekolah di pohon jambu. Menurut hasil pemeriksaan rumah sakit, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh FM kecuali lebam di sekitar area leher karena jeratan tali. (akurat.co, 5/11/2020)

Dari dua pucuk surat yang ditemukan bisa disimpulkan FM baru putus dengan kekasihnya dua hari sebelum kejadian. Dalam surat itu tertulis bahwa dia akan mencintai kekasihnya sampai mati. Jika hubungan berakhir maka hidupnya juga berakhir.

Astaghfirullah! Membaca berita bunuh diri remaja benar-benar mampu membuat begidik seram. Mengerikan karena dengan mudahnya mengambil jalan pintas bunuh diri tanpa berpikir jauh ke depan hanya karena masalah sepele.

Gempuran Sistem Kapitalisme

Usia remaja memang masa yang krusial. Di titik ini remaja terlihat labil dan memasuki tahap pencarian jati diri. Tak heran jika para remaja itu terkesan sulit dinasehati.

Terlebih saat gempuran kapitalisme yang memuja kebebasan menghantam dari semua sisi kehidupan. Remaja yang tak memiliki sandaran akidah Islam mudah sekali terombang-ambing dalam kehidupan. Gampang goyah dan tak berpendirian kuat.

Kebebasan yang semakin menggelegak menciptakan kehidupan hedonis yang banyak diadopsi remaja. Tak peduli benar salah atau halal haram. Yang penting bisa memberikan kebahagiaan menurut versi remaja maka dilakukan.

Akibatnya banyak remaja yang terjebak dengan kebahagiaan semu. Kebahagiaan sesaat namun berbuntut panjang penderitaan sepanjang hidup. Saking pendeknya jalan pikir remaja, termasuk dalam masalah percintaan.

Para remaja memuja cinta sedemikian rupa. Menempatkannya di atas segala-galanya. Yang sejatinya, itu semua hanya nafsu busuk berbalut keindahan semu. Hingga rela mempertaruhkan nyawa demi mereguk cinta yang ibarat racun. Membunuh perlahan tanpa disadari.

Kapitalisme dengan paham kebebasannya telah mengobrak-abrik kehidupan remaja. Menenggelamkannya dalam lembah kesia-siaan.

Cinta Hakiki

Kasus bunuh diri remaja karena putus cinta kerap terjadi. Ini membuktikan rapuhnya jiwa remaja tanpa memiliki sandaran yang kuat. Berpikir pendek dengan mengira ketika putus cinta tak berarti lagi melanjutkan kehidupan.

Miris. Di negeri dengan jumlah muslim terbesar kasus bunuh diri remaja karena masalah sepele kian kerap terjadi. Apabila ini dibiarkan tanpa penyelesaian maka tinggal menunggu detik-detik kehancuran negeri. Bukankah remaja itu generasi penerus bangsa?

Perlu upaya yang keras untuk menghalau kebebasan yang telah menyelimuti para remaja. Karena paham ini telah menyatu dalam kehidupan remaja. Mengiringi dalam segala gerak tingkah laku remaja.

Keluarga memegang peran yang cukup penting untuk membentuk remaja memiliki sandaran akidah yang kuat. Tsaqofah Islam yang sejak dini ditanamkan kepada anak diharapkan mampu menjadi langkah efektif untuk membentuk individu berkepribadian Islam. Senantiasa memberikan pemahaman terkait cinta yang hakiki ketika mulai menginjak usia pra baligh sangatlah penting. Karena di usia ini mulai tumbuh bibit-bibit virus merah jambu. Jika dibiarkan tanpa mengenali fitrah yang sebenarnya, maka jangan salahkan jika terjerumus dalam cinta yang salah.

Tak hanya itu, peran kontrol masyarakat juga mesti berfungsi. Jika masyarakat tidak melakukan perannya itu, maka seperti saat ini dimana pergaulan bebas dan segala kemaksiatan merebak dimana-mana. Prinsip asalkan tidak merugikan orang lain maka kemaksiatan pun dilakukan sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat.

Semua itu terjadi sebenarnya karena telah melalaikan Islam sebagai aturan hidup. Aturan hidup yang mestinya juga dijalankan dalam tataran negara dengan sanksi yang menyertainya apabila terjadi pelanggaran. Jika ketiga fungsi mulai dari keluarga, masyarakat, dan negara dijalankan dengan baik maka insya Allah akan membentuk remaja memiliki kepribadian Islam.

Kepribadian yang unik dengan kecintaan yang begitu besar terhadap Allah dan Rasulullah. Tak mudah goyah dengan cinta semu yang hanya akan menghantarkan pada kenistaan. Siap menghalau segala ujian yang menerpa kehidupannya dengan menggunakan Islam sebagai solusi.

Sebagaimana kehidupan remaja pada masa kegemilangan Islam yang banyak melahirkan generasi hebat para pejuang. Menjadi mujahid pembela Islam menjadi cita-cita tertinggi dengan meraih gelar syuhada.

Di usia yang tergolong muda, banyak remaja yang masih belum cukup umur mendaftarkan dirinya sebagai pasukan untuk menegakkan Panji Allah. Seperti perkataan Zaid bin Tsabit kepada Rasulullah saat berusia 13 tahun. Tak ada keraguan dan kegentaran sama sekali ketika mengucapkannya.

"Aku mengabdikan diriku untukmu, utusan Allah, izinkan aku tinggal bersama Anda untuk melawan musuh-musuh di bawah panji-panjimu, ya Rasul."

Generasi hebat seperti itu bisa terbentuk ketika ketiga elemen bekerja sama dan menjalankan perannya dengan baik, yakni keluarga, masyarakat, dan negara. Tentu saja negara yang menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan adalah Daulah Khilafah Islamiyyah.[]


Photo: Google Source
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Mengkaji Islam
Next
Solusi Tuntas Bungkam Penghina Nabi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

remaja oh remaja, cinta lawan jenis padamu sebelum ijab qabul sejatinya bukanlah cinta, melainkan hawa nafsu belaka.. mana ada cinta tapi mengajak bermaksiat untuk pacaran hingga berzina?

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram