Malangnya peran mahasiswa di negeri ini telah dikerdilkan dengan pandangan mahasiswa ideal adalah mahasiswa yang bersungguh-sungguh pada akademiknya, fokus pada pembelajaran, dan mengabaikan keadaan sekitar.
Oleh. Halizah Hafaz Hts S.Pd
(Kontributor NarasiPost.Com dan Praktisi Pendidikan)
NarasiPost.Com-Kepedulian mahasiswa terhadap berbagai isu di Kota Medan patut mendapat apresiasi. Sebagai bagian dari kelompok masyarakat intelektual, mahasiswa memiliki tanggung jawab besar untuk berpartisipasi aktif mewujudkan ketenteraman kehidupan di lingkungan sekitar. Lingkungan yang nyaman, tenang, dan aman memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Hal inilah yang dilakukan oleh sejumlah anggota Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) yang melakukan aksi di depan Kantor Wali Kota Medan pada Selasa (3/10/2023). (medan.tribunnews.com, 3/10/2023)
Mahasiswa yang tergabung dalam BEM-SI tersebut geram dengan kinerja Wali Kota Medan Bobby Nasution yang sibuk dengan pencitraan di sosial media. Kekecewaan atas kinerja menantu Presiden RI Joko Widodo pun di tunjukkan dengan aksi mengubur foto Bobby Nasution dan diiringi dengan nyanyian orang yang telah meninggal. Ada beberapa tuntutan yang dilayangkan BEM-SI dalam aksi tersebut, yaitu menagih janji Bobby Nasution pada saat kampanye untuk mengatasi permasalahan banjir. Pasalnya, belakangan ini Kota Medan mengalami banjir akibat dari intensitas hujan yang tinggi.
Tidak hanya itu, BEM-SI juga mengamati tingginya kasus penyakit TBC dan kriminalitas di Kota Medan yang semakin parah. Dari isu-isu inilah yang menggerakkan sejumlah mahasiswa untuk melakukan aksi. Namun sayangnya, aksi tersebut tidak di respons satu pun oleh pihak Pemko Medan.
Inilah watak para pemimipin dan pejabat negara di sistem kapitalisme. Para pemimpin dan pejabat negara tidak memiliki tanggung jawab dalam mengurusi dan menyelesaikan permasalahan kehidupan rakyat. Wajar saja, jika mahasiswa bergerak untuk menyuarakan kerusakan yang terjadi di lingkungan. Sebab menyampaikan pendapat, ekspresi, dan kritik adalah perbuatan wajar bahkan wajib untuk dilakukan. Begitu pun dengan salah satu tugas pemuda, aktivis, dan pergerakan mahasiswa adalah ikut andil dalam membangun negeri ini dengan cara mengkritisi penguasa dan sistem yang rusak.
Dalam pandangan Islam, peran mahasiswa di bagi menjadi beberapa poin; pertama, mahasiswa adalah orang yang sedang mempelajari ilmu dan memiliki ilmu. Allah Swt. telah meninggikan derajat orang yang berilmu. Karena dengan ilmu, dia akan mampu menebarkan berbagai manfaat pada manusia.
Firman Allah Swt. dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 pun telah membuktikan bahwa, "… niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui atas apa-apa yang kalian kerjakan."
Ayat ini pun menjelaskan bahwa orang-orang yang mempunyai derajat paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman, berilmu, dan ilmunya diamalkan sesuai dengan yang Allah dan Rasul perintahkan. Kedua, mahasiswa adalah seorang pemuda. Sosok pemuda idealnya sebagai agen perubahan yang berada di garda terdepan dalam memperjuangkan kebenaran
.
Baca juga: https://narasipost.com/opini/04/2022/totalitas-perjuanganmenyentuh-esensi-menawarkan-solusi-hakiki/
Mahasiswa pun adalah kaum intelektual muda, yang ilmu dan energinya akan mampu membawa bangsa menuju perubahan hakiki berupa diterapkannya Islam sebagai sistem yang menaungi negeri ini. Namun, malangnya peran mahasiswa di negeri ini telah dikerdilkan dengan pandangan mahasiswa yang ideal di mata pemerintah adalah mahasiswa yang kesehariannya bersungguh-sungguh pada akademiknya, fokus pada pembelajaran, dan mengabaikan keadaan sekitar. Kemudian, mahasiswa ditargetkan untuk menduduki tempat-tempat yang telah disediakan para korporasi. Gambaran mahasiswa sukses di mata pemerintah pun adalah mahasiswa yang bekerja di perusahaan besar dan terkenal dengan gaji yang besar pula.
Akhirnya, mahasiswa disibukkan untuk sekadar memikirkan diri sendiri dan menjadi apatis dengan permasalahan masyarakat. Ditambah lagi, dengan adanya kebijakan kampus merdeka telah membuka mata kita lebar-lebar bahwa kebijakan ini justru memudahkan para korporasi untuk menguasai kampus. Kampus pun dimudahkan untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar dan perusahaan industri yang nantinya dapat memudahkan perusahaan untuk mengarahkan kampus dan mahasiswa sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Dengan demikian, seharusnya mahasiswa kembali pada idealisme yang sesuai dengan Islam agar mahasiswa tidak apatis dan hanya berfokus pada materi. Adapun pembekalan agar mahasiswa melakukan gerakan kritis adalah; pertama,dengan memiliki ideologi yang kuat dan lurus, yaitu Islam. Kedua, tidak melanggar hukum, tidak melakukan kejahatan, dan kerusakan. Ketiga, ikhlas dan rida karena menjadi bagian dari menyampaikan kebenaran atau berdakwah. Sehingga mahasiswa mampu membawa bangsa ini menuju perubahan hakiki, yaitu diterapkannya Islam sebagai sistem yang menaungi negeri ini.
Wallahu a’lam bishawab.[]
Mahasiswa adalah agen of change. Di tangannya lah tongkat estafet kepemimpinan dilanjutkan. Maka butuh sosok mahasiswa yang memiliki kepribadian Islam. Pola pikir dan pola jiwanya hanya berdasarkan Islam saja.
Namun saat iki peran iriu telah dikerdilkan. Miris!
Semoga makin banyak Mahasiswa bangkit dengan kebangkitan hakiki. Aamiin.
Mereka adalah masa depan bangsa, arah kebangkitan bangsa ditentukan di pundak mereka.
Mahasiswa jangan sampai kalah dengan emak2 militan. Emak2 saja peduli dengan nasib bangsa. Masa' mahasiswa diam saja. Tidak cukup mengkritik penguasa, kritik juga sistemnya.
Sungguh miris jika sebagai mahasiswa pemuda garda terdepan tidak peduli terhadap lingkungan dan hanya fokus kepada kemajuan akademik. Islam mencetak generasi terdepan sebagai agen perubahan yang saleh dan berjiwa akhlak nur kharimah
Sudah menjadi rahasia umum kalau janji para pejabat hanya manis di bibir, tetapi minim dalam realisasi. Harusnya pemuda-pemuda di seluruh wilayah terus mengawasi dan mengoreksi setiap kebijakan penguasa sebagai bagian dari muhasabah.
Sempurna sudah penjajahan generasi. Banyak pemuda yg abai terhadap lingkungannya.
Namun, alhamdulillah masih ada segelintir pemuda yg masih terus memperjuangkan negeri ini. Semoga ke depan akan banyak pemuda yg mempunyai visi besar dalam bingkai ideologi Islam untuk menjelamatkan negeri ini dr penjajahan.